AksiReportase

UAD Digeruduk Mahasiswa, Menuntut Pemotongan Uang Kuliah

Yogyakarta (25/6). Rangkaian aksi Gruduk Kampus ketiga dilakukan di Kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan pada Kamis, 25 Mei 2020. Aksi yang diinisiasi oleh Aliansi UAD Bergerak ini dilakukan di depan Gedung Rektorat UAD. Aksi ini merupakan rangkaian aksi Gruduk Kampus yang diinisasi oleh aliansi-aliansi kampus di Yogyakarta dan organisasi-organisasi prodem lainnya. Dalam aksi di UAD ini diikuti sekitar 50 massa aksi yang terdiri dari mahasiswa UAD, Aliansi Sanata Dharma Bergerak, UII Bergerak, UNY Bergerak, Akakom Bergerak, Aliansi Mahasiswa UNISA, UMY Bergerak, LSS, SMI, IMM Ar-Fakhrudin, AMP, dan individu-individu serta organisasi prodem lainnya. Aksi dimulai pada pukul 10.40 dengan titik kumpul di utara kampus 1 UAD, massa aksi kemudian berjalan menuju gedung rektorat. Pukul 10.45, sekitar 50 massa aksi memasuki halaman gedung rektorat. Setelah beberapa perwakilan aliansi kampus dan organisasi prodem melakukan orasi, aksi dilanjutkan dengan aksi teatrikal. Tuntutan yang dibawa dalam aksi ini adalah pemotongan biaya kuliah sebesar 50% dan transparansi penggunaan biaya kuliah mahasiswa UAD. Sekitar pukul 11.10, massa aksi meminta masuk ke gedung rektorat untuk meminta audiensi bersama dengan rektor. Tetapi pihak kampus menolak dengan alasan audiensi hanya akan berlangsung dengan pihak kemahasiswaan dan mahasiswa UAD. Pukul 11.14, audiensi berlangsing antara mahasiswa UAD dan Pihak kemahasiswaan. Sementara organisasi-organisasi prodem dan aliansi mahasiswa lain menunggu di depan gedung rektorat dengan tetap menaikkan poster tuntutan. Dalam audiensi ini, sempat terjadi perdebatan berkaitan dengan pihak kampus yang tidak mau memberikan transparansi tanpa disertai alasan yang tegas. Tuntutan pemotongan biaya kuliah juga tidak dipenuhi oleh pihak kampus. Audiensi berakhir sekitar pukul 13.00 dengan kesepakatan yang buntu. Aliansi Mahasiswa UAD Bergerak memutuskan menolak kesepakatan dari pihak kampus dan akan kembali bergerak lagi menuntut PP Muhammadiyah.

Pendidikan yang semakin dikuasai oleh kelas penguasa hanya akan berorientasi pada kepentingan akumulasi modal mereka dengan menciptakan banyak cadangan tenaga kerja murah yang dapat ditekan secara terus menerus. Mahasiswa/pelajar, kelas buruh dan rakyat tertindas lainnya perlu membangun kekuatan perlawanan untuk mewujudkan pendidikan yang gratis, ilmiah, dan bervisi kerakayatan. Oleh karena itu, kemenangan tuntutan tidak dapat dicapai melalui audiensi-audiensi bersama dengan para jajaran kelas penguasa. Kepentingan kelas penguasa termasuk para jajaran birokrasi kampus tidak akan pernah mewakili kepentingan mahasiswa/pelajar dan rakyat tertindas. Kepentingan mereka bukan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan pendidikan yang merata dan setara, melainkan mengisi kantong mereka dengan keuntungan-keuntungan yang merupakan hasil dari eksploitasi terhadap mahasiswa dan rakyat. Kemenangan tuntutan tidak dapat dicapai melalui kolaborasi dengan kelas penguasa, melainkan dengan menyerukan persatuan dan meradikalisasi massa untuk turun bersama-sama. Mewujudkan pendidikan gratis, ilmiah, dan bervisi kerakyatan bagi seluruh kaum buruh dan rakyat! (ty)

Loading

Comment here