ditulis oleh Tom Gilchrist
Revolusi Rusia 1917 merubah segalanya. Inilah beberapa alasan mengapa, walaupun telah berlangsung lebih dari 100 tahun, revolusi tersebut masih merupakan peristiwa yang sangat penting untuk dipelajari.
Ia Merupakan Peristiwa Dimana Pertama Kalinya Buruh Mampu Merebut Kekuasaan Negara
Pada bulan Oktober 1917, kelas buruh di Rusia melangkah lebih jauh dari sebelumnya: mereka mengambil alih kekuasaan pemerintahan kapitalis dan menggantinya dengan kontrol dari dan untuk kaum buruh.
Bentuk pemerintahan baru ini didasarkan pada soviet, atau dewan buruh.
Soviet merupakan badan perwakilan yang berbeda dari parlemen dalam kapitalisme yang punya hak istimewa dan tidak bisa dipertanggungjawabkan. Soviet memilih para delegasinya dari tempat kerja. Mereka tetap bekerja, dibayar dengan upah yang sama sebagaimana pekerja terampil dan bisa di-recall (diganti) kapan saja. Ini artinya mereka secara langsung dapat dikenal dan bertanggung jawab kepada orang-orang yang memilih mereka.
Soviet-soviet ini didirikan selama Revolusi di bulan Februari, revolusi yang menggulingkan kediktatoran Tsar. Mereka mendirikannya sebagai upaya untuk mengorganisasikan, mendebatkan, dan mendorong perjuangan ke depan.
Soviet diseluruh distrik dan kota mengesahkan delapan jam kerja sehari dan mendemokratisasi tentara. Tentara dan petani soviet dibentuk. Di tempat kerja, komite-komite pabrik mengatur segala hal mulai dari memelihara urusan pabrik hingga rapat-rapat politik.
Utamanya, organisasi-organisasi demokratis ini mengatasi pemisahan yang diciptakan oleh kapitalis antara urusan politik dan ekonomi. Kekuasaan sebenarnya dalam kapitalisme tidak dipegang oleh perwakilan-perwakilan yang seolah-olah dipilih oleh rakyat, melainkan oleh manager dan pimpinan perusahaan serta para miliarder. Parlemen hampir tidak pernah menggangu kontrol mereka atas ekonomi, dan kalaupun anggota-anggota di parlemen melakukannya, kelas kapitalis dapat langsung mengatasinya.
Berbasis di pabrik-pabrik, kekuasaan soviet berdasarkan pada kontrol buruh atas produksi. Ini secara langsung bertentangan dengan kekuasaan kapitalis. Pada bulan Maret, ketika soviet kota Petrograd menandatangani kesepakatan dengan institusi pengusaha untuk delapan jam kerja, peristiwa ini membuka kenyataan bahwa pada dasarnya kemenangan tersebut diciptakan oleh kaum buruh itu sendiri.
Pada bulan Agustus, ketika jendral sayap kanan Kornilov mencoba menggagalkan revolusi, buruh kereta api dan telegram mampu menggunakan kontrol mereka atas transportasi dan komunikasi untuk mensabotase upaya kudeta.
Dengan mendemokratisasi tempat kerja, revolusi telah berdampak besar pada kehidupan sehari-hari. Setiap pabrik atau barak-barak tentara dirubah menjadi tempat untuk berdebat dan berdiskusi. Pandangan-pandangan lama pun goyah. Dalam masyarakat yang sangat seksis, perempuan terus terlibat dalam pengorganisiran politik.
Pada awalnya, soviet-soviet beroperasi berdampingan dengan Pemerintahan Sementara kapitalis, yang meliputi sisa-sisa parlemen Tsar lama yang tidak dipilih. Pada bulan Oktober, pemerintahan kapitalis ini digulingkan dan digantikan dengan kekuasaan soviet, yang mana ini menunjukkan bahwa buruh dapat memimpin revolusi sosialis dan menjalankan masyarakat yang sesuai untuk kepentingan mereka sendiri.
