Pada tanggal 23 Juni 2020 Aliansi Mahasiswa STMPD “APMD” Bergerak menggelar aksi dengan tema Mahasiswa APMD Bersatu! “Mendesak Kebijakan Kampus Agar Pro Terhadap Mahasiswa Ditengah Pandemi dan Krisis Ekonomi Rakyat”. Massa aksi yang terlibat dalam aksi tersebut datang dari berbagai organisasi, baik intra-kampus maupun ekstra-kampus. Organisasi-organisasi tersebut adalahHMJ (Komap, pembangunan sosial, Imako, Hima PMD), UKM-UKM (musik, mapala, taekwondo, bola, paduan suara, stater, kristen protestan, katolik), organisasi ekstra (SMI, GMNI, FMN, PMKRI, GMKI,) Organisasi Primordial (Sumba APMD, UMA LAMA, PELLA), berserta individu mahasiswa umum di APMD. Selain itu, terdapat solidaritas dari gerakan mahasiswa luar kampus seperti UII Bergerak, ASBAK, UMY Bergerak, UNY Bergerak, UAD Bergerak, UNY Bergerak dan organisasi lain yang terlibat dalam Aksi Geruduk Kampus di Yogyakarta.
Massa aksi mulai berdatangan dan berkumpul pada pukul 09:00 di depan kampus STMPD “APMD”. Sembari menunggu massa aksi lainnya, mereka melakukan pengkondisian sampai dengan pukul 11:00. Aksi dimulai pada pukul 11:05 di depan kampus dengan melakukan orasi untuk mengkampanyekan isu kepada massa luas. Setelah kurang lebih 25 menit, korlap aksi mengkoordinasikan massa untuk memasuki kampus. Massa aksi memasuki kampus dan melakukan longmarch mengelilingi alun-alun kampus sampai dengan di depan gedung BAAK. Orasi kemudian dilanjutkan sampai dengan waktu adzan Dhuzur yang kemudian dihentikan sementara oleh korlap untuk istirahat dan menghormati kawan-kawan yang ingin beribadah.
Pada pukul 12:15 mimbar bebas dibuka kembali. Orasi dilakukan bergiliran dari berbagai perwakilan massa aksi, baik dari STMPD “APMD” maupun perwakilan aliansi kampus yang lain. Mimbar bebas yang dilakukan oleh massa akhirnya memaksa salah satu perwakilan dari pimpinan kampus untuk turun dan mengajak salah satu perwakilan massa aksi untuk bertemu pimpinan kampus di ruangan. Namun, massa aksi menolak, dan meneriakan untuk para pimpinan kampus segera turun menemui massa aksi jika ingin melakukan audiensi. Alhasil, pada pukul 14:43 pimpinan kampus turun menemui massa aksi untuk kemudian melakukan audiensi terbuka di depan gedung BAAK.
Dalam audiensi terbuka tersebut, pihak kampus hanya memberi dua opsi kepada massa aksi, yakni: 1) relaksasi dispensasi; 2) pengurangan biaya, tapi melalui ajuan permohonan orang tua/wali mahasiswa secara langsung, yang dibuktikan dengan persetujuan pemerintah desa. Kedua opsi ini sama sekali bukan yang diinginkan oleh mahasiswa. Karena mahasiswa ingin pengurangan biaya untuk seluruh mahasiswa bukan sebagian yang mengajukan. Namun, pihak kampus hanya bisa melakukan kedua opsi tersebut dalam menjawab aspirasi mahasisswa.
Sedangkan tuntutan dari Aliansi Mahasiswa STMPD “APMD” adalah:
- Pemotongan Biaya Kuliah Bagi Mahasiswa Aktif
- Pemotongan Dana Pengembangan Pendidikan (DPP) Bagi Calon Mahasiswa Baru
- Transparansi Anggaran Kampus
Dari hasil audiensi yang lagi-lagi tidak memberikan hasil sesuai dengan ekspektasi massa aksi. Aliansi menyatakan bahwa akan terus melakukan kajian dan advokasi untuk menuntut apa yang menjadi hak dan kepentingan mahasiswa di tengah pandemi dan krisis ekonomi seperti sekarang ini.
Dari aksi ini kemudian dapat membuktikan bahwa dengan kekuatan aksi massa, dan dukungan solidaritas lintas kampus mampu menekan birokrat kampus untuk kemudian turun menemui massa aksi. Bukan dengan cara memohon atau mengirim surat seperti halnya yang dilakukan dengan cara-cara moderat. Perjuangan-perjuangan seperti ini juga perlu didukung karena dapat menjadi jalan menuju tuntutan atau perjuangan yang lebih tinggi lagi. Sebab, dengan kemenangan-kemenangan kecil yang diperoleh dengan perjuangan massa, maka bukanlah hal yang mustahil bahwa pejuangan massa untuk tujuan yang lebih tinggi dapat tercapai. (do)
Comment here