Dalam tatanan masyarakat hari ini, kapitalisme, dorongan utama adalah akumulasi modal. Oleh karena itu hasil kerja manusia dalam mengelola alam tidak diabdikan untuk kemakmuran dan kemajuan mayoritas manusia serta melestarikan alamnya. Sehingga tak heran, di dalam sistem masyarakat kapitalisme seberapapun majunya tenaga produktif manusia tidak berpengaruh pada kesejahteraan dan keberlanjutan lingkungannya. Itulah bencana besar kemanusiaan di dalam sebuah sistem masyarakat kapitalis saat ini.
Segelintir manusia yang bermodal besar, pemilik pabrik-pabrik dan perusahaan raksasa, memiliki kepentingan lebih hebat dalam mengeksploitasi sumber daya alam, sekadar demi akumulasi keuntungan dan perluasan modalnya. Mereka tidak memperdulikan syarat keseimbangan lingkungan karena yang paling penting bagi mereka adalah sebanyak-banyaknya produksi, tak perduli sesuai atau tidak dengan kebutuhan mayoritas rakyat, dan tidak perduli kalaupun merusak masa depan lingkungan hidup. Itulah konsekuensi fundamental sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini, penyebab utama kerusakan alam.
Seperti yang dikatakan oleh Marx dalam Grundrisse, untuk pertama kalinya dalam kapitalisme, alam menjadi sepenuhnya objek dari manusia, sepenuhnya murni merupakan masalah penggunaan; alam berhenti dilihat sebagai sebuah kekuatan untuk dirinya sendiri. Semakin kita menemukan hukum-hukum alam dia menjadi sebagai tipu muslihat untuk menundukan alam di bawah kebutuhan manusia. Entah itu sebagai objek konsumsi atau sebagai alat produksi.
Oleh karena itu kita sejak awal kapitalisme diabad ke-19 kerusakan lingkungan berkembang. Pada masa awal Revolusi Industri tersebut terjadi peningkatan polusi udara. Ini merupakan akibat dari aktivitas pabrik–pabrik kala itu dan beriringan dengan peningkatan konsumsi batu bara. Kondisi itu ditambah dengan bermunculannya industri kimia setelah tahun 1900. Situasi tersebut memicu tekanan politik dari kelas menengah perkotaan yang kemudian menghasilkan undang-undang lingkungan hidup pertama.
Kerusakan lingkungan hidup menjadi isu yang meluas pada tahun 1960an. Hal ini karena pada tahun 1950an dan 1960an ekonomi kapitalis mengalami boom panjang. Selama periode ini terdapat peningkatan penggunaan bahan bakar fosil, terutama sekali bensin, dan bersamaan dengan itu ekspansi dari industri otomotif. Ini ditambah dengan semakin digunakannya kimia sintetis dalam hampir setiap sektor aktivitas manusia serta uji coba nuklir.
Situasi tersebut menjadi dasar bagi terbangunnya gerakan popular dalam isu lingkungan hidup. Gerakan lingkungan hidup muncul dari gerakan protes menentang Perang AS terhadap Vietnam. Gerakan anti perang memiliki banyak informasi mengenai akibat buruk dari perang di Indocina terhadap lingkungan hidup. Pada tahun 1962 terbit buku Silent Spring karya Rachel Carson, yang menggambarkan rusaknya lingkungan hidup akibat pestisida sintetis, terutama DDT.
Pada hari Bumi pertama tahun 1970 sekitar dua puluh juta orang terlibat. Di masa ini juga bermunculan berbagai macam organisasi lingkungan hidup seperti Green Peace, Friends of the Earth, Earth First! Natural Resources Defense Council, dsb.