Negara soviet yang baru kemudian memulai serangkaian reformasi yang mempelopori berbagai program seperti perawatan kesehatan, pendidikan, maupun pekerjaan. Ia membuat kemajuan besar untuk hak-hak perempuan dan kaum LGBTI. Dan ia juga mengakhiri keterlibatan Rusia dalam pembantaian bersama negara-negara imperialis di Perang Dunia Pertama.
Revolusi Rusia menunjukkan bahwa kekuasaan buruh merupakan metode radikal untuk perubahan yang kita butuhkan.
Ia Menunjukkan Kita Peran dari Partai Revolusioner
Revolusi ini tidak akan pernah berhasil tanpa adanya peranan dari Partai Bolshevik.
Bolshevik adalah partai sosialis revolusioner. Ia merupakan kekuatan politik paling radikal di Rusia. Bolshevik menyerukan diakhirinya Pemerintahan Sementara kapitalis dan menuntut semua kekuasaan dialihkan ke soviet-soviet buruh, tentara, dan petani.
Pada permulaan revolusi, dukungan untuk Partai Bolshevik dan politik radikal termasuk minoritas di dalam gerakan buruh. Partai terbesar dalam soviet-soviet saat itu adalah partai sosialis moderat yang memperjuangkan dukungan politik untuk keberlanjutan Pemerintahan Sementara. Hal ini sebenarnya justru menyerahkan kekuatan ke tangan kelas kapitalis.
Bahkan di puncak perjuangan, kaum buruh dapat mempertahankan ide-ide yang diserap selama bertahun-tahun penindasan kapitalis. Dalam sebagian besar waktunya, kaum buruh dan orang biasa lainnya tidak bisa banyak bersuara tentang bagaimana masyarakat seharusnya dijalankan. Bos dan manajer membuat berbagai keputusan mengenai kehidupan kerja, keputusan ekonomi dibuat oleh pimpinan pabrik dan kebijakan pemerintah ditetapkan oleh politisi dan birokrat negara. Ketika sebagian besar orang berpikir siapa yang mempunyai kekuatan untuk menata kembali masyarakat, mereka melihatnya ke pemerintah. Dari pandangan kelas buruh, hal ini justru memperkuat reformisme, yang berupaya mewujudkan sosialisme melalui institusi parlemen.
Ide ini bertahan bahkan setelah Revolusi Februari, dan mereka disokong oleh argumen-argumen dari kaum sosialis moderat. Sementara sebagai besar buruh tidak percaya pada elit yang tidak mereka pilih dalam Pemerintahan Sementara, partai-partai moderat mendorong untuk berkompromi, bahkan mengambil posisi terdepan di pemerintahan.
Dukungan terus-menerus ke Pemerintahan Sementara berarti bahwa banyak aspirasi dari kaum buruh, tentara, dan petani revolusioner sama sekali tidak dipenuhi. Keterlibatan Rusia dalam pembantaian yang keji selama Perang Dunia Pertama terus berlanjut, dan tanah tetap dimiliki oleh tuan-tuan tanah kaya.
Keadaan demikian membutuhkan adanya intervensi dari partai revolusioner seperti Bolshevik untuk mengatasi pengaruh dari kaum sosialis moderat.
Selama beberap dekade, kaum Bolshevik dan pemimpin sentral mereka, Lenin, telah membangun partai melalui intervensi di dalam berbagai perjuangan dan debat-debat gerakan kelas buruh Rusia. Memberi pandangan terhadap naik dan turunnya perjuangan kelas dan represi negara, kaum Bolshevik juga mendebatkan arus politik lain, membuat koneksi dengan kaum buruh militan dan berjuang bersama mereka.
Ini berarti bahwa di tahun 1917 mereka berada pada posisi untuk mengintervensi perdebatan dan perjuangan yang semakin sengit. Perjuangan ini mengekspos berbagai kekurangan dari kaum sosialis moderat dan menunjukkan kepada massa bahwa pandangan dari kaum Bolshevik lah yang tepat bahwa: Pemerintahan Sementara harus digulingkan dan diganti dengan pemerintahan soviet.
