Jayapura (24/9), sebelas organisasi dan puluhan individu yang tergabung dalam Front Petani Papua Bergerak melakukan rangkaian kegiatan dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional (HTN). HTN diperingati sesuai momentum dilahirkannya Undang-Undang Pokok Agraria (UU PA) No. 5 tanggal 24 September tahun 1960 sebagai salah satu capaian kaum tani dalam perjuanganya mewujudkan kedaultan atas kepemilikan tanah, tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Kegiatan dimulai pada tanggal 23 September dengan membagi-bagikan selebaran yang isinya menjelaskan kondisi kaum tani dan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh mereka. Aksi dimulai dari Pasar Cigombong, Kotaraja dan dilanjutkan pada tanggal 24 September pukul 09:00 WIT di pasar Koya Barat, pasar Koya Timur, sepanjang Jalan Holl 2 hingga Nafri. Aksi serupa juga dilakukan di Perumnas 3, Ekspo dan Abepura.
Kemudian pada pukul 14:00 WIT massa secara serentak membersihkan pasar Kaget mama-mama Papua di Perumnas 3, Waena, distrik Heram. Dan kemudian dilanjutkan dengan pembacaan pernyataan sikap di Asrama Sinak, kota Jayapura.
Martin Kabak, kordinator aksi menyatakan bahwa “kondisi petani Papua saat ini sangat miskin, dan hasil produksi mereka hanya terbatas untuk konsumsi pribadi, dan tidak cukup untuk kebutuhan lain, termasuk pendidikan anak.”
Lebih lanjut, Mayus Murib dari Sinak Bersatu menambahkan bahwa “akses transportasi, pasar layak dan fasilitas pendukung lain bagi petani-petani Papua sangat terbatas, sehingga sering kali hasil panen tidak terdistibusi dengan baik.”
Selanjutnya Mayus menambahkan bahwa kondisi kemiskinan rakyat Papua saat ini tidak terlepas dari peran negara yang aktif memfasilitasi perusahan-perusahan untuk merebut dan merampas tanah-tanah milik petani dan dikelola secara pribadi dengan cara-cara kekerasan.
Sementara itu, Beny Kilungga dari Green Papua menegaskan bahwa “dengan tegas kami menolak segala bentuk pencurian tanah di Papua atas nama pembangunan nasional. Dan segera kembalikan tanah kepada petani untuk dikelola secara bersama” MM.
Daftar organisasi tergabung dalam Front PPB:
Forum Mahasiswa Independen, Komunitas Green Papua, Asrama Intan Jaya, Asrama Dampak, Sinak Bersatu, Sekolah Alternatif P3W, Mama Pasar P3W, Kelompok Masyarakat Tani Lokal (KEMATALOK) Timika, Solidaritas Pelajar Nabire, Belantara Sorong dan Individu-Individu.
***
Peryataan sikap:
- Segera hentikan perampasan tanah milik rakyat oleh negara demi investasi kapitalis!
- Mengecam tindakan rektor Universitas Cenderawasih, Panitia PON dan TNI-POLRI yang menggusur paksa mahasiswa penghuni asrama Rusunawa Uncen.
- Tutup PT Freepot, BP LNG, Blok Wabu dan perusahan multi nasional yang beroperasi di seluruh tanah Papua.
- Hentikan Ilegal Loging, Ilegal Mining dan Ilegal Fishing di Papua.
- Buka Ruang Demokrasi seluasi-luasnya bagi rakyat Papua.
- Hentikan penggusuran paksa mama pasar Papua.
- Tolak Otonomi Khsusus Jilid II dan Berikan Hak Menentukan Nasib Sendiri.
- Tolak pelaksanaan PON XX Papua yang dilaksanakan diatas penderitaan Rakyat Papua.
- Hentikan Pembangunan Jalan Trans Melingkar Lukmen di Wamena dan Pembangunan PLTA di Kapiraya, Deiyai.
- Buka Akses Jurnalis Independen ke Papua.
- Wujudkan kedaulatn pangan dan ekonomi lokal Papua.
- Palang Merah Internasional segera turun ke Papua Barat untuk membantu rakyat Papua yang terdampak kejahatan negara.
- Hentikan Operasi Militer Indonesia di Papua.
- Hentikan kekerasn seksual oleh negara terhadap Rakyat Papua
- Bebaskan Eko mahasiswa pro demokrasi bagi West Papua yang ditahan paksa oleh POLRI di dalam kampus Universitas Cenderawasih.
- Bebaskan Victor Yeimo tanpa syarat! (mm)
Comment here