Aktivis anti nuklir mulai membesar dan melancarkan perjuangan politik untuk mendapatkan perhatian dan pengaruh yang lebih luas. Buntut dari kebocoran Reaktor Nuklir Three Mile tahun 1979 sekitar 200 ribu orang berdemonstrasi di New York City menolak nuklir. Sebelumnya gerakan anti nuklir berkembang di Amerika Utara dan Eropa. Sementara itu pasca kebocoran Reaktor Nuklir Fukushima, ratusan ribu orang melancarkan aksi anti nuklir di Jepang, Jerman dan Taiwan.
Pada tahun 1980an berkembang partai-partai atau organisasi-organisasi politik (partai Hijau) yang memiliki platform lingkungan hidup dan mencoba terlibat dalam pemilihan umum. Ini diawali dengan kemunculan Partai Hijau Jerman Barat pada awal tahun 1980an. Mereka berkembang di atas basis aktivisme gerakan anti nuklir yang berkembang di Eropa. Karena partai Hijau melibatkan aktivis dari gerakan perempuan dan gerakan sosial lainnya serta berbagai kecenderungan sosialis maka program politiknya merefleksikan upaya untuk mencari benang merah antara isu-isu lingkungan dan sosial. Sintesisnya terlihat dalam empat prinsip dasar dari Partai Hijau Jerman yang kemudian banyak diikuti oleh berbagai partai hijau lainnya. Prinsip tersebut adalah: keberlangsungan ekologis; demokrasi akar rumput, keadilan ekonomi dan sosial; serta pelucutan senjata dan non-violence. Pondasi teoritis dari politik Hijau adalah ide bahwa mereka mewakili sebuah perspektif politik baru, yang “bukan kiri maupun kanan namun keluar di depan.” Bagi mereka gerakan sosial sekarang terutama terkait dengan isu-isu lintas kelas sementara kelas buruh tidak mampu memobilisasi dirinya.
Akhir tahun 1960an dan awal tahun 1970an berbagai reforma lingkungan hidup besar didapatkan. Antara lain National Environmental Policy Act (1969), Clean Air Act (1970), Clean Water Act (1972), serta pembentukan Environmental Protection Agency (1970). Reforma-reforma tersebut dapat meningkatkan standart penghargaan lingkungan di seluruh dunia. Selain itu juga menghentikan, walau tidak sepenuhnya, ledakan kerusakan lingkungan saat itu. Ini bisa dilihat antara lain dalam hampir penghentian sepenuhnya pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir, pengurangan atau pelarangan terhadap penggunaan dan produksi beberapa bahan kimia sintetis serta perkembangan standart emisi untuk kendaraan bermotor dan pabrik.
Pada awal tahun 2016 kemarin kita melihat perkembangan gerakan No to Dakota Acces Pipeline (NoDAPL). Dakota Accces Pipeline (DAPL) adalah proyek pipa minyak bumi senilai 3,8 miliar USD. DAPL akan melewati daerah masyarakat adat Suku Sioux dan yang lainnya. Proyek tersebut akan membahayakan sumber air untuk Standing Rock Sioux dan 8 juta orang yang hidup di hilir serta mempengaruhi situs-situs keramat dari Standing Rock Sioux dan masyarakat adat lainnya.
Perjuangan Suku Sioux mendapatkan solidaritas dari berbagai pihak. Demonstrasi terjadi di berbagai kota, atas desakan penduduknya beberapa kota mengeluarkan pernyataan menentang DAPL. Sekelompok veteran mendirikan kelompok Veterans Stand for Standing Rock, mereka memobilisasi 2 ribu orang menjadi tameng manusia untuk melindungi demonstran dari serangan polisi.
Point penting dari gerakan lingkungan hidup adalah mobilisasi dan radikalisasi sejumlah besar orang dalam perjuangan. Ini karena dukungannya yang luas dan berkembang serta kemampuan untuk memobilisasi sejumlah besar orang. Gerakan lingkungan hidup menjadi tantangan baru terhadap dorongan kapital untuk keuntungan dan pertumbuhan ekonomi yang tidak pernah berhenti. Dalam tahapan awalnya gerakan lingkungan hidup memberikan tantangan langsung terhadap kompatibilitas tuntutan lingkungan hidup dengan dominasi kepemilikan pribadi.
