Seratus (empat) tahun lalu kelas buruh dan rakyat Rusia melancarkan Revolusi. Februari 1917, mereka menggulingkan monarki Tsar yang sudah berumur 300 tahun kemudian 25 Oktober (7 November menurut penanggalan baru/ sistem Gregorian), kelas buruh bersama petani dan prajurit menggulingkan Pemerintahan Sementara. Mereka menggulingkan kapitalisme dan berjuang untuk membangun sosialisme. Revolusi Oktober adalah festival, bukan saja, bagi kelas buruh dan rakyat Rusia namun juga rakyat tertindas di seluruh dunia.
Revolusi apapun, termasuk Revolusi Russia, berhasil karena dialektika antara kondisi objektif dan faktor subjektif. Kondisi objektif tersebut antara lain krisis umum yang terjadi dalam sistem yang lama, semakin tajam dan akutnya kontradiksi antar kelas serta situasi revolusioner. Situasi revolusioner menurut Lenin ditunjukkan dengan: 1. Krisis diantara “kelas-kelas atas”, 2. Penderitaan dan keinginan dari kelas yang tertindas telah tumbuh akut ketimbang biasanya dan mereka menolak untuk diperintah dengan cara yang lama, 3. Sebagai akibatnya terdapat peningkatan aktivitas sosio-politik massa. Sementara itu faktor subjektif termasuk 1. Kesadaran revolusioner massa, kesiapan dan determinasi mereka untuk membawa perjuangan hingga akhir. 2. Organisasi tersentral dari massa dan pelopor mereka, yang membuatnya mungkin untuk mengonsentrasikan semua kekuatan untuk berjuang bagi kemenangan revolusi. Untuk bertindak secara solid dan bukannya terpisah dan tidak terkoordinasi. 3. Kepemimpinan atas massa oleh pelopor yang terorganisir secara cukup, berpengalaman dan terlatih dalam pertempuran serta mampu untuk mengembangkan taktik perjuangan yang tepat dan meletakannya dalam praktek.
Pemahaman mengenai dialektika kondisi objektif dan faktor subjektif tersebut penting untuk menghindari kesalahan analisis dari dua kubu borjuis kecil. Salah satunya adalah analisis yang pada dasarnya mengabaikan kondisi objektif dan dialektikanya dengan faktor subjektif. Pertama, mereka yang melihat bahwa Bolshevik termasuk Lenin memiliki kekuatan super yang mengalahkan semua halangan objektif. Atau di sisi yang lain melihat mereka bertanggung jawab atas semua keburukan dan naiknya Stalinisme di Rusia.
Latar Belakang
Rusia menjelang Revolusi 1917 telah dikuasai oleh kekuasaan Tsar selama 300 tahun. Sistem Tsarisme adalah monarki absolut yang dipertahankan dengan birokrasi yang besar, tentara yang loyal serta polisi politik yang ada di setiap kota dan desa. Tsarisme merepresi kebebasan sipil, berorganisasi, berpolitik dan hak asasi manusia secara umum. Tsarisme juga mendominasi serta menindas etnis dan bangsa-bangsa non-Rusia.
Tahun 1861, Tsar Alexander II melancarkan Reformasi Emansipasi, yaitu penghapusan sistem perhambaan. Rejim Tsar Alexander II menyadari setelah kekalahan dalam Perang Crimean, dia tidak bisa mempertahankan sistem perhambaan di Rusia.
Di Eropa Barat perhambaan dihapuskan dengan Revolusi. Di Perancis sistem perhambaan dihapuskan oleh Revolusi 1789 dan di kebanyakan negeri lainnya pada revolusi 1848. Namun di Rusia, adalah tuan tanah sendiri, yaitu Tsar dan pejabat-pejabatnya, yang “mengemansipasi” petani hamba. Mereka memanipulasi “emansipasi” tersebut hingga petani berada dalam kemiskinan. Petani diemansipasi dari perhambaan tuan tanah hanya untuk diikat kembali pada tuan tanah yang sama.
Emansipasi tersebut justru membuat lebih dari seperlima tanah petani dipotong dan diambil oleh tuan tanah. Sering juga pembagian tanah tersebut mengakibatkan petani mendapatkan tanah tanpa padang rumput, hutan atau air untuk hewan ternak mereka. Petani juga dipaksa untuk membayar uang tebusan, yaitu upeti kepada tuan tanah, untuk tanah mereka yang mereka olah sendiri. Lenin mengatakan bahwa tidak ada di negeri manapun di dunia ini dimana kaum tani, setelah “emansipasinya” justru mengalami kehancuran, kemiskinan dan perlakuan yang hina seperti di Rusia. Petani menyusun 80 persen dari penduduk Rusia pada tahun 1917.
Penghapusan perhambaan di Rusia diikuti oleh proses pembangunan yang cepat di kota-kota, pabrik-pabrik baru berdiri serta jalur kereta. Trotsky mengatakan bahwa “perkembangan industri Rusia dalam teknik dan struktur kapitalisnya berdiri di tingkat negeri-negeri maju dan dalam aspek-aspek tertentu bahkan mengalahkan negeri-negeri maju.”
Akhir tahun 1860an hanya terdapat 1.600 kilometer jalur kereta di seluruh Rusia. Dua dekade kemudian meningkat 15 kali lipat. Tidak kurang dari 26 ribu kilometer jalur kereta dibangun antara tahun 1892 hingga 1901. Disamping kota-kota industri tradisional seperti Moskwa dan Petrograd, kota-kota industri baru bermunculan seperti Baltik, Baku dan Donbass. Produksi minyak mentah meningkat dua kali lipat antara tahun 1893 hingga 1900 sementara produksi batu bara meningkat tiga kali lipat.
Akibatnya terjadi ledakan jumlah kelas buruh serta konsentrasi kelas buruh di Rusia. Hanya dalam waktu dua dekade saja kelas buruh Rusia meningkat jumlahnya dari ratusan ribu menjadi dua juta buruh. Jumlah total kelas buruh adalah sedikit di atas 10 persen pada tahun 1917, dari penduduk Rusia sekitar 150 juta jiwa. Mereka terkonsentrasi di kota-kota industri besar. Petrograd adalah kota dimana kelas buruh tumbuh paling cepat, antara tahun 1881 hingga 1900, kelas buruh tumbuh 82 persen. Sementara di Moskwa kelas buruh tumbuh 51 persen. Sejumlah besar proporsi buruh di Petrograd juga dapat membaca dan tulis, yaitu 74 persen dibandingkan dengan 60 persen untuk seluruh Rusia.
Hanya dalam waktu 33 tahun dari tahun 1865 hingga 1898, jumlah pabrik yang mempekerjakan lebih dari 100 buruh meningkat dua kali lipat dari 706 ribu pabrik menjadi 1,432 juta pabrik. Sementara itu di tahun 1890an, tujuh pabrik besar di Ukrania mempekerjakan sepertiga dari seluruh total buruh metal di Rusia, sementara total keseluruhan buruh minyak bekerja di Baku. Hingga tahun 1900, Rusia adalah produsen minyak mentah terbesar di dunia.
Emansipasi pada tahun 1861 menyediakan syarat bagi perkembangan kapitalisme. Namun kelas borjuis Rusia karena berkembang terlambat tidak dapat menuntaskan tugas-tugas revolusi demokratis. Justru mereka tergantung pada kekuatan kapitalis internasional yang pada saat itu mendominasi terutama melalui sistem perbankan dan keuangan. Tsar meminjam dari bank-bank Perancis dan Inggris untuk mendanai industri metal dan persenjataan yang modern dan sangat tersentralisir di Petrograd dan beberapa tempat lainnya. Industri berat dan ringan hampir secara keseluruhan di bawah kontrol kapital keuangan asing. Kepemilikan modal asing secara umum sekitar 40 persen dari semua modal saham di Rusia namun persentase tersebut lebih besar di cabang-cabang industri utama.
Proses perkembangan kapitalisme itu dibantu dengan cambuk dan rantai. Kelompok-kelompok rasis yang dikenal sebagai Chornaya Sotnya atau Ratusan Hitam meneror orang Yahudi, nasionalisme Rusia Raya melarang bangsa-bangsa yang dijajahnya untuk menggunakan bahasanya sendiri. Tidak ada hak-hak demokratis dasar bagi kelas buruh Rusia. Serikat buruh, demonstrasi ataupun pemogokan dilarang. Tahun 1904 dengan mengobarkan patriotisme, Tsar melancarkan perang melawan Jepang. Perang tersebut berakibat kekalahan pada Rusia dan membawa bencana di dalam negeri.
Januari 1905, demonstrasi damai buruh dan keluarganya dipimpin oleh Pendeta Gapon ditembaki oleh para tentara Tsar. Peristiwa yang kemudian dikenal sebagai Minggu Berdarah itu memicu pemberontakan di Rusia, baik di kota maupun di desa. Revolusi 1905 menunjukkan berbagai kontradiksi di masyarakat Rusia. Petani melawan tuan tanah, buruh melawan majikan dan hampir seluruh Rusia (termasuk kelas menengah dan bahkan beberapa kapitalis) melawan monarki absolut. Pada Revolusi 1905 ini kaum buruh mendirikan Soviet (dewan) pertama di Petrograd, Moskwa dan berbagai kota lainnya. Lenin menggambarkan “sebuah organisasi massa yang tak biasa muncul, yang terkenal, Soviet dari Wakil Buruh yang merupakan delegasi dari seluruh pabrik.”
Sementara Tsar menawarkan konsesi seperti perluasan kebebasan sipil dan mendirikan lembaga perwakilan yang disebut sebagai Duma. Duma adalah bahasa Rusia yang artinya dewan kota terpilih. Pendirian Duma awalnya dirancang oleh Komisi Bulygin. Namun Duma tersebut tidak memiliki kekuasaan apapun, rakyat Rusia menolak untuk menerimanya. 17 Oktober 1905, Tsar Nicholas II mengeluarkan Manifesto Oktober, mendeklarasikan pendirian Duma dengan kekuasaan legislatif dan sedikit kendali atas anggaran dan administrasi negara.
Akhir tahun 1905, Tsar berhasil memperkuat kembali otoritasnya melalui kekerasan militer dan milisi sipil. Perlawanan petani berhasil ditumpas, kelompok etnis minoritas non Rusia dijadikan kambing hitam dan organisasi buruh, terutama Soviet, direpresi. Ribuan aktivis ditangkap atau melarikan diri.
Tahun 1914 meletus Perang Dunia Pertama (PD I). Perang para penguasa Imperium memperebutkan barang jarahan dengan mengorbankan rakyat sebagai pion-pion di medan perang. Tsar Rusia bergabung dengan Inggris, Perancis dan bangsa-bangsa lain (Blok Sekutu-Entente) melawan Jerman dan Austria-Hongaria (Blok Sentral-Axis). PD I menjadi bencana bagi kelas buruh dan rakyat Rusia. Para prajurit yang kebanyakan petani dijadikan umpan peluru. Awalnya Rusia ingin bertahan di bagian Barat Laut garis depan yang berhadapan dengan tentara Jerman yang kuat. Sementara melakukan serangan di bagian Barat Daya garis depan melawan tentara Austria yang lebih lemah. Namun di bawah tekanan Perancis, Rusia melancarkan serangan penuh ke semua garis depan agar mengurangi tekanan Jerman ke Perancis. Serangan penuh tersebut berakhir bencana, sekitar 70 ribu prajurit Rusia terbunuh atau terluka dan 100 ribu ditangkap. Sementara di kubu Jerman hanya terdapat 15 ribu korban jiwa. Akhir tahun 1914, sekitar 1,8 juta tentara Rusia telah terbunuh.
PD I menunjukkan akibat dari Rusia yang terbelakang bertempur hidup dan mati melawan negara kapitalis industri yang paling maju. Industri Rusia tidak memiliki kemampuan untuk mensuplai 15 juta prajurit. Jalur rel kereta api tidak cukup demikian juga produksi pertanian. Di garis depan, para prajurit sering mengalami kelaparan atau kekurangan sepatu, amunisi bahkan senjata. Tahun 1914, untuk seluruh angkatan bersenjata Rusia hanya terdapat 679 kendaraan bermotor (dan dua ambulan bermotor). Tiga juta prajurit Rusia mati, empat juta lainnya terluka. Sekitar tiga juta penduduk sipil lenyap akibat perang. Dalam musim dingin tahun 1915, 1916, dan 1917, puluhan ribu prajurit Tsar mati membeku di parit-parit perlindungan garis depan.
Di belakang garis depan, makanan semakin langka dan harga-harga melambung tinggi. Seiring PD I terus berjalan, kota-kota besar Rusia mengalami inflasi tinggi, kekurangan makanan dan antrian panjang untuk mendapatkan kebutuhan pokok serta terdapat kesengsaraan umum. Sementara untuk memenuhi kebutuhan perang maka Tsar semakin meningkatkan industri perang. Kelas buruh semakin didorong untuk menghasilkan dan mendistribusikan senjata, peluru, mortir, dan sebagainya. Antara tahun 1914 hingga 1917, jumlah buruh di Petrograd meningkat dari 242.600 buruh menjadi 392.000 buruh. Dari total tersebut seperempatnya adalah perempuan. Seiring dengan gagalnya upaya Rusia di PD I, pemogokan semakin meningkat. Pada periode September 1916 hingga Februari 1917, sekitar 589.351 buruh terlibat pemogokan dan sekitar 80 persen diantaranya terlibat dalam pemogokan politik.
Hampir semua kelompok sosialis di Rusia mengambil posisi anti perang kecuali Plekhanov, “Bapak Marxisme Rusia” yang malah mendukung Rusia untuk melawan Jerman dalam perang Imperialis Perang Dunia I (PD I). Ada kelompok-kelompok sosialis lainnya di Perancis dan Jerman yang juga malah mendukung perang kecuali Karl Liebknecht dan Rosa Luxemburg. Di Amerika Serikat, Partai Sosialis Amerika dan Industrial Workers of the World juga menolak rencana perang Woodrow Wilson.
