Kamis (18/06/2020), Aksi Kamisan Kalimantan Timur menyelenggarakan panggung rakyat dengan tema “Pasal Barbar Bernama Makar‘’. Sekitar 40 orang dari berbagai komunitas dan organisasi hadir dalam panggung rakyat. Aksi Kamisan yang ke- 149 ini merupakan bentuk solidaritas untuk mendukung pembebasan 7 Tahanan Politik Papua yang ditahan di Balikpapan dan sedang menjalani sidang vonis hukuman.
Walaupun diterpa hujan yang tak henti-henti sepanjang aksi, aksi ini tetap berjalan dengan orasi politik, pembacaan puisi, mural, dan musik dari massa aksi. Slogan utama yang diangkat adalah “Bebaskan Tapol Papua.”
Orasi politik pertama diisi oleh Markus, mahasiswa Papua yang sedang belajar di Samarinda. Markus menyampaikan “..Negara Indonesia tidak pernah memberikan ruang-ruang keadilan dan demokrasi bagi rakyat Papua. Keadilan hanya dirasakan oleh penguasa, sedangkan massa rakyat Papua tidak pernah merasakan hal tersebut. Kepala kita sedang dicuci oleh sistem untuk tidak melihat penindasan. Peristiwa kemarahan yang terjadi akibat rasisme yang terjadi pada akhir 2019, merupakan bentuk kemuakkan kami atas rasisme yang berulang pada kami. Indonesia tidak pernah memberikan keadilan bahkan ruang demokrasi, maka dari itu kami menunjukkan kami melek politik, kami bersolidaritas, untuk menunjukkan bahwa penjajahan dan penindasan sedang ada di depan kita”.
Aksi ditutup dengan pembacaan permintaan maaf, sebab adanya kesalahan dengan mengecat muka dengan pewarna hitam saat aksi solidaritas pembebasan tahanan politik pada tanggal 16 Juni 2020. Pembacaan permintaan maaf, dibacakan oleh perwakilan Aliansi Kaltim Melawan sebagai penutup Aksi kamisan tersebut.
‘’Permintaan Maaf terbuka
Sehubungan dengan Aksi solidaritas yang kami lakukan di Samarinda mendukung pembebasan 7 tahanan politik yang ditahan di Balikpapan. Aksi ini sejak awal bertujuan mendorong lebih maju perjuangan pembebasan Tahanan Politik Papua, menolak rasisme yang selalu di mamak biakkan oleh sistem hari ini, juga mendorong lebih maju perjuangan pembebasan Papua.
Kami meminta maaf atas kesalahan yang kami lakukan dengan mengecat hitam wajah, sebelumnya kami pahami sebagai bentuk penegasan atas keberpihakan kami menolak rasisme dan dukungan kami atas isu internasional tentang Black Lives Matter.
Upaya mengecat wajah sayangnya tidak kami sadari sejarahnya justru merupakan tindakan rasis terhadap kaum kulit hitam dan oleh karena itu penggunaannya dalam aksi solidaritas adalah suatu kesalahan, tindakan kontra-produktif, bahkan tidak peka terhadap sejarah panjang penindasan rasisme terhadap kaum kulit hitam
Dalam kesejarahan mengenai Blackface (mengecat wajah dengan pewarna hitam), sudah hampir 200 tahun sejak pertama kali ditampilkan sebagai upaya menyematkan stereotip kulit hitam yang buruk.
Namun, kemiskinan pengetahuan atas tindakan kami tersebut tidak dapat dibenarkan dan menjadi pengalaman berharga untuk Aliansi Kaltim Melawan, juga gerakan lainnya.
Kami berterima kasih kepada kawan-kawan, atas kritik yang telah disampaikan untuk memajukan perjuangan kami. Pelajaran berharga ini, membuat kami semakin menyadari kita tidak hidup diruang hampa, ide kelas berkuasa terus menerus mengepung kita. Maka dari itu kami semakin yakin untuk melakukan perjuangan melawan sistem ekonomi-politik hari ini yang menjadi akar rasisme itu sendiri.
Sebagai penutup, kami kembali menyerukan:
BEBASKAN TAHANAN POLITIK PAPUA TANPA SYARAT! ” (erk)
Comment here