Aliansi Mahasiswa Rantau Universitas Pancasakti (UPS) Tegal menggelar aksi diam pada Rabu (13/5). Mereka menuntut Rektor UPS memberi keringanan uang kuliah, mereka juga mengawal kebijakan Rektor agar peduli terhadap nasib mahasiswanya.
Novri Ardiansyah Harahap, Aliansi Mahasiswa Rantau UPS Tegal mengatakan “aksi bungkam yang dilakukan oleh mahasiswa UPS Tegal ini bertujuan untuk pengawalan kebijakan rektor di tengah Pandemi Covid-19. Kami juga menyayangkan sikap BEM UPS yang tidak tanggap terhadap persoalan ini.” Aksi ini, jelas Novri, juga untuk menggalang solidaritas mahasiswa menuntut apa yang semestinya menjadi hak mereka. “Kita berharap ini menjadi gerakan kolektif seluruh mahasiswa agar Rektor memenuhi tuntutan kita,” jelasnya.
Sementara itu, Novri menambahkan, Aliansi siap duduk bersama dengan Rektor untuk membahas soal ini. “Aliansi akan mengajak Rektor UPS untuk duduk bersama berdialog membahas SOP bantuan dampak Covid-19, SOP kuliah daring karena masih ada dosen yang mengajar di pukul 06.00 pagi,” ujarnya. Aliansi Mahasiswa Rantau UPS Tegal juga tetap menuntut pengurangan biaya kuliah sampai 40%. “Kami juga akan meminta kejelasan terkait bantuan Rp. 200.000 itu, apakah perbulan atau hanya satu kali sampai pandemi ini selesai.” jelasnya. Selain itu, Aliansi mengusulkan agar kampus mendata mahasiswa yang secara ekonomi terdampak secara langsung. Untuk kemudian memberikan keringan biaya kuliah.
Mahasiswa juga mempertanyakan data bantuan bagi mahasiswa. “Mahasiwa yang mendapat bantuan kriterianya apa juga tidak transparan. Ada mahasiswa asal Tegal mendapat bantuan, sementara kami yang dari rantau malah tidak mendapat bantuan,” jelas Novri.
Bima Ketua BEM FKIP mengatakan “BEM FKIP mengapresiasi dan mendukung aksi tersebut untuk menutut hak mahasiswa, apalagi rektor mengatakan “Ada pengalihan alokasi anggaran kondisi darurat yang cukup besar” maka lebih baik lagi melibatkan mahasiswa dan ormawa kampus agar memunculkan tuntutan kolektif” jelasnya.
Febri peserta aksi yang juga merupakan ketua BEM FH UPS berpendapat bahwa BEM UPS Tegal tidak mempunyai itikad baik terhadap mahasiswa. “Serangkaian itikad baik padahal sudah dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa seperti melayangkan statement dan mengajak berdiskusi Presiden Mahasiswa UPS yang akhirnya ditolak tanpa alasan cukup jelas,” jelas Febri.
Sebelumnya, UPS Tegal melalui BEM UPS telah menyalurkan bantuan kepada Mahasiswa berupa uang tunai pada Selasa lalu. Tapi langkah itu tidak cukup bagi seluruh mahasiwa UPS. Demikian juga bantuan baru diberikan ke beberapa fakultas saja.
Berselang tidak berapa lama dari aksi damai itu, menurut Febri, besok paginya bak kebakaran jenggot, Rektor beserta jajarannya dan Presiden Mahasiswa memposting sedang menyalurkan bantuan kepada perwakilan mahasiswa. “Dalam hal ini Presiden Mahasiswa seraya berkicau di Media bahwa langkah mereka sudah tepat dan tanggap dalam persoalan ini,” jelasnya. Kalau diibaratkan, menurut Febri, respon tersebut seperti seekor kerbau yang menunggu dipecut terlebih dahulu baru ia mau membajak sawah. “Apakah harus selalu “dipecut” agar hak para Mahasiswa terpenuhi yang terhormat Rektor dan Presiden Mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal ?” ujar Febri. (rc)
Comment here