Januari 1917, laporan demi laporan intelijen polisi mengabarkan suasana ketegangan dan konflik kelas. Satu laporan polisi mengatakan bahwa kelas buruh Rusia “berada dalam ujung keputusasaan…ledakan sekecil apapun, betapapun sepele dalihnya, akan menyebabkan kerusuhan yang tidak dapat dikendalikan… Ketidakmampuan untuk membeli barang-barang, frustasi mengantri kebutuhan hidup, angka kematian yang meningkat akibat kondisi hidup miskin dan dingin serta lembab akibat kurangnya batu bara… telah menciptakan situasi dimana kebanyakan buruh siap untuk mengambil bagian dalam ekses brutal dari kerusuhan pangan.”
Sementara buruh dan rakyat Rusia menderita kelaparan, kemiskinan dan dikorbankan di medan PD I, orang kaya berpesta pora. Trotsky menggambarkan bahwa sementara di ibu kota mengalami kekurangan roti dan bahan bakar, perusahaan perhiasan Faberget membual bahwa mereka belum pernah mengalami bisnis yang begitu pesat. “Dayang Vyrubova mengatakan bahwa tidak ada musim lain dimana ada gaun dan begitu banyak berlian dibeli seperti pada musim dingin 1915-16. Klub malam penuh dengan pahlawan di garis belakang, desertir legal, dan orang-orang terhormat yang terlalu tua untuk berada di garis depan perang namun cukup muda untuk nikmatnya kehidupan…hujan emas terus-menerus dari atas.”
Peta Politik
Terdapat beberapa partai politik menjelang Revolusi Rusia. (1) Kelompok Monarkis dengan berbagai kecenderungan seperti Oktoberis, dan lainnya. Kelompok ini mendukung kekuasaan Tsarisme, setelah Revolusi Rusia mereka bergerak di bawah tanah atau anggota mereka bergabung dengan Partai Kadet (Demokrat Konstitusional).
(2) Partai Kadet merupakan partai borjuis. Mereka ingin mempertahankan monarki namun mendirikan parlemen di seluruh Rusia. Saat Revolusi Rusia partai ini banyak mendapatkan dukungan dari sisa-sisa kekuatan Tsar terutama dari perwira-perwira tentara Tsar.
Ketika Kadet semakin tidak populer karena hubungan mereka dengan upaya kontra revolusioner Jenderal Kornilov, Group of Public Men dibentuk di Moskwa. Delegasi dari Grup Orang-Orang Publik diberikan jabatan menteri di Kabinet Kerensky terakhir. Kelompok tersebut mendeklarasikan dirinya non-partisan walau pemimpin intelektualnya adalah para pendukung monarki. Komposisinya terdiri dari bankir, pedagang, dan pemilik pabrik yang menyadari bahwa Soviet harus dilawan dengan senjata mereka sendiri yaitu organisasi ekonomi.
(3). Trudoviki (Kelompok Buruh) partai yang secara jumlah kecil terdiri dari intelektual, pemimpin masyarakat Kooperatif dan petani konservatif. Walaupun menyatakan dirinya sosialis, Trudoviki mendukung kepentingan borjuis kecil.
(4) Partai Revolusioner Sosialis (RS) mengorientasikan dirinya dan menganggap dirinya sebagai perwakilan kaum tani, meskipun sering dipimpin oleh intelektual, pengacara dan seksi lain dari kelas menengah perkotaan. Mereka mewarisi banyak ide dan praktek dari Narodnik. Mereka percaya bahwa Rusia bisa melompat dari feodalisme ke sosialisme tanpa kapitalisme dan menekankan bahwa kaum tani adalah kelas yang revolusioner bukan buruh perkotaan. Mereka juga mewarisi taktik perjuangan/ aksi langsung yaitu teori yang percaya bahwa revolusi dapat dipicu melalui terorisme terhadap aparat pemerintah. Program agraria mereka awalnya mendukung penghapusan kepemilikan pribadi atas tanah, para pemilik tanah akan diberikan kompensasi. Namun klausul “kompensasi” tersebut kemudian dihapus. Tanah kemudian akan diberikan ke komune-komune desa yang berdasarkan atas prinsip kerja dan kepemilikan egaliter serta perkembangan kooperatif.
Pada tahun 1917, partai RS pecah menjadi RS Kiri dan RS Kanan. RS Kanan mendukung Pemerintahan Sementara sedangkan RS Kiri menyerukan penggulingannya. Ketika Revolusi Oktober, RS Kiri bergabung dengan pemerintahan Soviet sementara RS Kanan melancarkan serangan teroris kepada Soviet dan kemudian dilarang.
(5) Partai Buruh Demokrat Sosial Rusia (PBDSR) yang terpecah dalam dua faksi utama yaitu Bolshevik dan Menshevik. Baik Menshevik maupun Bolshevik melihat bahwa tugas mendesak adalah revolusi demokratis namun berbeda dalam garis strategis.
Bagi Menshevik revolusi demokratis berarti mengonsolidasikan tatanan politik kapitalis industrial. Oleh karena itu harus dibangun aliansi antara kelas buruh, mereka yang anti Tsar, “kaum liberal yang tercerahkan” serta elemen borjuasi. Tujuannya untuk menggantikan Tsar dengan republik demokratis. Sementara revolusi sosialis hanya mungkin dilakukan setelah perkembangan kapitalisme merubah Rusia menjadi masyarakat industri yang maju.
Sementara Bolshevik melihat revolusi demokratis dapat dicapai hanya dengan sebuah pemerintahan revolusioner yang berdasarkan atas aliansi kelas buruh dan kaum tani. Menurut Lenin “…dari revolusi demokratis segera, dan sesuai dengan ukuran kekuatan kita, kekuatan kesadaran kelas dan proletariat terorganisir akan bergerak ke revolusi sosialis. Kita memperjuangkan revolusi yang tidak terinterupsi. Kita tidak akan berhenti setengah jalan… kita akan mendorong semua usaha kita untuk membantu kaum tani mencapai revolusi demokratis, dalam rangka untuk membuat lebih mudah bagi kita, partai dari proletariat, untuk bergerak secepat mungkin pada tugas baru dan lebih tinggi – revolusi sosialis.”
Revolusi Februari 1917
Tahun 1917 diawali dengan pemogokan sekitar 145 ribu buruh di Petrograd pada 9 Januari, merayakan Minggu Berdarah. Pemogokan ini diikuti dengan rapat-rapat akbar dan demonstrasi. Petrograd menjadi mirip kamp militer, diduduki polisi dan tentara. Kaum borjuis liberal berusaha mencegah revolusi dengan meminta reformasi kepada Tsar. Mereka meminta agar Tsar memperpanjang Duma dan melakukan reshuffle. Menshevik menyerukan agar buruh Petrograd untuk berdemonstrasi di Istana Tauride pada tanggal 14 Februari. Demonstrasi untuk menunjukan “solidaritas” dengan Duma dan mendukung oposisi borjuis liberal. Bolshevik menyatakan seruan tersebut adalah kolaborasi kelas dan menyerukan pemogokan satu hari dalam peringatan pengadilan atas wakil Bolshevik di Duma. Sekitar 90 ribu buruh dari 58 pabrik melancarkan mogok. Buruh pabrik Putilov berdemonstrasi dengan slogan: “Hentikan Perang”, “Gulingkan Pemerintah”, “Hidup Republik”, tidak ada yang peduli untuk pergi ke Istana Tauride. Tanggal 18 Februari, ratusan buruh pabrik Putilov yang membuat senjata dan lokomotif melancarkan mogok. Mereka menuntut upah yang lebih tinggi dan menolak pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap beberapa buruh. Kemudian 30 ribu buruh dari pabrik ini mengorganisir komite pemogokan dan dijawab dengan penutupan pabrik oleh pengusaha pada tanggal 22 Februari.
Keesokan harinya, 23 Februari (8 Maret sistem penanggalan baru) adalah Hari Perempuan-Buruh Internasional. Perempuan buruh pabrik tekstil di distrik Vyborg, Petrograd, melancarkan pemogokan. Mereka bergerak dari pabrik ke pabrik mengajak para buruh untuk mogok. Para buruh perempuan yang tidak terampil, diupah rendah, bekerja hingga 13 jam sehari sementara suami dan anak mereka bertaruh nyawa di garis depan PD I. Para perempuan ini menjadi pemikul tunggal beban keluarga mereka dan harus antri berjam-jam untuk mendapatkan sepotong roti. Mereka meminta solidaritas dan keterlibatan dari para buruh laki-laki, terutama buruh terampil di pabrik-pabrik metal dan mesin yang dianggap sebagai buruh perkotaan yang paling memiliki kesadaran politik dan kekuatan sosial. Para perempuan tersebut melemparkan kayu, batu dan bola salju ke jendela-jendela pabrik dan menggruduk pabrik satu persatu.
Sekitar 80 ribu buruh bergerak dari pabrik-pabrik mereka ke Petrograd. Mereka meneriakan “Roti”, “Perdamaian”, “Kebebasan” dan “Gulingkan Otokrasi” sambil menyanyikan lagu-lagu revolusioner. Di Jembatan Liteinyi, terjadi bentrokan berulang kali namun polisi berhasil menghalangi buruh masuk ke pusat kota. Pada sore hari, ratusan buruh melewati sungai yang membeku dan diserang oleh polisi. Di pusat kota sekitar seribu buruh, terutama perempuan dan kaum muda tiba di Nevsky Prospect (jalan utama di Petrograd) namun dibubarkan polisi.
Para perempuan buruh juga berhasil meyakinkan sebagian prajurit untuk mendukung pemogokan buruh. Barikade tentara didatangi sementara para prajurit yang menjaga depot trem berhasil diyakinkan oleh perempuan buruh trem. Trem-trem tersebut kemudian digulingkan menjadi barikade untuk menahan laju polisi. Bahkan Kazaki ragu-ragu untuk melakukan represi terhadap aksi buruh.
Awalnya Bolshevik tidak mendukung dilancarkannya pemogokan pada Hari Perempuan Internasional. Mereka memiliki pertimbangan strategis mengenai bagaimana memastikan pemberontakan apapun yang terjadi, kaum buruh siap untuk meneruskannya menjadi serangan umum terhadap rezim. Tanggapan yang yang cukup kecil dan pasif pada peringatan Minggu Berdarah menjadi kekhawatiran tersendiri. Namun ketika semakin jelas luas perlawanan yang terjadi pada malam hari tanggal 23 Februari, Bolshevik di Vybord memutuskan untuk mengorganisir pemogokan selama tiga hari ditambah dengan demonstrasi ke Nevsky.
Keesokan harinya jumlah buruh yang mogok meningkat dua kali lipat menjadi 158 ribu orang. Ini adalah pemogokan politik terbesar dalam masa perang. Sekitar 70 ribu buruh Vyborg mogok, demikian juga 20 ribu buruh masing-masing dari distrik Petrograd, Vassilevski dan Moskwa ditambah 9 ribu dari Narva. Sejarah kemudian bergerak membawa semuanya ke tingkat yang lebih tinggi. Terjadi rapat-rapat akbar dan demonstrasi di pabrik-pabrik. Demonstrasi diikuti dengan pemogokan menyebar ke seluruh kawasan industri.
Kaum muda buruh bertempur di jalanan melawan polisi dan tentara memperebutkan kontrol atas Nevsky di pusat kota. Sekitar 40 ribu demonstran bentrok dengan polisi dan tentara memperebutkan jembatan Liteinyi. Buruh pabrik Erikson berhadapan dengan Kazaki di daerah Sampsonievsky. Menshevik dan RS di pabrik Avianz menyerukan penggulingan pemerintahan, meminta buruh untuk tidak melakukan tindakan yang tidak bertanggung jawab dan menyerukan agar berdemonstrasi ke Istana Tauride dimana anggota Duma sedang berusaha membujuk Tsar untuk memberikan konsensi. Sementara Bolshevik di pabrik Erikson menyerukan buruh untuk berdemonstrasi ke lapangan Kazan dan mempersenjatai diri untuk berhadapan dengan polisi.
Tanggal 25 Februari, pemogokan dilancarkan lebih dari 240 ribu buruh pabrik ditambah dengan pekerja kantoran, guru, pelayan toko, mahasiswa dan bahkan pelajar. Bentrokan terjadi dimana-mana dan pada sore hari, daerah bagian Vyborg sudah dikuasai oleh kelas buruh. Kantor-kantor polisi diserbu, pistol dan pedang dirampas serta para polisi terpaksa melarikan diri.
Hari itu juga, sekitar 35 pemimpin buruh bertemu di Perserikatan Koperasi Buruh Petrograd dan mendirikan soviet. Tujuan dari Soviet tersebut adalah “untuk mengorganisir kekuatan rakyat dan untuk berjuang mengkonsolidasikan kebebasan politik dan pemerintahan popular.” Sore harinya, Tsar Nicholas II memerintahkan Jenderal Khabalov, komandan militer Petrograd, “untuk menghentikan kekacauan di ibukota besok tanpa kegagalan.” Keesokan harinya, muncul pengumuman melarang demonstrasi dan memperingatkan bahwa dekrit ini akan ditegakan dengan kekuatan senjata.
Pada dini hari tanggal 26, polisi menangkap inti dari Komite Bolshevik Petrograd serta beberapa orang sosialis lainnya. Pabrik-pabrik ditutup, jembatan diangkat dan pusat kota menjadi kamp militer. Khabalov mengirim laporan bahwa pagi ini kota sepi. Namun tidak beberapa lama, ribuan buruh menyeberangi sungai yang membeku dan bergerak ke Nevsky sambil meneriakan slogan dan menyanyikan lagu-lagu revolusioner.
Penembakan ke massa aksi dimulai saat itu namun massa seperti sudah tidak takut peluru dan kematian. Banyak prajurit yang menembak ke udara sementara polisi melakukan penembakan membabi buta ke massa aksi. Prajurit-prajurit berpangkat rendah justru berbalik bersimpati pada revolusi. Mereka menembaki polisi dan perwira-perwira mereka. Sementara para buruh mendatangi barak-barak menyerukan solidaritas. Para prajurit berpangkat rendah itu mendukung tuntutan kelas buruh terutama terkait dengan “perdamaian”. Para prajurit berpangkat rendah itu memahami pengalaman PD I, dimana para prajurit dijadikan umpan peluru dan mengalami kondisi yang buruk demi kepentingan Tsar dan sekutunya.
