AksiReportase

Peringati 1 Desember di Jakarta dan Yogyakarta, Mahasiswa Menyatakan Tolak Otonomi Khusus dan Berikan Kemerdekaan Bagi Papua

Pada tanggal 1 Desember, aksi terjadi di berbagai kota antara lain Jakarta, Yogyakarta, Ternate, Sinjai, dsb. Aksi tersebut dilancarkan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Papua Barat. Bahkan sebelum aksi dilancarkan, aparat keamanan berupaya untuk menggagalkannya. Di berbagai tempat terjadi pengepungan, pembubaran ataupun penangkapan. Berikut adalah reportase aksi di Jakarta dan Yogyakarta.

Di Jakarta massa yang tergabung dalam AMP, FRI-WP dan AMPTPI  sudah bersiap melancarkan aksi sejak pukul 05:30. Massa berkumpul di LBH Jakarta memegang spanduk bertuliskan “Tolak Otsus dan Berikan Hak Menentukan Nasib Sendiri Bagi Bangsa West Papua”. Selain itu berbagai poster juga sudah dipersiapkan.  Massa aksi perempuan menggunakan sali (pakaian adat perempuan Papua) sementara sebagian lagi menggambar bendera Bintang Kejora di wajah dan tubuh mereka. Massa aksi kemudian bergerak ke perempatan  dekat Lembaga Alkitab Indonesia dengan tertib sebelum menggunakan kendaraan untuk bergerak ke Kedutaan Besar AS.

Pukul 06:00, massa sudah berkumpul di depan Kedubes AS dan melakukan orasi-orasi.  Roland Levy, anggota AMP mengatakan dalam orasinya bahwa Otsus gagal melindungi rakyat papua. “Orang Papua banyak yang mati dibunuh, diusir, didiskriminasi dan dicap separatis. Oleh karena itu solusinya adalah kemerdekaan bagi bangsa West Papua sebagai solusi demokratis,” katanya sambil meneriakan “Referendum? Yes!” Setelah itu massa bergerak ke Istana Presiden. Namun massa aksi dihadang di pintu masuk Monumen Nasional dari arah barat, dekat Bundaran HI.

Massa aksi kemudian melakukan orasi, membuat permainan, tari Wisisi (tarian tradisional Papua), dan doa bersama untuk memperingati hari kemerdekaan Papua Barat pada tahun 1961. Salah satu peserta aksi membacakan puisi tentang semangat nasionalisme rakyat papua untuk 1 Desember. Kemudian salah satu kawan perempuan juga menyampaikan bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Pernyataan sikap dibacakan pada pukul 09:30 dan aksi ditutup dengan doa.

Ketika aksi berakhir dan massa akan kembali ke titik awal, provokasi dilakukan oleh segelintir orang tidak dikenal. Massa aksi berhasil menahan diri tidak terprovokasi, mereka menyebut segelintir orang itu adalah “Manusia 1000-an) yang berarti kelompok bayaran NKRI.

Yogyakarta, ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Gerakan 1 Desember Papua Merdeka melancarkan aksi memperingati hari deklarasi kemerdekaan Papua. Aksi yang dimulai dari jam 9:00 pagi itu, dilakukan dengan longmarch dari asrama Mahasiswa Papua menuju Nol KM. Dalam perjalanannya massa meneriakan yel-yel“Free West Papua, NKRI no, referendum yes, dsb’. Massa juga melakukan orasi secara bergantian; Momiake Gresya dalam orasinya menyatakan bahwa “kami orang Papua selalu hidup dalam bayang-bayang kematian, dibunuh, disiksa layaknya binatang;dan semua pelaku itu adalah TNI/POLRI”. “sebagai contoh di Nduga hari ini, sudah dua tahun lebih 40 ribu penduduk mengungsi dan 240 orang meninggal akibat operasi militer Indonesia” jelas Gresya.

Dalam orasi lain, mewakili FRI-WP Muhamad Iis menegaskan dukungan rakyat Indonesia terhadap perjuangan kemerdekaan Papua “hari ini kami menyatakan dukungan penuh terhadap kemerdekaan Papua” lebih lanjut Iis menegaskan bahwa kolonilaisme di Papua itu bukan sikap semua orang Indonesia “kolonialisme itu bukan sikap mayoritas rakyat Indonesia, itu hanya segelintir orang-orang serakah”

Pukul 13:00 diiringi lagu “Biar Posko Dibongkar” masa berlari mengelilingi mobil komando sambil mengibarkan dua bendera Bintang Kejora. Hal ini sempat memicu aparat untuk masuk dalam massa aksi, namun massa berhasil memblokade dan situasi kembali kondusif. Aksi berakhir pada pukul 14:30 dengan pembacaan pernyataan sikap dan pekikan “ Free West Papua, Free West Papua, Free West Papua” (hr, mm)

***

Tuntuan :

  1. Berikan Kebebasan dan Hak Menentukan Nasib Sendiri Sebagai Solusi Demokratis Bagi Bnagsa Papua.
  2. Tuntaskan dan adili pelaku pekanggaran HAM di Papua.
  3. Hentikan Operasi Militer di Nduga,Intan Jaya,Puncak Jaya,Puncak Papua dan seluruh tanah Papua.
  4. Hentikan segala bentuk perampasan tanah dan sumber daya alam di Papua.
  5. Hentikan kriminalisasi aktivis pro demokrasi.
  6. Akui bahwa bangsa West Papua telah merdeka sejak 1 desember 1961 dan kembalikan hak manifesto kebangsaan Papua.
  7. Tarik Militer organic dan non organic dari seluruh tanah Papua.
  8. Tutup Freepot,LNG Tangguh,Mnc,Mifee,Blok Wabu dan lainya, yang menjadi dalang kejahatan kemanusiaan di Wet Papua.
  9. Indonesia dan PBB harus bertanggung jawabserta terlibat aktif secara adil dan demokratis dalam poses penentuan nasib sendiri,penelusuran sejarah, dan penyelesasian pelanggaran HAM yang terjadi di West Papua.
  10. PBB haruys membuat resolusi untuk mengembalikan kemerdekaan bangsa West Papua yang telah menyatakan kemerdeakan pada tanggal 1 desmeber 1961 sesuai dengan hokum Internasional.
  11. Berikan ruang demokrasi dan akses bagi jurnalis dan media nasional dan internasional di West Papua.
  12. Hentikan berbagai diskriminasi rasialis dan program koloniak di West Papua.
  13. Sahkan RUU PKS.
  14. Cabut Omnbuslaw.

Loading

Comments (1)

  1. […] December 1 flag day protests have taken place in several cities around Indonesia including the capital Jakarta, Yogyakarta (Central Java), Ternate (North Maluku) and Sinjai (South Sulawesi), reports Arah Juang. […]

Comment here