Kaum Bolshevik dapat berkembang dari partai yang terdiri dari hanya beberapa ribu orang, dalam minoritas soviet dan banyak pemimpin terbaik mereka berada di pengasingan, menjadi partai massa kelas buruh dengan sekitar seperempat juta anggota dan mayoritasnya berada di soviet. Dalam setiap putaran, mereka memajukan argumen bahwa kelas buruh mampu berkuasa, dan mengambil momentumnya pada pemberontakan yang berhasil di bulan Oktober. Pemberontakan tersebut berhasil menggulingkan pemerintahan kapitalis dan mendirikan pemerintahan soviet: pertama kalinya dalam sejarah bahwa kaum buruh mampu mengambil alih kekuasaan negara.
Sejarah kaum Bolshevik menunjukkan bahwa kaum buruh mampu mengorganisir perjuangan politik sosialis revolusioner. Ini menunjukkan bahwa dengan organisasi demikian, revolusi dapat menang melawan musuh-musuhnya. Organisasi seperti itulah yang perlu kita bangun hari ini.
Ia Menunjukkan Mengapa Kita Membutuhkan Politik Internasionalis
Manifesto Komunis Marx dan Engels berakhir dengan seruan terkenal untuk memperkuat solidaritas internasional: “Kaum Buruh Sedunia, Bersatulah!” Semasa hidupnya mereka membangun organisasi untuk mempersatukan gerakan kelas buruh dari berbagai negara, yang dikenal sebagai Internasional Pertama.
Di dalam sistem kapitalisme, berbagai kubu kapitalis bersaing satu sama lain untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Persaingan ini mendorong kubu yang lebih besar untuk mencari pasar dan sumber daya baru untuk mengalahkan rival mereka. Dalam skala global, proses ini menghasilkan pembagian dunia yang terbagi antara kekuatan-kekuatan imperialis.
Internasionalisme kelas buruh merupakan sikap terhadap kenyataan bahwa kaum buruh tidak punya kepentingan sama sekali dalam persaingan ini. Berpihak kepada kepentingan “nasional” kita hanya membuat kita terikat pada kepentingan penghisap di negara kita, sementara memisahkan kita dari solidaritas sesama kaum buruh di negara lain.
Dalam beberapa dekade sebelum Revolusi Rusia, Internasionalisme demikian tampak tak terbantahkan di antara kaum sosialis. Partai-partai kelas pekerja merupakan bagian dari gerakan sosialis internasional dan bersekutu di bawah bendera Internasional Kedua. Internasional ini berdiri melawan ancaman perang yang berkembang, yang menandai awal abad ke-20.
Tetapi ketika perang meletus di tahun 1914, gerakan tersebut terpecah. Sebagian besar partai di Internasional Kedua menanggalkan prinsip internasionalis mereka. Mereka bergabung bersama kelas penguasa di negara mereka dalam mendukung dikirimnya para pekerja ke pembantaian dalam perang imperialis.
Kaum Bolshevik adalah salah satu dari sedikit yang melawan tendensi nasionalis ini, yang menyerukan revolusi kaum buruh untuk mengakhiri perang. Mereka memimpin perlawanan terhadap berkobarnya perang di mana pun mereka bisa, sementara kenyataan brutalnya perang tersebut meradikalisasi kaum buruh dan mendorong mereka ke dalam pemberontakan lebih jauh. Secara internasional, mereka berupaya menggabungkan kaum sosialis anti-perang dan meletakkan pondasi bagi kemunculan kembali gerakan sosialis revolusioner.
Sebagaimana sistem yang terhubung secara global telah menciptakan perang dunia, pengalaman bersama tentang kengerian ini juga menciptakan dasar bagi revolusi dunia. Menjelang perang berakhir, hal ini mulai menjadi kenyataan.
Kemenangan revolusi di Rusia mengubah tatanan politik global. Revolusi menyebar ke Eropa Barat, dan pemberotakan massa tersebar ke seluruh dunia. Revolusi dunia ini sangat penting bagi kesuksesan revolusi di Rusia. Kapitalisme merupakan sistem global, dan di Rusia sebagian besar masyarakatnya merupakan masyarakat pedesaan yang terbelakang. Kaum Bolshevik mengetahui bahwa jika revolusi tidak menyebar, maka revolusi tersebut bisa gagal. Masyarakat sosialis tidak akan bisa dibangun sendiri di Rusia yang dilanda kemiskinan. Satu-satunya harapan adalah revolusi dan pemberontakan juga dapat terjadi di tempat atau negara lain.