Setelah tanggal 27 Februari praktis ibu kota berada di tangan para buruh dan prajurit. Termasuk seluruh jembatan, persenjataan, stasiun kereta, kantor pos dan telegraf. Pertempuran yang menentukan terjadi antara buruh bersenjata bersama prajurit yang membelot, menggempur posisi-posisi pertahanan para pasukan pendukung Tsar. Sekitar 2 juta massa turun ke jalan-jalan di Petrograd. Malam harinya seluruh garnisun Petrograd telah lenyap, sebagian menyeberang ke pihak kaum buruh, sebagian lagi melarikan diri dan para perwira kebanyakan tewas.
Hari yang sama, kelas borjuis terus berusaha menyelamatkan Tsarisme dan mendapatkan kekuasaan. Pada pukul 4 sore, Duma memutuskan untuk membentuk Komite Sementara Duma. Anggotanya adalah tuan tanah dan pemilik modal besar di Rusia yaitu: Rodzianko, Shulgin, Lvov, Dmitryukov, Shidlovsky dari kelompok Oktoberis; Kerensky dari Trudovik; Konovalav, Rzhevsky, Bublikov dari Progresif; Milyukov dan Nekrasov dari Cadet dan Chkheidze dari Menshevik. Komite ini mendiskusikan apakah mereka harus mengisi kekuasaan karena (menurut mereka) terjadi kekosongan kekuasaan. Komite akhirnya menolak upaya tersebut dan memutuskan bahwa Tsar harus diselamatkan. Komite juga memutuskan bahwa jalan yang harus diambil adalah membagi kekuasaan antara Tsar dan Perdana Menteri yang baru. Kaum borjuis liberal begitu takut dengan revolusi dan berusaha keras mempertahankan monarki sebagai kekuatan yang (menurut mereka) dapat melindungi dan mengembalikan ketertiban. Tsar menolak tawaran dari Komite Sementara Duma. Komite kemudian mengusulkan Mikhail saudara Tsar menggantikannya, namun dia juga menolaknya, menyadari rasa bermusuhan massa yang besar terhadap monarki.
Tanggal 28 Februari, tentara terakhir yang loyal kepada Tsar menyerah. Menteri-menteri Tsar ditangkap dan Jenderal Khabalov menjadi jenderal tanpa tentara. Mereka kemudian digiring ke benteng Peter Paul oleh para buruh. Kekuasaan sekarang berada di tangan kelas buruh dan para prajurit.
Komite Sementara Duma kemudian diubah menjadi Pemerintahan Sementara. Ini sebenarnya adalah upaya dari kelas borjuis dan sisa-sisa pendukung Tsar untuk tetap memegang kekuasaan. “Kalau kita tidak merebut kekuasaan, yang lain akan merebutnya dari kita, yaitu bangsat-bangsat itu yang telah memilih segala macam berandalan di pabrik-pabrik”, begitu Shulgin menggambarkannya. Sementara itu Kerensky mengatakan “Jika kita tidak segera membentuk pemerintahan sementara…soviet akan memproklamirkan dirinya sebagai otoritas utama dari Revolusi.” Para “berandalan” yang dimaksud Shulgin adalah anggota soviet (dewan), yang dipilih secara demokratis di tempat-tempat kerja.
Pemerintahan Sementara diisi oleh Pangeran Georgy Y Lvov, tuan tanah kaya raya dan anggota Cadet; Pavel N Milyukov, menteri luar negeri dan tokoh utama Cadet. Menteri Keuangan adalah tuan tanah dan pengusaha gula kaya, Tereshchenko. Perdagangan dan Industri berada di tangan penguasa tekstil, Konovalav. Sementara Menteri Pertanian dipegang oleh Shingarev dari partai Cadet. Sementara itu Kerensky menjadi menteri kehakiman serta pemimpin Trudovik dan memiliki hubungan dengan partai SR. Perlu dicatat bahwa Kerensky juga merupakan Wakil Ketua Soviet Petrograd dan diijinkan oleh Soviet untuk duduk di Pemerintahan Sementara.
Situasi revolusioner ini sering disebut sebagai kekuasaan ganda, yaitu terdapat kekuasaan Soviet Buruh dan Prajurit di satu sisi dan di sisi yang lain terdapat Pemerintahan Sementara.
Menyadari bahwa mereka tidak bisa menghancurkan revolusi, maka Pemerintahan Sementara ikut bermain seolah-olah memperjuangkan perubahan. Pemerintahan Sementara bersama dengan Soviet memutuskan bahwa milisi akan didirikan untuk menggantikan kepolisian Tsar dan bahwa 250 ribu Garnisun Petrograd yang bersenjata tidak akan dipindahkan ke luar kota. Pemerintahan Sementara mulai menerapkan reforma politik dan legal untuk pemilihan Majelis Konstituante. Majelis Konstituante ini yang akan menentukan bagaimana masa depan pemerintahan dan politik Rusia. Selain itu kebebasan pers, kebebasan berkumpul dan mengeluarkan pendapat, kebebasan beragama termasuk juga hak untuk mogok serta amnesti untuk tahanan politik dan agama diberikan. Pun demikian, Pemerintahan Sementara menghindari persoalan reforma agraria, tekanan ekonomi buruh, dan keterlibatan Rusia di Perang Dunia Pertama.
Tanggal 1 Maret, Soviet Petrograd mengeluarkan Perintah Nomer 1 yang menyatakan agar prajurit dan pelaut mematuhi perintah Pemerintahan Sementara hanya jika mendapatkan persetujuan dari Soviet. Di samping itu prajurit dan pelaut diharapkan mendirikan komite-komite mereka sendiri untuk mengambil kendali atas persenjataan dari tangan perwira mereka. Kemudian muncul Perintah Nomer 2 yang mengarahkan prajurit dan pelaut untuk memecat komandan mereka dan memilih penggantinya. Selain kekuasaan tersebut, Soviet melalui delegasi buruh dan serikat buruh terpilih juga mengendalikan jalur kereta api, layanan telekomunikasi dan pos. Soviet juga mendirikan komite suplai makanan untuk mengatasi persoalan pangan. Soviet juga menerbitkan korannya sendiri, Izvestia serta membebaskan ribuan tahanan politik. 10 Maret, kesepakatan ditandatangani antara Soviet Petrograd dan Masyarakat Industrialis Petrograd mengenai penerapan delapan jam kerja di semua pabrik. Kebijakan tersebut diterapkan di seluruh Rusia pada bulan Maret dan April. Soviet-soviet semacam Soviet Petrograd juga bermunculan di berbagai daerah lainnya.
Pemerintahan Sementara dipilih bukan berdasarkan atas kehendak massa buruh dan rakyat Rusia. Kelas buruh dan prajurit sudah mendirikan Soviet-sovietnya sendiri. Satu-satunya alasan Pemerintahan Sementara bisa bertahan adalah karena dia didukung oleh partai-partai “kiri” Menshevik dan partai RS. Tokoh “kiri” yang masuk ke dalam Pemerintahan Sementara saat itu adalah, Alexander Kerensky yang menjadi Menteri Kehakiman. Sementara itu pula, Menshevik dan partai RS memegang mayoritas di Soviet-soviet. Kelas buruh dan prajurit tidak percaya pada kelas borjuis dan Pemerintahan Sementara tapi mereka percaya dengan “pemimpin-pemimpin” mereka di Menshevik dan partai RS, setidaknya tidak untuk lama.
Baik Menshevik maupun SR terus berupaya untuk menyerahkan kekuasaan kepada borjuis progresif. Mereka mengatakan bahwa kekuasaan tanpa kapitalis akan “menghancurkan revolusi rakyat”. Menurut mereka kelas buruh terlalu lemah untuk menuntaskan revolusi dan jangan “mengisolasi” dirinya. Posisi Menshevik diungkapkan sangat jelas oleh Potresov, “pada saat revolusi borjuis, (kelas) yang paling siap, secara sosial dan psikologis, untuk menyelesaikan persoalan bangsa, adalah borjuasi.” Dukungan Menshevik terhadap Pemerintahan Sementara tidak terlepas dari perspektif Revolusi Dua Tahap bahwa revolusi sosialis hanya mungkin dilakukan setelah perkembangan kapitalisme merubah Rusia menjadi masyarakat industri yang maju.
Menurut Lenin penjelasan kelas dan signifikansi kelas dari situasi Kekuasaan Ganda adalah bahwa seperti semua revolusi, revolusi Rusia, dengan cepat menarik sejumlah besar rakyat biasa ke dalam gerakan. Jutaan dan puluhan juta rakyat yang bertahun-tahun sebelumnya secara politik tidak aktif, dihancurkan oleh represi rejim atau beban kerja tidak manusiawi untuk keuntungan tuan tanah dan kapitalis, telah bangun dan dengan antusias terlibat dalam politik. Sebagian besar dari mereka adalah pemilik kecil, borjuis kecil, orang-orang yang berdiri ditengah-tengah antara kapitalis dan buruh upahan. Mereka kemudian menyapu dan memenuhi proletariat yang berkesadaran kelas, tidak hanya karena jumlahnya yang sangat besar namun juga secara ideologi. Secara ideologi mereka mempengaruhi sejumlah besar buruh dengan cara pandang politik borjuis kecil. Ciri khas politik dari massa popular di Rusia saat itu adalah “sikap kepercayaan tak beralasan terhadap para pemilik modal.”
Ini yang menjadi basis kelas dari “perjanjian” antara Pemerintahan Sementara dengan Soviet Buruh dan Prajurit. Ini pula menjadi alasan kenapa partai-partai “kiri” reformis borjuis kecil – Menshevik dan partai Revolusioner Sosialis – mendominasi soviet-soviet yang baru terbentuk, sementara Bolshevik adalah minoritas kecil, terisolasi. Ini juga yang menjadi alasan kenapa bagian tertentu dari kepemimpinan Bolshevik, dipimpin oleh Stalin dan Kamenev, mengambil posisi berdamai dengan Pemerintahan Sementara dan Menshevik. Bahkan mengusulkan menyatukan kembali partai Bolshevik dan Menshevik.
Lenin pada tanggal 7 Maret menulis dari Swiss, “Pemerintahan (Sementara-pen) ini telah terikat tangan dan kakinya pada kapital imperialis, pada kebijakan perang dan penjarahan imperialis.” Sementara Kamenev menulis di Pravda mengenai PD I pada 15 Maret bahwa “rakyat yang merdeka” akan “berdiri tegak di pos mereka, akan membalas peluru dengan peluru, mortir dengan mortir.” 12 Maret, Kamenev, Stalin dan Muranov kembali dari pengasingan di Siberia dan membawa kebijakan partai ke kanan. Pada akhir Maret, Stalin mendukung persatuan dengan Menshevik dan menyatakan bahwa Pemerintahan Sementara “telah mengambil peran mendukung penaklukan yang dilakukan oleh revolusi.”
Konferensi pertama Soviet Perwakilan Buruh dan Prajurit Seluruh Rusia diselenggarakan pada akhir Maret 1917. Bersamaan dengan itu Biro Komite Sentral Bolshevik menyelenggarakan Konferensi anggota partai yang berasal dari buruh Se-Rusia. Laporan mengenai sikap terhadap Pemerintahan Sementara dibawakan oleh Stalin. Ide utama dari argumentasi Stalin adalah bahwa Bolshevik harus memberikan dukungan kritis kepada Pemerintahan Sementara borjuis, bertindak sebagai oposisi loyal yang sementara tetap berada di luar pemerintahan yang walau dengan syarat tertentu tetap mendukung. Stalin mengatakan “Selama Pemerintahan Sementara mendukung langkah-langkah revolusi…untuk itu kita harus mendukungnya; namun selama dia kontra-revolusioner, dukungan kepada Pemerintahan Sementara tidak diperbolehkan.” Namun argumentasi Stalin tersebut tidak diterima secara bulat oleh Konferensi.
Tesis April dan Pemerintahan Koalisi
Lenin kembali dari pengasingan dan tiba di Petrograd pada tanggal 16 April 1917. Keesokan harinya Lenin membacakan pandangan-pandangannya di dua pertemuan Konferensi Deputi Soviet Buruh dan Prajurit Seluruh Rusia. Pandangan-pandangan Lenin kemudian diterbitkan di koran Bolshevik, Pravda pada tanggal 20 April 1917. Pandangan-pandangannya dikenal sebagai “Tesis April” dengan kalimatnya “Seluruh Kekuasaan Untuk Soviet.”
Tesis April berisikan 10 point penting, yaitu:
(1) Perang yang terjadi (Perang Dunia I) adalah perang imperialis dan mengakhiri perang tersebut secara demokratis dan damai hanya mungkin jika kapital berhasil digulingkan. Hal ini harus dijelaskan kepada massa dengan ketelitian, kegigihan dan kesabaran. Termasuk juga mengorganisir para prajurit di medan perang.
(2) Ciri khas dari situasi Rusia saat ini bahwa Rusia sedang melewati tahap pertama dari revolusi – yang karena kurangnya kesadaran kelas dan organisasi proletariat maka kekuasaan berada di tangan borjuasi – menuju ke tahap kedua, yang harus meletakan kekuasaan di tangan proletariat dan bagian termiskin dari kaum tani.
(3) Jangan dukung Pemerintahan Sementara, sebuah pemerintahan kapitalis. Pemblejetan terhadap kepalsuan semua janjinya.
(4) Mengakui bahwa Bolshevik adalah minoritas kecil di dalam Soviet. Dibandingkan dengan blok dari semua elemen atau partai oportunis borjuis kecil yang menyerah pada pengaruh borjuasi dan menyebarluaskan pengaruh tersebut diantara proletariat.
Massa harus diyakinkan untuk melihat bahwa Soviet adalah satu-satunya bentuk pemerintahan revolusioner yang dimungkinkan. Oleh karena itu tugas kita adalah menjelaskan ke massa secara sabar, sistematis dan gigih mengenai kesalahan-kesalahan dari partai lain.
