Kamis (09/07), aksi massa kembali terjadi, kali ini aksi dilakukan di kantor LLDIKTI Yogyakarta. Aksi ini merupakan puncak dari aksi-aksi geruduk kampus yang sebelumnya dilakukan oleh aliansi-aliansi kampus yang ada di Yogyakarta. Aksi ini diinisiasi oleh gabungan komite-komite kampus dan organisasi-organisasi pro-demokrasi. Massa aksi yang tergabung antara lain: UII Bergerak, ASBAK, UMY Bergerak, UNY Bergerak, UST Bergerak, GERMAKOM, UAD Bergerak, Aliansi Mahasiswa UNISA, ARB, LSS, AMP, Pembebasan, CMY, SMI, dan individu-individu serta organisasi pro-demokrasi lainnya. Dalam aksi kali ini, massa aksi membawa beberapa tuntutan, yaitu:
- Menggratiskan seluruh biaya pendidikan untuk semua jenjang dan semua jenis pembayaran (SPP, UKT, Dana Kemahasiswaan, Dana Gedung, dsb);
- Hentikan praktik privatisasi sektor pendidikan – nasionalisasi semua institusi pendidikan. Artinya, mengambil alih aset institusi pendidikan swasta;
- Tolak pemotongan upah dosen, guru, dan karyawan di setiap jenjang pendidikan;
- Hapuskan tunjangan dan potong gaji Pejabat Negara (Presien, Wapkil Presiden, Menteri dan setingkatnya, MPR, DPR, DPD, MA, MK, BPK, KPK, Duta Besar, Walikota (beserta wakilnya), Perwira Militer dan Polisi, Pejabat Negara Non-Kementrian, Komisaris dan Direktur BUMN. Serta alokasikan aanggaran tersebut untuk sektor pendidikan dan kebutuhan tenaga kesehatan;
- Berikan internet gratis untuk kegiatan belajar mengajar di masa Pandemi;
- Gagalkan Omnibus Law dan hapuskan sistem Kampus Merdeka.
Pada pukul 10.30, massa aksi mulai berkumpul di Tugu Pal Putih. Sembari menunggu massa aksi yang lainnya persiapan perangkat aksi dilakukan oleh para koordinator lapangan. Sekitar pukul 11.49, massa aksi memulai aksi longmarch menuju Gedung LLDIKTI Yogyakarta. Namun, ada beberapa orang dari kelompok reaksioner berdiri di titik kumpul aksi dengan meneriakan ”Ganyang PKI!” dengan tunjuan yang tidak jelas, hal ini dihiraukan oleh peserta aksi dengan terus melanjutkan aksi sesuai dengan rencana. Massa tetap menjaga jarak saat melakukan longmarch, hal ini dilakukan demi tetap mengikuti protokol kesehatan saat ini.
Pada pukul 12.15, massa aksi sudah mencapai titik aksi, yaitu di depan Gedung LLDIKTI Yogyakarta. Namun, massa tertahan di luar gerbang dari gedung tersebut. Sehingga akhirnya jalan depan gedung pun diblokade oleh massa aksi. Sembari menuntut untuk dibukanya gerbang, massa aksi kemudian melakukan beberapa orasi. Isian orasi berkaitan dengan ‘Pentingnya memperjuangkan pendidikan gratis; Tidak efektifnya perkuliahan/pembelajaran online; Bahaya dari Komersialisasi Pendidikan; Busuknya Omnibus Law dan Kampus Merdeka; dsb’. Setelah beberapa orasi dilakukan oleh massa aksi, perwakilan dari LLDIKTI menemui Humas dari Aksi Massa untuk melakukan negoisasi. Setelah itu terjadi kesepakatan untuk melakukan audiensi terbuka di depan Gedung LLDIKTI.
Pada pukul 12.45, massa aksi memasuki halaman Gedung LLDIKTI satu per satu. Setelah semua massa aksi masuk, audiensi terbuka pun dimulai. Dalam audiensi tersebut diungkapkan segala keresahaan dari massa aksi. Sehingga kemudian menuntut LLDIKTI untuk mengundang semua rektor yang ada di Yogyakarta guna melakunan dialog terbuka dan menyelesaikan segala masalah secara bersama. Namun, pihak LLDIKTI menolak tuntutan tersebut, malah pihak LLDIKTI menawarkan untuk massa aksi mengikuti rapat secara daring dengan semua rektor Yogyakarta sesuai dengan jadwal mereka. Hal ini kemudian ditolak oleh massa aksi dan menyatakan untuk menginap di halaman Gedung LLDIKTI.
Pada pukul 14.17, audiensi pun ditutup dengan tidak menghasilkan suatu kesepakatan apapun. Dengan begitu akhirnya massa aksi memutuskan untuk menginap di halaman Gedung LLDIKTI. Pukul 14.33, massa aksi mempersiapkan tenda dan menetap di sana sampai tuntutan dialog terbuka disepakati oleh pihak LLDIKTI.
Sekitar pukul 21.15, beberapa orang dari kelompok reaksioner mendatangi Gedung LLDIKTI. Mereka mengatakan bahwasannya aksi ini ditunggangi oleh PRD (Partai Rakyat Demokratik) dengan berbekal screenshot (tangkapan layar) sebuah poster yang tersebar di media sosial. Humas dari massa aksi kemudian mengklarifikasi hal tersebut tidak benar. Namun, kelompok reaksioner mengancam untuk tetap mengawasi jalannya aksi dan tidak segan untuk menyerang massa aksi.
Tidak kelompok reaksioner ini tidak terlepas dari situasi yang berkembang. Dimana kelompok-kelompok reaksioner dengan dukungan berbagai faksi kelas borjuis sedang mengangkat kembali isu anti-komunisme. Ini dilakukan dengan memanfaatkan adanya RUU HIP. Di sisi yang lain isu anti-komunisme ini juga dimanfaatkan untuk memukul gerakan yang lain. Gerakan seharusnya tidak bersikap defensif terhadap kelompok reaksioner tersebut. Pengalaman menunjukan bahwa kelompok reaksioner dapat dipukul mundur dengan kekuatan solidaritas kelas buruh dan rakyat tertindas.
Aksi menginap akhirnya dilanjutkan sampai keesokan harinya. Namun kemudian ada pemberitahuan dari pihak keamanan Gedung LLDIKTI bahwasanya pada hari Jumat (10/07) itu seluruh kegiatan dilakukan di rumah masing-masing (Work From Home). Akhirnya pada pukul 09.17, massa aksi membacakan pernyataan sikap, dan membuat sebuah Memorandum of Understanding (MoU) untuk kemudian ditandatangani oleh pihak yang mewakili LLDIKTI di sana guna kemudian tetap diadakan Forum Rektor terbuka. (do)
Comment here