Memang pemberontakan juga meletus di luar Rusia, namun pada akhirnya mereka gagal, karena tertahan oleh kelemahan gerakan revolusioner di negara mereka. Akhirnya Revolusi Rusia terisolasi, dan kemudian dikepung oleh reaksi kapitalis dari berbagai negara.
Sosialisme haruslah gerakan anti imperialisme, berperspektif internasionalisme, yang berdasarkan solidaritas sesama kaum tertindas di seluruh dunia. Ia tidak bisa dibangun di satu negara saja dengan mengorbankan negara lain.
Kekalahannya Membentuk Politik Abad Berikutnya
Keterisolasian ini meletakkan dasar bagi kekalahan yang masih terasa hingga saat ini.
Di Rusia, produksi runtuh bersamaan dengan kekuasaan kelas buruh. Soviet-soviet hanya tinggal nama, bersamaan dengan kehidupan demokratis yang menggerakkan mereka sebelumnya hancur oleh kemiskinan dan kelaparan. Ini membuat semakin banyak kaum birokrat negara yang mengambil alih kekuasaan di masyarakat.
Stalin menjadi pemimpin politik dari birokrasi yang berkembang ini, yang pada akhirnya memimpin kontra revolusi yang menghancurkan capaian-capaian revolusi oktober sebelumnya. Kampanye keji dan teror negara beserta represinya menargetkan musuh-musuh politiknya. Semua oposisi dilarang, dan kekuasaan ekonomi dan politik terkonsentrasi ditangan kaum birokrasi.
Kontra revolusi ini berakhir sangat buruk di Rusia, namun dampaknya pada politik internasional bahkan lebih buruk. Bukan hanya mereka menjungkirbalikkan gagasan inti dari Marxisme, birokrasi baru ini juga terus saja mengklaim tindakannya atas gagasan-gagasan Marxis. Sosialisme kemudian dikaitkan dengan rezim Stalinis, bukan dengan perjuangan internasional kelas buruh.
Setelah Revolusi Rusia, partai-partai buruh internasional memperoleh keanggotaan massal kelas pekerja dan berbagai pengikut, dengan banyak orang yang terinspirasi dari pemberontakan di revolusi tersebut. Partai-partai komunis ini sekarang bertransformasi menjadi alat kelas penguasa baru Rusia. Partai tersebut telah menjadi penghalang bagi pembebasan kaum buruh. Di Jerman, kebijakan partai komunis justru menghancurkan kemungkinan munculnya perjuangan yang efektif melawan Hitler.
Stalinisme juga telah menahan berkembangkan generasi-generasi aktivis baru untuk mengeksplorasi ide-ide sosialis dengan tepat. Marxisme telah didistorsi dan didiskreditkan sedemikian rupa oleh rezim Stalinis. Hal ini telah memutus para aktivis dari warisan politik kelas buruh revolusioner, yang sebenarnya tetap menjadi satu-satunya solusi yang kita punya untuk mengakhiri horor dari kapitalisme global hari ini.
Hanya dengan sungguh-sungguh mempelajari dan memahami bagaimana Stalinisme mendistorsi dan mengkhianati warisan-warisan dari Revolusi Rusia, kita bisa menyelamatkan pelajaran dari revolusi tersebut dan membangun kembali berbagai capaian yang telah diraihnya.
Titik tertinggi kekuasaan politik kelas buruh tetap ada pada Revolusi Rusia. Selama kita terus berjuang melawan kapitalisme, kita perlu kembali mempelajarinya, untuk belajar dari keberhasilannya, memahami kekalahannya, dan membangun kembali tradisi penting dari sosialisme revolusioner.
Naskah diambil dari website Red Flag. Dapat diakses melalui Four reasons everyone should study the Russian revolution dimuat pada 13 Juli 2020. Diterjemahkan oleh Tirta Adi Wijaya, anggota Lingkar Studi Kerakyatan.
Comment here