Pada saat yang bersamaan kita juga menjelaskan kebutuhan untuk mentransfer keseluruhan kekuasan negara kepada Soviet.
(5) Bukan republik parlementer namun republik Soviet buruh, buruh tani dan kaum tani dari bawah ke atas. Penghapusan kepolisian, angkatan bersenjata dan birokrasi. Tentara reguler digantikan dengan rakyat bersenjata. Semua pejabat harus dipilih dan dapat direcall serta diupah sama dengan upah buruh.
(6) Menyita seluruh tanah milik. Nasionalisasi seluruh tanah di dalam negeri. Tanah akan diatur oleh Soviet Buruh Tani dan Kaum Tani. Pengorganisasian Soviet Petani Miskin yang terpisah. Pendirian pertanian percontohan dibawah kontrol Soviet Buruh Tani dan dapat dipertanggungjawabkan secara publik.
(7) Penggabungan segera seluruh bank menjadi sebuah bank tunggal nasional yang akan dikontrol oleh Soviet Buruh.
(8) Bukanlah tugas mendesak kita untuk “menerapkan” sosialisme, melainkan untuk membawa produksi dan distribusi sosial dari produk-produk secara sekaligus dibawah kontrol Soviet-soviet Buruh.
(9) Tugas partai adalah: (i) segera menyelenggarakan kongres; (ii) mengubah program partai, terutama: (a) mengenai persoalan imperialisme dan perang imperialis, (b) mengenai sikap kita terhadap negara dan tuntutan kita untuk sebuah “negara komune” (sebuah negara seperti Komune Paris), (c) mengamandemen program minimum kita yang sudah ketinggalan jaman; (iii) merubah nama partai. Dari “demokrasi sosial”, yang pemimpin resminya di seluruh dunia telah mengkhianati sosialisme dan membelot pada kelas borjuis, menjadi Partai Komunis.
(10) Sebuah organisasi internasional baru.
Menshevik menganggap “Tesis April”-nya Lenin memancing kekerasan dan perang sipil. Sementara itu Plekhanov menyebut tesis Lenin “tidak masuk akal”. Setelah “Tesis April” diterbitkan di Pravda, Kamenev mengeluarkan tulisan yang menyatakan bahwa posisi Lenin tersebut adalah pandangan pribadinya yang tidak sama dengan dewan editor Pravda ataupun Biro Komite Sentral.
Pemerintahan Sementara terutama Milyukov dan kapitalis Rusia berusaha keras meyakinkan kembali sekutu-sekutunya atas peran Rusia dalam PD I. Namun Milyukov menyadari bahwa tanpa kesepakatan dengan Soviet maka rencana tersebut akan ditentang. Pertemuan terjadi antara perwakilan Pemerintahan Sementara dan Soviet. Rusia sangat membutuhkan pinjaman dari sekutu untuk melanjutkan perang. Oleh karena itu pada tanggal 18 April, Milyukov mengirim sebuah surat kepada pemerintahan sekutu-sekutunya dan menyatakan bahwa Rusia akan melanjutkan perang sesuai kesepakatan dan akan mematuhi kewajiban mereka.
Surat tersebut bocor dan mengakibatkan ledakan kemarahan yang luas. Ribuan buruh, prajurit dan pelaut melancarkan demonstrasi membawa isu Turunkan Milyukov, Tolak Politik Aneksasi dan Turunkan Pemerintahan Sementara. Terjadi juga bentrokan antara demonstran pendukung Pemerintahan Sementara dengan para buruh. Jenderal Kornilov, yang didukung Milyukov, memutuskan untuk memindahkan artileri ke luar Istana Mariinsky dengan tujuan untuk menyatukan bagian-bagian militer dengan demonstrasi pro pemerintah bersenjata yang diadakan beberapa ratus meter dari demonstrasi buruh yang dipimpin oleh Bolshevik. Namun Komite Eksekutif Pusat Soviet dengan tergesa-gesa memerintahkan agar pasukan tidak meninggalkan barak mereka. Kornilov terisolasi dan tidak punya alternatif selain mundur.
Demonstrasi bulan April ini menjadi ujian seberapa kuat buruh berhadapan dengan Pemerintahan Sementara dan para pendukungnya. Strategi Partai Cadet kemudian bergeser untuk melibatkan lebih banyak kaum sosialis secara langsung dalam pemerintahan. Pemerintahan Sementara mengajukan tawaran ke Soviet Petrograd untuk membentuk pemerintahan koalisi. Dua menteri borjuis yang paling dibenci karena kebijakan pro-perang mereka, Guchkov dan Milyukov dipaksa mengundurkan diri sebagai syarat keterlibatan partai-partai sosialis. Pada tanggal 22 April kesepakatan dicapai, enam menteri sosialis bergabung dengan kabinet. Mereka antara lain Tsereteli (Menshevik) menjadi Menteri Pos dan Telegraf; Victor Chernov (SR) Menteri Pertanian; Peshekonov (Ketua Partai Sosialis Popular) Menteri Kehakiman; Kerensky menjadi Menteri Perang dan Angkatan Laut. Hanya Presiden Eksekutif Soviet, Nikolay Chkheidze yang menolak menjadi menteri.
Massa kebanyakan menerima hal tersebut sebagai tanda bahwa menteri-menteri “mereka” akan membawa perubahan dalam Pemerintahan Sementara. Namun Lenin segera mengatakan bahwa keterlibatan Menshevik dan RS dalam Pemerintahan Sementara borjuis justru menyelamatkan Pemerintahan Sementara dari keruntuhan dan membuat Menshevik dan RS menjadi pelayan dan pembela Pemerintahan Sementara. Masuknya menteri-menteri sosialis di Pemerintahan Sementara akan membuat buruh dan petani melihat sendiri bagaimana omongan dan tindakan para pemimpin mereka.
Hari-hari Juli
Pengalaman di bulan April mendorong para buruh untuk mengorganisir sebuah kekuatan mandiri dan bersenjata mereka sendiri. Pabrik Sepatu Skorokhod memutuskan membentuk pasukan Garda Merah dan meminta Soviet memberikan 500 senapan dan 500 revolver. Buruh-buruh menyita sejumlah besar persenjataan. Sekitar 40 ribu senapan dan 30 ribu pistol ditambah dengan 24 ribu senapan dan 400 ribu peluru yang dengan enggan diserahkan oleh Komisi Militer Pemerintahan Sementara. Atas dasar itu laskar buruh dibentuk, pertama bertugas untuk berpatroli di daerah-daerah buruh, menjaga ketertiban, mencegah pogrom dan melucuti elemen kriminal dan pengacau. Menjelang Revolusi Oktober, laskar sudah berjumlah antara 70 ribu hingga 100 ribu. Dari jumlah tersebut sekitar 15-20 ribu berada di Petrograd dan sekitarnya dan sekitar 10-15 ribu di Moskwa dan Daerah Pusat Industri.
28 April, sebuah Konferensi diorganisir dari perwakilan 156 perusahaan untuk mendirikan Garda Merah. Anggaran Dasarnya menyatakan bahwa tujuan dari Garda Merah adalah “untuk berjuang melawan intrik kontra revolusioner dari kelas berkuasa dan untuk mempertahankan dengan senjata seluruh kemenangan kelas buruh” namun pada saat yang bersamaan “untuk menjaga kehidupan, keamanan dan kesejahteraan seluruh penduduk tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, umur atau nasionalitas.” Keanggotaannya terbuka untuk siapapun (laki-laki maupun perempuan) yang merupakan anggota partai sosialis atau serikat buruh dan dipilih atau direkomendasikan oleh rapat akbar buruh-buruh di tempat kerjanya. Unit paling dasar terdiri dari 10 orang (desyatok) yang digabungkan menjadi “sotnya” atau unit yang terdiri dari 100 orang; sepuluh unit “sotnya” menyusun satu batalion. Seluruhnya berada di bawah kendali soviet distrik.
Tanggal 1 hingga 4 Mei sekitar 100.000 buruh dan prajurit Petrograd mengobarkan demonstrasi besar-besaran. Demonstrasi di bawah pimpinan Bolshevik tersebut pada hari-hari berikutnya diikuti kota-kota lainnya, mengobarkan demonstrasi besar-besaran dengan spanduk bertuliskan, “Hentikan Perang!” dan “Semua Kekuasaan untuk Soviet!”
3 hingga 24 Juni diselenggarakan Kongres Soviet Seluruh Rusia Pertama. Kongres ini dihadiri sekitar seribu orang perwakilan yang berasal dari sekitar 53 soviet provinsi/ regional, 305 soviet lokal dan 34 organisasi militer. Bolshevik adalah minoritas di dalam Soviet dengan 105 orang perwakilan. Dibandingkan dengan 285 dari RS, 248 dari Menshevik dan 111 dari berbagai macam partai-partai kecil. Dalam perdebatan di Kongres mengenai posisi Soviet terhadap Pemerintahan Sementara, Tsereteli mengatakan bahwa soviet harus mendukung Pemerintahan Sementara. Dia mengatakan bahwa tidak ada partai di Rusia yang mampu membentuk pemerintahan yang lain. Lenin kemudian berteriak dari kursinya: “Ada!” Lenin juga memberikan pidato pada Kongres tersebut. Namun Kongres memutuskan agar dukungan diberikan kepada Pemerintahan Sementara serta menteri-menteri “kiri” di Pemerintahan Sementara (RS dan Menshevik) diperintahkan untuk mematuhi keputusan yang dibuat oleh Soviet. Terdapat 543 suara yang memilih memberikan dukungan dibandingkan dengan 126 suara yang menolak dan 52 abstensi. Di akhir Kongres dibentuk Komite Eksekutif Pusat sebagai badan tertinggi di antara Kongres Soviet.
Tapi suasana di pabrik-pabrik dan garnisun semakin gelisah. Buruh-buruh Petrograd mempunyai pesan yang jelas untuk pemimpin Soviet: hentikan kerjasama dengan borjuis, keluar dari koalisi dan rebut kekuasaan. Di bawah pengaruh ini, Organisasi Militer Bolshevik merencanakan demonstrasi bersenjata bersamaan dengan waktu pelaksanaan Kongres dengan tujuan untuk menekan Kongres. Namun demonstrasi itu kemudian dibatalkan karena waktunya belum tepat untuk melancarkan pertempuran akhir serta adanya tentangan dari Kongres Soviet.
Sebagai reaksi atas rencana demonstrasi tersebut, Kongres Soviet menyerukan demonstrasinya sendiri. 18 Juni, sekitar 400.000 buruh dan prajurit di Petrograd berdemonstrasi di jalan-jalan Petrograd. Apa yang mengejutkan bagi para pemimpin “kiri” adalah massa membawa tuntutan-tuntutan Bolshevik seperti “Semua kekuasaan untuk Soviet”, “Hentikan Perang”, dan “Gulingkan 10 Menteri Kapitalis”. Hanya ada tiga poster yang menyatakan kepercayaan kepada Pemerintahan Sementara. Poster yang berada di barisan regimen Kazaki, kelompok kecilnya Plekhanov dan satu dari Bund.
Pada tanggal 1 Juli, Pemerintahan Sementara melancarkan ofensif di PD I. Pada hari yang sama buruh dan prajurit melancarkan demonstrasi menuntut perdamaian dan dibukanya perjanjian-perjanjian rahasia. Sementara demonstrasi patriotik mendukung ofensif Rusia di PD I juga dilancarkan di Nevsky. Seiring dengan upaya ofensif tersebut, Pemerintahan Sementara mengalami krisis yang lain pada tanggal 2 Juli. Beberapa menteri mengundurkan diri memprotes kompromi Kerensky dengan Dewan Pusat Ukraina. Kerensky kemudian ditunjuk untuk membentuk pemerintahan baru, Koalisi Kedua.
Kombinasi antara upaya Pemerintahan Sementara untuk melanjutkan perang dengan melakukan ofensif di PD I pada 1 Juli namun gagal, perintah untuk mengirim lebih banyak senjata dan personil serta penyerbuan terhadap markas kelompok anarkis yang mengakibatkan kematian salah satu pemimpinnya, mendorong para prajurit, terutama Resimen Senapan Mesin Pertama, untuk merencanakan pemberontakan segera.
Serangkaian kejadian yang dikenal sebagai Hari-hari Juli dimulai pada 3 Juli, ketika Resimen Senapan Mesin Pertama melancarkan pemberontakan dengan dukungan sejumlah unit-unit militer lainnya. Pecahnya pemberontakan bersamaan dengan Konferensi Kota Bolshevik Petrograd Kedua yang dibuka pada 1 Juli. Komite Sentral Bolshevik pada awalnya menentang upaya apapun untuk merebut kekuasaan di Petrograd. Namun Bolshevik tidak bisa mencegah ledakan yang terjadi. Jam 4 sore, Komite Sentral bertemu dan memutuskan untuk melakukan upaya menahan gerakan, yang kemungkinan besar akan berubah menjadi pemberontakan skala besar. Perwakilan-perwakilan dikirim ke pabrik-pabrik dan barak-barak untuk mencegah massa turun kejalan namun itu sudah terlambat. Malam harinya Komite Sentral bertemu dengan Komite Petrograd dan Organisasi Militer dengan mempertimbangkan telah jelas bahwa beberapa regimen, didukung oleh massa buruh, serta anggota-anggota Bolshevik terlibat dan turun ke jalanan, memutuskan untuk bergabung dan memberinya karakter terorganisir dan damai.
Demonstrasi bersenjata itu berusaha menangkap Kerensky, namun gagal. Kemudian 60 ribu massa bergerak ke Istana Tauride, tempat Komite Eksekutif Pusat Soviet berada. Mereka berencana untuk memaksa Komite Eksekutif Soviet merebut kekuasaan dari Pemerintahan Sementara. Dalam perjalanan mereka dihadapkan oleh penembak jitu di persimpangan jalan Nevsky dan Liteiny dan kemudian di jalan Liteiny dan Panteleymonov. Namun kebanyakan korban jatuh saat bentrokan melawan skuadron Kazaki. Setelah pertempuran di jalanan tersebut, pelaut Kronstadt tiba di Istana Tauride disusul oleh Resimen Senapan Mesin Pertama.