Gerakan lingkungan hidup semakin lama semakin mengekspos para pemilik modal yang merusak lingkungan hidup. Pada tahun 1970an respon umum dari pemilik modal adalah dengan menggabungkan strategi menekan pemerintah untuk melemahkan aturan yang berlaku, penipuan secara sistematis serta terorisme terhadap aktivis lingkungan hidup (seperti pembunuhan yang dilakukan terhadap aktivis anti nuklir, Karen Silkwood).
Namun walau dengan berbagai reforma dan perkembangan semacam itu kerusakan lingkungan hidup saat ini lebih besar daripada sebelumnya. Di Amerika Serikat (AS) misalnya, lebih dari satu milyar kilogram zat kimia beracun dilepaskan ke udara setiap tahunnya. Lebih dari setengah penduduk AS tinggal di tempat-tempat di mana tingkat pencemaran telah melebihi standart yang ditentukan. Hampir 30 persen penduduk di negara-negara dunia ketiga tidak mempunyai akses air minum yang sehat. Di Mexico City satu diantara seratus anak lahir sakit jiwa karena tingkat timah yang berada di udara. Hasil dari pembakaran karbon telah membuat ilmuan memperkirakan bahwa suhu udara global akan naik 4 derajat Celsius pada tahun 2100. Ini disebut sebagai pemanasan global. Pemanasan global dapat meningkatkan kemungkinan badai yang intens serta cuaca yang lebih ekstrim ataupun gelombang panas.
Reforma-reforma yang dimenangkan oleh gerakan lingkungan hidup telah memperlambat kehancuran lingkungan hidup. Namun dari perspektif ini maka perjuangan lingkungan hidup butuh melampaui reforma-reforma dan menuju pada perubahan mendasar tatanan masyarakat.
Jangan tertipu, kelas borjuis bisa saja membawa isu-isu lingkungan hidup. Namun mereka tidak akan membunuh dirinya sendiri dengan memperjuangkan perubahan mendasar di tatanan kapitalisme. Memilih jalan tengah melalui konsep good will dengan maksud agar terjadi keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dengan biaya lingkungan yang masih bisa ditanggung, adalah omong kosong. Kerusakan alam merupakan konsekuensi mutlak atas sistem modal yang tak memikirkan kemanusiaan dan kelestarian alam.
Harapan satu-satunya kini ada di tangan kelas buruh. Kelas buruh yang bersatu bersama rakyat tertindas dan memperjuangkan penumbangan kapitalisme. Diperlukan pernyebarluasan kesadaran bahwa kapitalisme penyebab kerusakan lingkungan, yang membuat jutaan manusia mati akibat reruntuhan tanah longsor, banjir bandang, kelaparan, sakit, badai akibat perubahan iklim, dan lainnya. Dibutuhkan perluasan pemahaman bahwa kesejahteraan tak mungkin didapat untuk jangka waktu yang lama jika lingkungan tak segera direhabilitasi. Penyadaran penting dilakukan agar permasalahan lingkungan tidak selalu dipisahkan dari persoalan sosial, politik dan ekonomi. Rakyat perlu memahami bahwa kerakusan sistem penindas hari inilah penyebab utama dari kerusakan lingkungan. Berhubungan dengan pergantian sistem kapitalisme yang jahat ini, prinsip-prinsip sosialisme sebagai wujud reorganisasi ekonomi dan produksi secara radikal yang mengabdi pada kebutuhan serta dikontrol dan diijalankan oleh kelas buruh dan rakyat tertindas, adalah solusi yang tepat.
Ditulis oleh Kuggy Kayla, Kader KPO PRP.
Tulisan ini juga diterbitkan dalam Arah Juang edisi 19, I-II April 2017, dengan judul yang sama.
Comment here