Salah satu kejadian pada waktu itu, Victor Chenov (RS) dikirim untuk menenangkan massa. Dia ditangkap oleh massa, salah satu buruh yang marah mengepalkan tangannya di kepala Chenov dan berkata: “Ambil kekuasaan, kau bajingan, ketika itu diberikan kepadamu!” Trotsky kemudian dikirim untuk membebaskannya namun tidak ditanggapi oleh massa. Sekitar pukul 7 malam para buruh menyerbu masuk ke pertemuan para pemimpin Soviet dan meminta agar mereka mengambil alih kekuasaan. Para pemimpin Soviet terpaksa bernegosiasi untuk mengulur waktu sementara Kerensky meminta pengiriman pasukan yang dapat mereka andalkan.
Ketika pasukan dari resimen Volhynian tiba, serangan balik kontra revolusioner dimulai. Bolshevik dinyatakan sebagai partai kontra revolusioner sementara Menteri Kehakiman, Pereverzev menyatakan bahwa Lenin adalah agen rahasia Jerman. Perintah penangkapan dikeluarkan untuk pimpinan Bolshevik, termasuk Lenin, Kamenev serta Zinoviev juga Trotsky dan Lunacharsky, kepala Organisasi Antar-Distrik. Kazaki dan polisi menembaki para demonstran, prajurit yang terlibat dilucuti. Unit-unit pasukan yang terlibat dalam Hari-Hari Juli dikirim ke garis depan PD I, bagi yang menolak akan dieksekusi. Sementara kelas menengah memukuli para buruh di jalanan Nevsky.
5 Juli, kantor Pravda dihancurkan dan koran-koran Bolshevik dibredel. Komite Eksekutif Pusat Soviet dan Distrik Militer Petrograd melancarkan operasi militer untuk merebut kendali ibukota. Benteng Peter dan Paul diduduki, dimana Resimen Senapan Mesin Pertama menyerah atas perintah Organisasi Militer Bolshevik. Komite Sentral Bolshevik memerintahkan penghentian demonstrasi dan agar buruh kembali kerja serta prajurit kembali ke barak mereka. Ini mengakhiri Hari-hari Juli yang disebut Lenin sebagai “sesuatu yang jauh lebih dari demonstrasi dan kurang dari sebuah revolusi.”
Seluruh upaya Bolshevik dari bulan April hingga Juli memang diarahkan untuk mencapai revolusi dengan secara sabar menjelaskan. Lenin menyadari bahwa Bolshevik masih merupakan minoritas kecil di Soviet. Oleh karena itu mereka harus mengakuinya dan bertindak sesuai dengannya. Tugas utama yang dihadapi adalah meyakinkan mayoritas Soviet dan kelas buruh (yang masih berada di bawah pengaruh Menshevik dan RS) dengan kerja yang sabar lewat propaganda dan agitasi. Termasuk juga menghindari konfrontasi prematur dengan Negara. Ini bukanlah hal yang mudah, mereka (Lenin dan Trotsky) harus menghadapi kemarahan para buruh yang sudah tidak sabar untuk merebut kekuasaan ataupun tuduhan-tuduhan sebagai oportunis.
Kudeta Kornilov
Setelah krisis di bulan Juli, Kerensky semakin mendapatkan kekuasaan yang besar. Dia menunjuk Jenderal Lavr Kornilov sebagai Panglima Angkatan Bersenjata. Kornilov, seorang figur otoriter yang dianggap bisa mengembalikan ketertiban dan disukai oleh kelas atas dan musuh-musuh revolusi. Mewakili serangan balik kontra revolusioner, Kornilov meminta diberlakukan kembali hukuman mati di medan perang; pelarangan pertemuan di garis depan, pelarangan resimen revolusioner dan diakhirinya kekuasaan komite prajurit. Tuntutan tersebut diperluas dengan penerapan darurat militer, hukuman mati bagi penduduk sipil serta larangan pemogokan di industri pertahanan dan kereta api.
Kornilov sendiri berkonspirasi dengan aristokrat dan perwira militer tertentu untuk berkuasa dengan menindas soviet dan menggantikan Pemerintahan Sementara dengan sebuah kediktaktoran militer. Kompromi coba dibuat antara Kerensky dan Kornilov namun gagal. 25 Agustus, Kornilov bersama pasukannya bergerak ke Petrograd. Kerensky yang ketakutan kemudian menyerukan dukungan soviet untuk memobilisasi massa melawan upaya kudeta Kornilov. Soviet-soviet diberikan persenjataan sementara anggota Bolshevik yang ditangkap dibebaskan.
Bolshevik memainkan peran penting dalam mengalahkan upaya kudeta Kornilov dengan menggunakan taktik front persatuan bersama Menshevik dan RS, termasuk Kerensky. Hal yang vital dalam taktik ini adalah Kaum Bolshevik tetap mengiringinya dengan agitasi-agitasi yang mengkritik Pemerintahan Sementara dan seruan perebutan kekuasaan ke tangan Soviet-soviet. Seperti yang dikatakan oleh Lenin “Kita akan berjuang, kita berjuang melawan Kornilov, seperti juga prajurit Kerensky, namun kita tidak mendukung Kerensky. Sebaliknya, kita membongkar kelemahannya. Ada bedanya. Perbedaan yang agak halus, namun sangat penting dan jangan dilupakan.” Ratusan agitator dari buruh, prajurit dan anggota-anggota Soviet menginfiltrasi kamp Kornilov. Para prajurit Kornilov yang sebenarnya merupakan buruh dan petani menanggapi para agitator tersebut dan melawan perwira mereka serta berbelok mendukung Soviet, akibatnya pasukan Kornilov runtuh dan dia menyerah.
Dengan buruh dan prajurit bersenjata mengendalikan jalan-jalan ibukota, kenyataan politik sekarang bergerak ke arah revolusioner. Kelas buruh dan petani Rusia jelas melihat bahwa tuan tanah dan pemilik modal serta perwakilan politik mereka mendukung Kornilov. Kerensky semakin tidak disukai karena hubungannya dengan Kornilov. Pemimpin RS dan Menshevik juga terdiskreditkan karena mendukung Kerensky. Sementara Bolshevik semakin mendapatkan dukungan massa.
Revolusi Oktober 1917
Dalam upaya untuk menyelamatkan kekuasaannya Menshevik dan RS melalui (yang masih mendominasi) Komite Eksekutif Pusat Soviet mengundang organisasi-organisasi rakyat untuk mengirimkan delegasinya pada Konferensi Demokratik yang akan diselenggarakan di Petrograd pada bulan September. Sementara itu di dalam Komite Eksekutif Pusat Soviet sendiri muncul 3 faksi. Bolshevik mendesak agar Kongres Soviet Seluruh Rusia segera diselenggarakan dan Soviet mengambil alih kekuasaan. Kelompok Tengah terdiri dari SR Kiri serta Menshevik Internasional mendesak agar didirikan sebuah Pemerintahan Sosialis Murni. Sementara RS Kanan serta Menshevik Kanan menuntut agar pemerintahan memasukkan perwakilan dari kelas atas.
Menshevik dan RS kemudian merevisi rencana perwakilan Konferensi Demokratis dengan menerima lebih banyak organisasi-organisasi kooperatif/ koperasi dan badan-badan konservatif lainnya. Konferensi Demokrasi memutuskan pembentukan badan pra pemilihan umum yang disebut sebagai Dewan Sementara Republik Rusia. Semacam parlemen yang bersifat konsultatif, tanpa kekuasaan legislatif apapun. Dalam dewan ini kelas bermilik praktis yang mengontrolnya dan menempati kursi yang tidak proposional dengan jumlah mereka.
Komite Eksekutif Soviet sendiri terlihat semakin tidak mewakili anggota dan massa dari Soviet itu sendiri. Mereka menolak menyerukan penyelenggaraan Kongres Soviet Seluruh Rusia yang seharusnya pada bulan September. Organ resminya Izvestia mulai memberikan isyarat bahwa Soviet hampir selesai dan kemungkinan akan dibubarkan. Saat yang sama Dewan Sementara Republik Rusia yang baru mengumumkan likuidasi “organisasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan” yaitu Soviet.
Komite Sentral Partai Bolshevik, atas usulan Lenin, menarik diri dari Dewan Sementara Republik Rusia dan menyatakannya sebagai “Pemerintahan Pengkhianat Rakyat”. Hanya Kamenev, Rykov dan Ryazanov yang mendukung tetap berpartisipasi. Selain itu Bolshevik juga menyerukan Kongres Seluruh Rusia diselenggarakan pada 2 November untuk mengambil alih Pemerintahan Rusia.
Selama Agustus hingga Oktober dukungan massa serta komposisi di dalam Soviet, serikat buruh maupun berbagai organisasi rakyat lainnya mengalami perubahan dramatis, bahkan dalam hitungan hari. Ancaman kontra revolusioner mendorong kelas buruh, prajurit dan petani menuntut Soviet mengambil sikap tegas dan slogan Bolshevik “Semua Kekuasaan Untuk Soviet” semakin diterima.
Minggu pertama September kontrol Soviet Petrograd berada di tangan Bolshevik. Resolusi menuntut pembentukan pemerintahan buruh dan petani, yang diusulkan Bolshevik, mendapatkan 229 suara dengan 115 menolak dan 51 abstain. Ini menunjukan bahwa banyak buruh anggota Menshevik dan SR memilih untuk Bolshevik. Pada tanggal 5 September, Kongres Soviet Siberia Tengah mendukung Bolshevik demikian juga dengan Moskwa. Bolshevik memiliki posisi kuat di daerah bagian utara sekeliling Petrograd. Di Soviet Kronstadt, Bolshevik memiliki 100 delegasi, RS Kiri 75, Internasionalis Menshevik 12 dan anarkis 7, sisanya 90 delegasi adalah independen. Bolshevik juga mayoritas di Finlandia, terutama di Helsingfors dan Vyborg. Demikian juga di Estonia. Mayoritas besar di Reval, Dorpat dan Wenden adalah Bolshevik dan SR Kiri.
Komite-komite Pabrik adalah yang paling pertama untuk mendukung Bolshevik. Pada Konferensi Komite Pabrik Seluruh Rusia tanggal 17-22 Oktober, lebih dari setengah delegasi yang memiliki hak suara (167 orang) adalah Bolshevik. Sementara itu di serikat buruh, semua kecuali empat pengurus serikat buruh metal di Petrograd adalah Bolshevik dan pada Kongres Serikat Buruh Seluruh Rusia (Juni 1917) Bolshevik mendapatkan dukungan dari 36,4 persen delegasi. Sementara pada Konferensi Demokratis, 58 persen adalah Bolshevik, 38,4 persen Menshevik dan RS Kanan, dari total 117 delegasi.
Keanggotaan Bolshevik meningkat dari sekitar sepuluh ribu pada bulan April menjadi seperempat juta pada Oktober 1917. Dengan buruh industri menyusun 60 persen dari keanggotaannya. Pada bulan Juni 1917, Bolshevik hanya 13 persen dari delegasi Kongres soviet seluruh Rusia. Pada bulan Oktober 1917, 51 persen dari delegasi Kongres soviet seluruh Rusia adalah anggota Bolshevik.
Sementara itu RS masih mempunyai pengaruh di soviet petani dan resimen di garis depan. Namun perbedaan internal terjadi di RS. 13 Mei 1917, perdebatan muncul di partai RS mengenai Perang Dunia Pertama. RS Kiri percaya bahwa sosialisme bisa dicapai tanpa Pemerintahan Sementara. Sedangkan RS Kanan mendukung Pemerintahan Sementara. RS Kanan paling kuat di daerah Black Earth dan Volga Tengah. Di Ukraina mereka berbagi kendali dengan nasionalis kiri. Sementara Menshevik kehilangan kendali dimana-mana. Hanya di Kaukasus mereka masih dapat mengendalikan soviet.
Ini adalah masa-masa yang genting, massa semakin mendukung Bolshevik. Pun demikian keputusan yang salah dapat berakibat represi yang bisa jadi jauh lebih besar dibandingkan paska Hari-hari Juli. Para pemimpin Bolshevik pun terpecah. Lenin yakin bahwa waktu telah matang dan penundaan bisa berakibat fatal. Sejak awal September, Lenin mengirim surat berulang kali ke Komite Sentral Bolshevik, Lenin ngotot bahwa persiapan insureksi harus dimulai. Sementara itu para pemimpin Bolshevik lainnya masih terpengaruh kekalahan Hari-hari Juli dan menjadi sangat berhati-hati. Zinoviev yang biasanya mendukung Lenin justru bersama Kamenev, yang seperti biasa, mengambil jalan moderasi.
Dalam karyanya “Marxisme dan Insureksi” Lenin menjabarkan syarat-syarat untuk insureksi. Bolshevik harus memenangkan dukungan rakyat, ini harus dibuktikan dengan fakta-fakta objektif: Pertama, menangnya Bolshevik sebagai mayoritas di Soviet-soviet. Kedua, terbukti dengan popularitas dan dukungan besar dari rakyat pekerja terhadap program perjuangan Bolshevik. Ketiga, dukungan kaum prajurit dan kaum tani. Keempat, rontoknya kredibilitas Pemerintahan Sementara yang tidak (bisa) lagi dipercayai rakyat untuk menghentikan perang dan memperbaiki ekonomi.
Tanggal 10 Oktober 1917, diselenggarakan rapat Komite Sentral Bolshevik yang diperluas. Rapat tersebut memutuskan mendukung usulan Lenin agar partai segera menyiapkan perebutan kekuasaan. Sepuluh dari 12 anggota Komite Sentral menyatakan, “Perlawanan bersenjata sudah tak terhindarkan dan waktunya telah matang sekarang.” Sementara Zinoviev dan Kamenev menolak usulan tersebut dan membuat tulisan di koran Menshevik membongkar rencana insureksi. Lenin menuntut mereka berdua dipecat namun ditolak oleh Komite Sentral Bolshevik. Soviet Petrograd yang saat itu dipimpin oleh Trotsky mendirikan Komite Militer Revolusioner. Tujuan komite tersebut untuk mempertahankan kota dari ancaman kontra revolusioner. Namun faktanya tugasnya adalah merencanakan penggulingan Pemerintahan Sementara. RS Kiri juga turut mendukung insureksi.
Malam tanggal 24 Oktober kaum Bolshevik memimpin Komite Militer Revolusioner serta semua pasukan buruh bersenjata di Petrograd, ibukota Rusia, untuk menggulingkan Pemerintahan Sementara Kerensky. Pasukan-pasukan buruh merebut gudang-gudang senjata, stasiun-stasiun kereta, kantor-kantor pos, perusahaan-perusahaan percetakan, pusat-pusat telekomunikasi, dan bank-bank. Para prajurit Petrograd juga berontak melawan Pemerintahan Sementara, bahkan mencapnya sebagai “alat musuh-musuh rakyat”. Pemerintah yang berkantor di Istana Musim Dingin diserbu Garda Merah pada jam dua dini hari 25 Oktober tanpa menemui perlawanan berarti. Saat itu Istana Musim Dingin hanya dijaga oleh pasukan Kazaki, Kadet, dan Batalyon Perempuan. Pasukan Kazaki melarikan diri saat tahu Garda Merah mendekat sementara pasukan Kadet dan 140 sukarelawan yang menyusun Batalyon Perempuan menyerah ke hadapan pasukan Garda Merah yang berjumlah 4.000an buruh. Jam 10.00 tanggal 25 Oktober, Bolshevik mengumumkan Pemerintahan Sementara telah ambruk. Kemenangan Revolusi Oktober berjalan dan berhasil dengan damai hampir tanpa korban jiwa. Hanya 18 orang ditangkap dan hanya dua orang tewas.
25 Oktober, saat proses insureksi berlangsung, Kongres Kedua Soviet diselenggarakan di Petrograd. Dari sekitar 850 delegasi yang mewakili 318 soviet-soviet lokal/ provinsi, 390 delegasi adalah Bolshevik dan 160 adalah total delegasi RS (sekitar 100 delegasi adalah SR Kiri yang menjadi sekutu Bolshevik). Kongres dibuka dengan seruan dari Menshevik dan SR Kanan agar Soviet bernegosiasi dengan Pemerintahan Sementara. Namun seruan tersebut ditolak dan Kongres melanjutkan dengan resolusi untuk memulai negosiasi damai di semua medan perang. Delapan puluh delegasi dari Menshevik, 60 delegasi dari SR Kanan serta Bund keluar dari Kongres ketika Kongres mendukung insureksi yang dipimpin Bolshevik dan perebutan kekuasaan dari Pemerintahan Sementara. Mereka juga menolak otoritas Kongres.
Kongres bekerja hingga dini hari dan mengadopsi seruan “Kepada Buruh, Prajurit dan Petani!” yang ditulis Lenin dan menyatakan perpindahan kekuasaan kepada Soviet Deputi Buruh, Prajurit dan Petani. Sesi Kedua kongres juga mensahkan Dekrit Perdamaian dan Dekrit Tanah. Kongres ditutup dengan memilih Dewan Komisar Rakyat serta Komite Eksekutif Pusat Seluruh Rusia untuk Pemerintahan Soviet yang baru. Lenin memberikan pidato dengan pernyataan, “Kita sekarang akan melanjutkan pembangunan tatanan sosialis” dan ditutup dengan seruan “Jayalah revolusi sosialis dunia!”
Perang Sipil dan Komunisme Perang
Setelah kemenangan Revolusi Oktober tugas berat menanti dipenuhinya slogan Bolshevik: tanah, roti dan perdamaian. Demikian juga kondisi tidak langsung berubah menjadi baik. Perang Dunia Pertama menghancurkan Rusia. Pada tahun 1918 Rusia memproduksi hanya 13 persen besi yang diproduksi pada 1913. Kondisi industri yang lain juga tidak jauh berbeda; besi hanya 12,3 persen dari tahun 1913; tembakau 19 persen, gula 24 persen, batu bara 42 persen, linen 75 persen, jalur kereta seperempat dari produksi tahun 1913. Januari 1918 sebanyak 48 persen lokomotif tidak dapat berfungsi. Pabrik-pabrik ditutup sehingga menyisakan Petrograd sepertiga jumlah tenaga kerjanya. Pendapatan buruh di luar upah meningkat dari 3,5 persen pada tahun 1913 menjadi 38 persen di tahun 1918 dalam banyak kasus keputusasaan mendorong buruh untuk melakukan pencurian. Anggaran negara tahun 1918 menunjukan pendapatan kurang dari setengah pengeluaran.
Kelaparan terjadi akibat kehancuran ekonomi, di beberapa provinsi bahkan dilaporkan terjadi kanibalisme. Pada akhir tahun 1918, jatah makanan di Moskwa dan Petrograd berkurang hingga 10 persen dari yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan seorang buruh manual. Penyakit berkembang bersama dengan kelaparan dan menelan korban mungkin 7 juta orang selama Perang Sipil.
Setelah Revolusi Oktober membuat Soviet berkuasa, Menshevik dan SR menyerukan pemilihan umum untuk Majelis Konstituante. Ini sebenarnya tidak lebih dari upaya untuk mencuri kekuasaan dari Soviet. Sebelum Revolusi Oktober, ketika Menshevik dan SR Kanan berkuasa di Pemerintahan Sementara mereka menunda-nunda penyelenggaraan pemilu untuk majelis konstituante. Justru Bolshevik yang menyerukan pemilihan majelis konstituante. Penundaan tersebut karena jika Menshevik dan SR mendapatkan suara mayoritas maka mereka akan dipaksa untuk menyelesaikan persoalan perang, tuntutan tanah para petani serta persoalan di pabrik. Mereka akan dipaksa untuk menyetujui slogan tanah, roti dan perdamaian atau berpihak pada kekuatan kontra revolusi melawan kelas buruh dan petani.
25 November diselenggarakan pemilihan Majelis Konstituante. Namun pemilihan tersebut tidak sedemokratis yang dibayangkan. Hanya 50 persen dari jumlah pemilih yang memilih. Di daerah pedesaan, komisi pemilihan umum masih di bawah kendali Demokrat Konstitusional yang konservatif dan “sosial moderat”, yang sering menolak untuk mendistribusikan daftar kandidat Bolshevik kepada para pemilih petani yang buta huruf. Daftar kandidat telah disusun sebelum perebutan kekuasaan oleh soviet dan ketika Partai SR masih bersatu dan di bawah kendali faksi kanan minoritas. Daftar kandidat RS itu banyak diisi oleh pendukung sayap kanan. Sebelum pemilihan Majelis Konstituante diadakan Partai RS pecah, dengan mayoritas besar anggotanya pergi dengan faksi kiri untuk membentuk partai terpisah – RS kiri.
Januari 1918, Majelis Konstituante menyelenggarakan pertemuan. Mereka menuntut Soviet membubarkan dirinya dan menyerahkan kekuasaan ke Majelis Konstituante. Mereka juga menyiapkan satu demonstrasi bersenjata untuk membubarkan Soviet. Demonstrasi tersebut tidak mendapatkan dukungan massa dan dengan mudah dikalahkan. Komite Eksekutif Pusat Soviet kemudian membubarkan Majelis Konstituante pada 25 Desember 1918.
Tiga hari setelah Revolusi Oktober, buruh-buruh Petrograd sudah menggali parit untuk mempertahankan diri dari pasukan Kazaki-nya Jenderal Krasnov dengan Kerensky yang telah merebut Tsarskoye Selo beberapa kilometer dari ibukota. Keesokan harinya Kolonel Polkovnikov memimpin pemberontakan Junker di sekolah militer di Petrograd. Mereka merebut kantor pusat telegram dan menangkap Komisar Antonov sebelum berhasil dikalahkan. Ketika kalah para Junker berjanji tidak akan melawan Soviet, mereka dijamin keamanannya dan kemudian dilepaskan. Namun mereka kemudian bergabung dengan perlawanan Tentara Putih di daerah Don dan Kuban. Pertempuran dengan kekuatan Krasnov yang mendapat dukungan dari pemimpin SR terjadi keesokan harinya di perbukitan Pulkovo di luar Petrograd. Krasnov dikalahkan dan tentara Putih bergerak ke selatan dan timur sementara pertempuran terus terjadi di bulan-bulan berikutnya, terutama di Ukraina. Trotsky berhenti menjadi Komisar Urusan Luar Negeri dan menjadi Komisar Perang pada Maret 1918.
Kelas buruh dan Pemerintahan Soviet berusaha keras untuk mewujudkan janji perdamaian, selain roti dan tanah, dengan mengakhiri Perang Dunia Pertama. Pemerintahan Soviet mengirimkan setidaknya 7 proposal perdamaian ke semua negara yang berperang. Namun hanya Jerman yang akhirnya menandatangani perjanjian damai yang disebut sebagai Perjanjian Brest-Litovsk. Namun perjanjian tersebut sangat merugikan Soviet karena Jerman meminta Ukraina yang merupakan daerah produsen pangan untuk Rusia.
Perjanjian Brest-Litovsk memunculkan perdebatan di dalam Bolshevik. Lenin dalam posisi minoritas, mendukung penandatanganan perjanjian damai. Dengan begitu akan mewujudkan janji perdamaian. Lenin juga menekankan bahwa Jerman akan dikalahkan dari dalam oleh buruhnya sendiri. Dan jika perjanjian itu tidak ditandatangani maka Jerman akan bergerak mencaplok lebih banyak daerah lagi dan memaksa syarat perjanjian yang lebih berat. Sementara itu Bukharin mendapat dukungan mayoritas untuk menolak perjanjian damai dan menyerukan perang revolusioner melawan Jerman. Trotsky mengusulkan agar perang dinyatakan berakhir namun perjanjian damai tidak ditandatangani. Perjanjian itu sendiri akhirnya ditandatangani ketika Jerman terus bergerak maju dan memberikan peringatan terakhir. Akibatnya beberapa orang faksi Komunis Kiri dari Bolshevik keluar dari partai dan pemerintahan Soviet, walau kemudian masuk kembali. Sementara RS Kiri keluar dari Pemerintahan Soviet.
Perang Sipil praktis dimulai dengan 14 negara lain yang didukung oleh Tentara Putih serta Menshevik dan RS Kanan mengepung Soviet dari segala penjuru. Tahun 1918, blokade terhadap Rusia dimulai, tidak ada satu surat, paket barang-barang bahkan koran luar negeri yang bisa masuk Rusia. Sekitar 73 ribu tentara Jepang tiba menduduki Vladivostok dan menyebar ke Siberia bagian timur. Selain itu terdapat 8 ribu tentara Amerika Serikat, 60 ribu tentara Ceko, sekitar 2,5 ribu tentara Inggris, 1,5 ribu tentara Italia dan seribu tentara Perancis yang memerangi Soviet di Siberia saja. Dari timur, kekuatan negara Imperialis tersebut mendukung Kolchak seiring mereka bergerak dari Urals ke Moskwa. Dari Utara, Inggris dan AS mendukung Tentara Putih yang berusaha menerobos ke Petrograd. Dari selatan, Perancis dan yang lainnya akan mendukung Jenderal Denikin, Don dan Kuban Kazaki seiring mereka bergerak di utara menuju Moskwa. Kemudian Polandia akan menginvasi dari timur dan Jenderal Ludenich bergerak hingga jarak tembak ke Petrograd. Tahun 1919 lebih dari 200 ribu tentara Sekutu mendukung Tentara Putih.
Dalam situasi seperti itu semuanya dikonsentrasikan untuk mempertahankan diri dan mengalahkan kepungan kekuatan anti Soviet. Di luar kekuasaan Soviet tidak ada pilihan lain selain kontra revolusi Tentara Putih dan negara-negara imperialis. Pemerintahan Soviet kemudian menerapkan kebijakan Komunisme Perang. Kebijakan Komunisme Perang termasuk nasionalisasi menyeluruh dan segera serta pengambilalihan stok surplus, terutama gandum, bahkan tanpa kompensasi serta sentralisasi ekstrem dalam ekonomi.
Trotsky mengatakan “’Komunisme” ini dengan tepat disebut sebagai Komunisme Perang bukan hanya karena ia menggantikan metode ekonomi dengan militer namun juga karena ia melayani tujuan militer di atas yang lainnya. Ini bukan persoalan memastikan perkembangan ekonomi yang sistematis di bawah kondisi umum, namun memastikan pasokan makanan yang sangat diperlukan bagi prajurit di garis depan dan agar kelas buruh tidak mati sama sekali. Komunisme Perang adalah rezim sebuah benteng yang terkepung.”
Namun Komunisme Perang tidak diterima oleh petani Rusia. Dua pemberontakan petani yang signifikan terjadi pada tahun 1920 dan 1921 yaitu pemberontakan Antonov di provinsi Tambov dan pemberontakan Makhno di Ukraina. Kemudian menjelang berakhirnya Perang Sipil, Bolshevik dihadapkan dengan pemberontakan pelaut di Kronstadt. Pemberontakan-pemberontakan tersebut merupakan ekspresi dari keinginan lapisan borjuis kecil dalam menentang kebijakan-kebijakan mempertahankan Negara Kelas Buruh. Kebijakan-kebijakan seperti pengambilalihan gandum, menghapuskan monopoli perdagangan luar negeri yang dipegang oleh negara buruh, monopoli yang melindungi industri Soviet dan pekerjaan para buruh Soviet dari kehancuran oleh persaingan barang murah buatan Barat. Bolshevik dihadapkan pada kebutuhan untuk memadamkan pemberontakan tersebut. Mengenai penindasan terhadap Pemberontakan Kronstadt Trotsky mengatakannya sebuah “kebutuhan tragis”. jika pemberontakan Kronstadt tidak secepatnya dipadamkan, kekuatan Tentara Putih – didukung oleh Menshevik dan RS serta disokong oleh imperialisme asing – akan memanfaatkannya untuk melancarkan kembali Perang Sipil.
Bantuan besar yang didapatkan oleh kelas buruh Rusia untuk memenangkan Perang Sipil adalah gelombang revolusi yang menyapu Eropa. November 1918, Revolusi Jerman menggulingkan dinasti Hohenzollern. Revolusi ini juga mengakhiri keterlibatan Jerman di PD I dan Räte atau dewan-dewan buruh terbentuk di Jerman. Walaupun kemudian revolusi dikhianati oleh Partai Demokratis Sosial Jerman. Buruh-buruh pelabuhan di London menolak bongkar muat kapal Jolly George yang membawa amunisi untuk Polandia yang akan digunakan melawan Soviet. Di Inggris perlawanan buruh mengguncang hingga Churchill mengatakan sulit untuk memberikan dukungan militer karena kelas buruh Inggris menentang intervensi militer. Selama dua tahun Italia dilanda perjuangan kelas buruh yang masif. Pemberontakan serius terjadi pada awal tahun 1919 di armada Perancis dan unit-unit militer Perancis yang mendarat di Odessa dan pelabuhan Laut Hitam. Akibatnya evakuasi dilakukan pada bulan April. Dengan berhentinya intervensi dari negara-negara imperialis maka Tentara Putih dapat dengan mudah dikalahkan.
Kebijakan Ekonomi Baru
Program awal pemerintah Soviet tidak membayangkan nasionalisasi cepat. Melainkan mempromosikan pendirian universal kontrol buruh dalam industri, nasionalisasi bank-bank dan nasionalisasi monopoli kapitalis besar yang juga mengeksploitasi borjuis kecil. Bolshevik kemudian dipaksa meninggalkan program ini dan menasionalisasi semua industri, perdagangan dan perniagaan, untuk menekan ekonomi uang dan menerapkan ekonomi “komando” dengan keras untuk memenuhi kebutuhan Tentara Merah dalam Perang Sipil. Pada akhir dari Perang Sipil, mereka mundur dari “Komunisme Perang” dan mengadopsi apa yang kemudian dikenal dengan Kebijakan Ekonomi Baru.
Dalam laporannya mengenai KEB ke kongres keempat Komunis International pada November 1922, Trotsky menunjukan bahwa “dengan menaklukkan borjuasi di bidang politik dan perang, kita memperoleh kemungkinan untuk mengatasi kehidupan ekonomi dan kita mendapati diri kita dibatasi untuk memperkenalkan lagi bentuk hubungan pasar antara kota dan desa, antara berbagai cabang industri dan antara usaha (enterprises) individu itu sendiri”.
Bolshevik juga tidak melihat KEB sebagai suatu tindakan yang dipaksakan pada mereka oleh dampak sangat buruk dari Perang Sipil terhadap industri Rusia. Mereka menunjukkan aspek-aspek umumnya, yaitu, pemeliharaan parsial ekonomi pasar di bawah regulasi dari negara buruh, merupakan suatu keharusan bagi setiap kemenangan revolusi buruh termasuk di negara-negara industri maju.
Dalam pidato kepada anggota organisasi Moskwa partai Bolshevik pada malam kongres keempat Komintern, Trotsky menunjukkan bahwa: “Dalam semua buku-buku lama kita, yang ditulis oleh guru-guru dan kita sendiri, kita selalu mengatakan dan menulis bahwa kelas buruh, setelah merebut kekuasaan negara, akan selangkah demi selangkah menasionalisasikan, dimulai dengan alat produksi yang siap… Akankah kelas buruh dalam menaklukkan kekuasaan di Jerman atau di Perancis harus memulai dengan menghancurkan aparat yang bertugas untuk mengatur sarana teknis, mesin ekonomi uang…? Tidak, kelas buruh harus menguasai metode sirkulasi kapitalis, metode akuntansi, metode perputaran pasar saham, metode perputaran perbankan dan secara bertahap, sesuai dengan sumber daya teknis sendiri dan tingkat persiapan, melewati awal yang direncakan…”
Naiknya Stalin
Salah satu upaya untuk mendiskreditkan Revolusi Oktober adalah dengan mengatakan bahwa Bolshevik, Revolusi Oktober dan bahkan Sosialisme itu sendiri akan berujung pada kediktaktoran, seperti Stalin. Naiknya Stalinisme merupakan kombinasi antara kondisi objektif dan faktor subjektif.
Perang Sipil yang berakhir sekitar tahun 1920/21 mengakibatkan pendapatan nasional kurang dari sepertiga angka pada tahun 1913; produksi industri kurang dari seperlima; produksi batubara adalah sepersepuluh, produksi besi 1/40. Ransum harian bagi para buruh di kota-kota besar Moskwa dan Petrograd adalah 60 gram roti dan beberapa kentang beku. Ini diperparah dengan bencana kekeringan, badai pasir dan belalang di daerah utama pertanian Rusia secara bersamaan. Salah satu kelaparan terburuk dalam sejarah modern menghantam 36 juta petani, merenggut nyawa dua juta jiwa. Selain itu Soviet kekurangan tenaga terampil. Angka melek huruf hanya 30 persen, lebih sedikit lagi yang memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk membangun kembali ekonomi industri. Kelas buruh yang paling terorganisir dan sadar politik berkurang dan hancur. Banyak yang tewas di Perang Sipil atau melarikan diri ke pedesaan untuk mencari makanan. Populasi Moskwa telah turun 50%, sementara Petrograd turun sepertiga.
Kebijakan Ekonomi Baru pada tahun 1921 berhasil membuat kebangkitan ekonomi terbatas. Namun, dampak langsungnya adalah memperkuat jutaan pemilik kecil petani, yang bebas untuk menjual surplus makanan mereka di pasar terbuka serta para pedagang swasta yang menjadi kaya dengan perdagangan tersebut. Industri Rusia dan kekuatan kelas buruh pulih lebih lambat karena kekurangan akut tenaga terampil.
Kemenangan revolusi di negeri industri maju akan membantu kelas buruh Rusia untuk memanfaatkan akumulasi pengetahuan dan ketrampilan kelas buruh Eropa Barat untuk membangun kembali industri Rusia yang hancur. Tanpa revolusi tersebut bantuan terpaksa diambil dari tenaga terampil yang tidak punya simpati terhadap revolusi yaitu para pejabat Tsar, manajer kapitalis dan profesional kelas menengah yang kebanyakan mendukung Tentara Putih dalam Perang Sipil. Bujukan yang bisa ditawarkan kepada mereka adalah gaji tinggi dan akses istimewa ke barang-barang konsumen langka.
Lapisan ahli terampil ini berevolusi menjadi birokrasi yaitu sekelompok besar orang yang memegang kekuasaan dan hak istimewa sebagai akibat dari memegang jabatan administrasi. Dalam administrasi pusat negara di Moskwa mereka berjumlah hampir 200.000 orang. Lapisan istimewa ini, yang kepentingannya adalah mencari keuntungan diri sendiri serta mengejar karir, menjadi sumber infeksi ideologis. Seluruh lapisan anggota partai Bolshevik yang bekerja di dalam mesin negara mulai beradaptasi dengan pandangan sosial ini dan metode administrasi, mereka sendiri menjadi birokrat, yang sibuk memperoleh hak istimewa material dan pekerjaan yang aman dalam aparat administratif. Stalin muncul sebagai juru bicara utama untuk strata birokrasi ini, mempercepat kristalisasinya dengan menggunakan otoritasnya sebagai sekretaris jenderal partai untuk mempromosikan mereka yang setia kepada aparatus yang dipimpinnya ke dalam posisi kunci di semua tingkat partai.
Meningkatnya fusi di antara aparat partai dengan aparatur negara dan hilangnya lapisan luas buruh Bolshevik, menciptakan dasar obyektif untuk degenerasi birokrat partai. Namun, sebuah faktor subyektif yang penting sekali perlu ditambahkan.
Masalah birokratisasi negara buruh adalah masalah baru, yang belum pernah dihadapi dalam sejarah. Setiap kali kelas buruh dan partainya dihadapkan dengan masalah baru, diferensiasi dan pengelompokan ulang pasti terjadi didalamnya. Tragedi Partai Bolsevik adalah bahwa hanya sebagian kecil dari anggotanya mengerti bahaya ini pada masa awal tahun 1920-an ketika masih mungkin untuk memeranginya. Walaupun sebagian besar pemimpinnya akhirnya menyatakan oposisinya terhadap kasta birokratis yang bangkit ini, mereka melakukannya secara terpisah dan terlambat. Lenin adalah orang pertama yang memahami dan mulai bertindak melawan proses birokratisasi dalam Partai Komunis. Pada Kongres Partai ke 12, Lenin mulai bersiap-siap untuk melawan faksi birokratis Stalin. Namun mengetahui bahwa ia mungkin menderita stroke lebih lanjut sebelum itu, ia mengusulkan agar ia dan Trotsky membentuk “blok melawan birokrasi pada umumnya dan terhadap Biro Organisasi [dipimpin oleh Stalin] khususnya” dan ia menyerahkan catatannya kepada Trotsky untuk digunakan melawan Stalin di kongres.
Trotsky tidak memanfaatkan bahan yang telah diberikan Lenin untuk melancarkan serangan terbuka terhadap birokrasi Stalin. Sebaliknya, ia mengirim pesan pribadi kepada Stalin menuntut bahwa ia menyetujui beberapa usulan. Stalin pun setuju. Namun sementara Trotsky menghormati komprominya – untuk menahan diri dari menerbitkan catatan Lenin, Stalin membangun kekuatannya. Setelah tahun 1923 semua oposisi terhadap Stalin menghadapi tembok besar.
Kemenangan Stalin dan pembalikan tradisi dan capaian Bolshevik serta Revolusi Oktober menunjukan bahwa Stalinisme bukanlah pewaris dari tradisi Bolshevik dan Revolusi Oktober.
Ketika mengambil alih kekuasaan pada bulan November tahun 1917 dengan memimpin gerakan revolusioner buruh dan petani Rusia yang masif, partai Bolshevik merupakan partai paling demokratik yang pernah ada di dunia. Keanggotaannya – sebesar seperempat juta orang – merupakan gabungan aktivis revolusioner lama yang bertahan di bawah kebiadaban represif rezim tsar, dan generasi baru buruh militan yang tertarik ke dalam partai oleh perjuangan tanpa kompromi untuk membebaskan Rusia dari kemiskinan, tirani politik dan penindasan nasional.
Untuk mempertahankan kekuasaannya Stalin tidak hanya harus secara politis mengalahkan generasi pemimpin revolusioner Bolshevik namun juga secara fisik memusnahkan mereka. Tidak hanya para pemimpin pusat partai Lenin, tapi hampir seluruh anggota yang telah berpartisipasi dalam revolusi 1917, tewas dalam teror besar tahun 1930-an. Fakta ini menunjukan kebohongan mereka yang mengklaim bahwa rezim Stalinis adalah perpanjangan logis dari Bolshevisme.
Terdapat juga mitos bahwa karakter partai Leninis yang ketat berdasarkan atas kader revolusioner profesional yang mengakibatkan tidak demokratisnya partai Bolshevik. Termasuk juga menjadi dasar bagi perkembangan birokratisme monolitik rezim Stalinis.
Pandangan tersebut salah karena; pertama, seperti yang sudah kita lihat bahwa di dalam Bolshevik terdapat kebebasan berdiskusi dan berdebat mengenai berbagai macam isu. Lenin sering berdebat dengan satu, dua atau lebih individu dalam partai serta tidak jarang juga berada dalam posisi minoritas.
Kedua, konsepsi partai Leninis yang ketat, terbatas keanggotaannya serta hanya berisi kader revolusioner profesional justru meluaskan, bukan menyempitkan, demokrasi internal partai. Alternatif bagi konsep partai seperti itu adalah sebuah partai yang berdasarkan pada keanggotaan diatas “kertas” yang membayar iuran. Dalam jangka panjang keberadaan anggota semacam itu akan membuat partai memiliki keanggotaan pasif. Kita bisa melihat pengalaman partai semacam itu dimana justru anggota yang pasif justru mudah dimanipulasi oleh para pimpinan, dan lebih mudah dibirokratisasikan, dari pada organisasi-organisasi revolusioner dimana desakan kesatuan dalam tindakan dari para anggota, dan pilihan ideologis yang lebih ketat terhadap keanggotaan, sangat mengurangi kesenjangan antara “pemimpin” dan “jajaran anggota”, menciptakan lebih banyak kondisi-kondisi untuk suatu kesetaraan yang tidak hanya sekedar formal tapi efektif antara semua anggota partai, dan maka memungkinkan tingkat yang lebih besar dari demokrasi internal.
Revolusi Rusia dan kemundurannya membuktikan bahwa partai tipe Leninis, yaitu sebuah partai kader revolusioner yang berdisiplin diri terdidik dalam program Marxis dan teruji dalam perjuangan massa, adalah alat menentukan yang dibutuhkan oleh kelas buruh untuk mengambil dan memegang kekuasaan. Pembelaan terhadap konsep partai Lenin berada di jantung program mereka yang memimpin perang melawan birokratisasi Stalin pada 1920-an. Sebaliknya, untuk merebut kekuasaan dari para buruh dan untuk memperluas hak-hak istimewanya, naiknya kasta birokrasi harus menghancurkan partai Bolshevik dan membalikkan program dan prinsip-prinsip organisasinya.
Argumentasi lain yang paling umum adalah bahwa beberapa langkah defensif yang terpaksa diambil oleh Bolshevik membuka jalan bagi Stalinisme. Pembubaran Majelis Konstituante, pelarangan partai-partai yang berupaya untuk mengorganisir penggulingan kekuasaan Soviet, penindasan pemberontakan petani maupun Kronstadt yang paling sering dikutip sebagai contoh. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Langkah-langkah ini membantu menunda degenerasi birokratik dari revolusi karena langkah-langkah tersebut memperkuat perjuangan partai Bolshevik untuk membela negara buruh melawan musuh-musuhnya.
Demikian juga ekonomi “komando” Stalinis jauh berbeda dengan langkah-langkah ekonomi yang dianjurkan Marx dan Bolshevik dalam periode transisi dari kapitalisme ke sosialisme. Marx dan Engels, misalnya, tidak pernah menganjurkan pengambilalihan semua milik pribadi oleh revolusi proletariat. Dalam Manifesto Komunis, Marx dan Engels menyatakan bahwa “ciri istimewa komunisme bukanlah penghapusan milik pada umumnya, tetapi penghapusan milik borjuis”, yaitu, penghapusan kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi yang sudah secara efektif disosialisasikan oleh kapitalisme. Pertanyaan ini tentang sikap proletariat sosialis terhadap pemilik modal kecil yang tentu saja lebih mendesak bagi kaum Bolshevik, yang harus memimpin buruh untuk berkuasa di negeri yang didominasi petani.
Capaian dan Pengaruh Revolusi Oktober
Kekuasaan Soviet memberikan hak-hak demokrasi bagi kelas buruh dan rakyat. Kebebasan pers, berorganisasi, berserikat dan berpendapat berkembang. Ketika berdiri Soviet memimpin dengan sistem multipartai, selain Bolshevik juga terdapat delegasi dari berbagai faksi Menshevik, RS, anarkis ataupun aktivis yang tidak bergabung dengan partai apapun.
Dewan Komisar Rakyat dipilih dengan Lenin sebagai kepalanya. Dewan tersebut bertanggung jawab pada Komite Eksekutif dari Kongres Soviet, Komite tersebut dipilih dalam pertemuan reguler dari Kongres Soviet. Delegasi-delegasi dalam Kongres dipilih dari berbagai badan-badan lokal dan regional dan dapat diganti segera (recall) jika diinginkan oleh para pemilih buruh dan petani. Demikian juga semua pemegang jabatan pemerintahan tidak boleh mendapatkan upah lebih dari buruh terampil.
Soviet juga memutuskan untuk mundur dari Perang Dunia Pertama dan mengesahkan pengambilalihan tanah oleh petani dan redistribusi tanah. Delapan jam kerja diterapkan di seluruh negeri. Soviet juga mendeklarasikan hak menentukan nasib sendiri untuk semua bangsa tertindas. Dalam deklarasi tersebut, Dewan Komisar Rakyat juga menjelaskan harapan agar rakyat pekerja dari berbagai bangsa akan memutuskan untuk tetap menjadi bagian dari Uni Soviet. Pemerintahan Soviet membuat kebijakan untuk memajukan kontrol pemerintah terhadap semua bank dan menjalankan kontrol buruh atas industri. Pemerintah Soviet juga menyediakan layanan kesehatan, pendidikan dan perumahan bagi semua rakyat sebagai sebuah hak. Agama dan negara dipisahkan, mengakhiri hak istimewa bagi Gereja Orthodoks Rusia, dengan kebebasan beragama, beribadah dan berkeyakinan termasuk bagi agama minoritas seperti Muslim Rusia. Rasisme dihentikan, Yahudi yang sering menjadi korban rasisme dan persekusi mempunyai kesempatan untuk terlibat dalam pembangunan Soviet.
Dalam pembebasan perempuan dan Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT), pemerintahan Soviet mendorong kesetaraan. Semua peraturan yang mengkriminalisasi LGBT dihapuskan bersama dengan undang-undang milik Tsar. Hubungan seksual ditegaskan sebagai urusan pribadi tanpa intervensi negara, kecuali jika ada pihak yang terluka atau hak-haknya dilanggar. Pengadilan Soviet juga mengesahkan pernikahan sejenis serta menyatakan bahwa berbagai macam orientasi seksual adalah “alami”. Terdapat pejabat Soviet yang terbuka sebagai gay, seperti komisar urusan publik Grigorii Chicherin.
Terdapat aturan hukum melawan pelecehan seksual yang isinya antara lain tidak ada kriminalisasi terhadap hubungan seksual konsensual di luar nikah. Hukuman terhadap pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak-anak. Termasuk juga hukuman penjara hingga lima tahun terhadap pelaku pemaksaan hubungan seksual terhadap perempuan yang secara material atau profesional tergantung pada pelaku. Perempuan juga memiliki hak setara dalam pernikahan serta perceraian dan hak aborsi. Perempuan juga memiliki hak untuk memiliki tanah serta hak untuk memilih dan dipilih. Konsep anak haram dihapuskan dan semua anak setara. Cuti hamil dengan tetap diupah sebelum dan sesudah melahirkan.
Tahun 1922, pekerjaan domestik disosialisasikan dengan membangun tempat perawatan anak, taman kanak-kanak, dapur dan binatu umum. Dengan begitu maka perempuan menjadi lebih bebas untuk bekerja, mengenyam pendidikan dan menikmati waktu luang.
Prostitusi tidak dikriminalisasi namun menjadi bagian dari kesehatan publik dan komisi kesehatan didirikan untuk mencegah penyakin seksual menular. Selain itu kebijakan bantuan sosial juga dilakukan untuk memberikan alternatif selain jual beli hubungan seksual. Bantuan tersebut adalah lapangan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan hidup.
Revolusi Oktober mengguncang dunia dan menjadi inspirasi bagi ratusan juta kelas buruh serta rakyat tertindas. Buruh Australia mendengar cerita luar biasa dari buruh-buruh kapal dan pelabuhan. 8 November, setelah membaca berita ribuan buruh bersuka cita dengan meninggalkan tempat kerjanya. Selama dua hari mereka merayakan Revolusi Oktober dan bendera merah berkibar di gedung serikat buruh.
Di Amerika Serikat, Revolusi Oktober mendapatkan sambutan yang antusias. Keanggotaan Partai Sosialis meningkat hingga puluhan ribu terutama dari para imigran. Pada Juni 1918, sekitar 15 ribu orang berkumpul di Madison Square Garden menuntut AS mengakui Pemerintahan Soviet. Banyak artis, editor, penulis naskah drama dan penulis juga mengambil inspirasi dari demokratisasi seni dan budaya di Soviet Rusia. Sementara itu dukungan Bolshevik terhadap hak menentukan nasib sendiri serta kutukan mereka terhadap kolonialisme menarik perhatikan kaum kulit hitam radikal. Revolusi Oktober juga mengembangkan perdebatan mengenai bagaimana melawan rasisme di AS.
Sementara itu di India, yang saat itu dijajah Inggris, Revolusi Oktober menjadi inspirasi dan mempengaruhi gerakan sekuler, gerakan berbasis kepercayaan dan berbagai organisasi politik. Dalam dekade berikutnya sebuah gerakan anti kolonial sayap kiri berkembang.
Ketika berita mengenai Revolusi Rusia tiba di Indonesia, gerakan anti kolonialisme sedang dalam gelombang pasang. Sneevliet menulis sebuah artikel penuh semangat berjudul “Zegerpraal” (Kemenangan) dan dimuat pada tanggal 19 Maret 1917 di koran De Indiër milik Insulinde. Sneevliet dengan keras mengatakan bahwa penguasa Belanda juga akan mengalami nasib seperti Tsar jika orang-orang Indonesia menghendakinya. Nyoto dalam tulisannya Revolusi Oktober Rusia dan Revolusi Agustus Indonesia mengatakan bahwa rakyat Indonesia mendengar berita serbuan ke Istana Musim Dingin dan kemenangan kelas Buruh Rusia terlambat dan samar-samar. Namun kabar bahwa Negara Sosialis pertama telah lahir mendorong rakyat Indonesia untuk memperhebat perjuangannya, di lapangan ekonomi menuntut pengurangan pajak, kenaikan upah dan tuntutan perbagikan nasib lainnya. Di lapangan politik menuntut hak-hak demokrasi sebagai bagian dari perjuangan menuntut kemerdekaan negeri dan di lapangan organisasi berjuang untuk terbentuknya suatu Partai Marxis yang menghimpun semua tenaga revolusioner. Pihak yang khawatir terhadap imbas dari Revolusi Rusia adalah Pemerintah Kolonial Belanda. Kolonial Belanda mengambil tindakan terhadap Sneevliet dan melarang diskusi tentang Revolusi Rusia. Upaya ISDV untuk menyelenggarakan diskusi di Semarang dan Surabaya ditolak. Selain itu pada tahun 1917 sogokan dibuat dengan pembentukan Volksraad/ “Dewan Rakyat” pun begitu anggota-anggotanya diangkat dan hak-haknya sangat terbatas.
Fidel Castro mengatakan “Tanpa Revolusi Oktober… akan tidak mungkin mengakhiri kolonialisme dan membebaskan rakyat dari seluruh benua.” Pada saat Revolusi Oktober terjadi, dunia dijajah oleh Inggris, Perancis, Belgia, Belanda, Spanyol dan Amerika Serikat. Revolusi Oktober menjadi inspirasi bagi rakyat di daerah jajahan tersebut. Pada tahun 1919, rakyat Mesir dan Irak bangkit melawan kekuasaan Inggris, rakyat Korea berjuang melawan pendudukan Jepang. Pada 1920 diselenggarakan Kongres Baku atau Kongres Rakyat dari Timur yang dihadiri 1.891 delegasi dari 25 negeri termasuk Turki, Persia, Mesir, India, Afganistan, Tiongkok, Jepang, Korea, Syria dan Palestina.
Manifesto Kongres tersebut menyatakan: “Di sini di Baku, di perbatasan Eropa dan Asia, kami perwakilan puluhan juta petani dan buruh Asia serta Afrika dalam pemberontakan menunjukan kepada dunia luka kami, menunjukan kepada dunia luka bekas cambukan di punggung kami, tanda yang ditinggalkan oleh rantai di tangan dan kaki kami. Dan kami mengangkat belati, revolver dan pedang kami dan bersumpah di hadapan dunia bahwa kami akan menggunakan senjata ini bukan untuk memerangi satu sama lain namun untuk melawan kapitalis. Percaya bahwa kalian, buruh Eropa dan Asia, akan bersatu dengan kami di bawah bendera Internasional Komunis untuk perjuangan bersama, untuk kemenangan bersama.”
Penutup
Selama berabad-abad kita, rakyat biasa bermimpi dunia tanpa penindasan, dunia tanpa kesengsaraan, tanpa perang dan kemiskinan. Banyak yang mengorbankan nyawanya untuk perubahan tersebut. Revolusi Oktober adalah salah satu contoh, setidaknya dalam beberapa tahun, rakyat biasa seperti kita semua bisa menjadi penguasa.
Revolusi Oktober bukanlah politik para elit yang terus dicekoki ke kita oleh media massa. Politik para elit yang menebar ilusi demi dukungan rakyat, untuk melanggengkan penindasan terhadap rakyat. Revolusi Oktober adalah politik kita semua, kelas buruh, petani, rakyat tertindas. Politik yang coba dihapuskan pada tahun 1965 oleh moncong senjata Rezim Militer Soeharto dengan bantuan kekuatan Imperialis.
ditulis oleh Dipta Abimana I Kader Perserikatan Sosialis
Tulisan ini juga diterbitkan dalam Arah Juang Edisi Khusus 100 Tahun Revolusi Oktober (1917-2017) dengan judul yang sama.
Referensi
Bloodworth, Sandra (2017). Russia 1917: When the People Rose. Diakses pada 10 November 2017. https://redflag.org.au/russia/index.html
Bloodwort, Sandra (2017). Russia 1917: gender, class and the Bolsheviks. Diakses pada 8 September 2017. http://marxistleftreview.org/index.php/no-14-winter-2017/149-russia-1917-gender-class-and-the-bolsheviks
Chretien, Todd. (2017). How the Russian Revolution Reshaped the US Socialist Movement. Diakses pada tanggal 10 November 2017. https://johnriddell.wordpress.com/2017/11/08/how-the-russian-revolution-reshaped-the-u-s-socialist-movement/
Colombo, Yurri. Dari Stasiun Finland (2017). Diakses pada 14 September 2017. http://www.arahjuang.com/2017/05/07/dari-stasiun-finland/
Lenin, V. I. (2005). The Tasks of the Proletariat in the Present Revolution (a.k.a. The April Theses). Diakses pada 31 Maret 2017 dari https://www.marxists.org/archive/lenin/works/1917/apr/04.htm
Le Blanc, Paul (2009). The Russian Revolution of 1917. Diakses pada 10 November 2017. http://links.org.au/russian-revolutions-1917-paul-le-blanc
Lorimer, Doug (1999). In Defence of Lenin’s Marxist Policy of a Two-Stage, Uninterrupted Revolution. Diakses pada 27 Maret 2017 dari http://www.sa.org.au/node/4009
Lorimer, Doug (1998). Trotsky’s Theory of Permanent Revolution: A Leninist Critique. Diakses pada 26 Maret 2017 dari http://www.sa.org.au/node/3994
Lorimer, Doug (1997). The Collapse of ‘Communism’ in the USSR: Its Causes and Significance. Diakses pada 20 Oktober 2017. http://www.dsp.org.au/node/123
MIA in partnership with Jacobin Magazine. Soviet History: 100th Anniversary of the Russian Revolution. Diakses pada 10 November 2017. https://www.marxists.org/history/ussr/events/revolution/100th/english.htm
Reed, John (2001). Ten Days that Shook the World. Diakses pada 15 September 2017 https://www.marxists.org/archive/reed/1919/10days/10days/index.htm
Rees, John (Oktober 1991). In Defence of October. International Socialism, Issue 52, 3-79.
Trotsky, Leon (2000). The History of the Russian Revolution. Diakses pada 28 Oktober 2017. https://www.marxists.org/archive/trotsky/1930/hrr/index.htm
Woods, Allan (June 1999). Bolshevism: The Road to Revolution. London: Wellred Publications
Adi, Hakim (2017). The Russian Revolution, Africa and the Diaspora. Diakses pada 8 November 2017 https://www.telesurtv.net/english/opinion/The-Russian-Revolution-Africa-and-the-Diaspora-20171025-0015.html
Toledo, Rebeca (2017). How the Russian Revolution Inspired and Assisted National Liberation Struggles. Diakses pada 10 November 2017. https://www.telesurtv.net/english/analysis/How-the-Russian-Revolution-Inspired-Assisted-National-Liberation-Struggles-20171023-0012.html
McVey, Ruth T (Januari 2010). Kemunculan Komunisme di Indonesia. Jakarta: Komunitas Bambu
Comment here