Pada 20 Februari 2019, aliansi Panitia Bersama International Women’s Day (IWD) Yogyakarta mengadakan aksi di Universitas Gajah Mada (UGM). Aksi tersebut dilancarkan untuk menanggapi perkembangan kasus kekerasan seksual di UGM yang dilakukan oleh Hardika Saputra pada 2017 lalu.
Seperti yang sudah beredar di media massa, Panut yang merupakan rektor UGM saat ini mengatakan secara sepihak bahwa kasus kekerasan seksual sudah selesai dengan diadakannya pedamaian antara pelaku dengan penyintas. Atas dasar itulah aksi diadakan. Aksi kali ini diadakan bertepatan dengan acara wisuda pelepasan di Gedung Graha Sabha Pramana (GSP).
Aksi massa tersebut diikuti oleh belasan orang dari berbagai macam organisasi. Massa yang tergabung terlihat sangat bersemangat dalam membentangkan poster dan membagikan selebaran aliansi. Aksi tersebut bertemakan: Tidak Ada Perdamaian, Tanpa Keadilan bagi Penyintas: DO HS! Terlihat dua spanduk dibawa pada aksi kali ini, salah satunya adalah mengusung tema utama aksi. Kedua, “Akui Kekerasan Seksual Sebagai Pelanggaran Berat, Keluarkan Pelaku Kekerasan Seksual dari UGM.”
Dalam aksi tersebut, massa menyebarkan ratusan lembar pernyataan sikap aliansi dalam menyikapi kasus kekerasan seksual. Ada beberapa yang menanyakan perkembangan kasus. Banyak juga yang langsung menolak untuk menerima selebaran, padahal massa aksi mencoba menjelaskan isi selebaran sembari membagikannya. Massa aksi berupaya memberikan informasi dan pemahaman mengenai tidak tuntasnya kasus kekerasan seksual di UGM dan pejabat kampus cenderung melindungi pelaku. Sejalan dengan tema aksi kali ini, massa mencoba memberikan pesan bahwa tidak ada kedamaian jika tidak ada keadilan bagi penyintas.
Dalam aksi tersebut ada beberapa orang tua dan peserta wisuda yang berinisiatif menanyakan perkembangan kasus kekerasan seksual di UGM. Sementara itu Satuan Keamanan dan Ketertiban Kampus (SKKK) juga coba mendekati massa aksi untuk mengambil gambar dan mencoba mengorek informasi kepada salah satu peserta aksi. Muncul dua orang serse yang mencoba mengambil gambar aksi hari ini. Serse tersebut diketahui setelah sebelumnya, mereka juga terlihat menghadang massa aksi aliansi Lawan Kekerasan Seksual di UGM pada 22 November 2018.
Masih dibutuhkan gerakan yang lebih besar lagi untuk melawan kekerasan seksual di kampus. Tidak hanya tanggung jawab mahasiswa atau keluarga UGM saja. Namun dibutuhkan keikut sertaan yang lebih luas lagi dan lebih banyak massa lagi. Mempersatukan kekuatan rakyat tertindas lainnya untuk kepentingan mendesak tuntutan utama, “Drop Out HS! atau Turunkan Panut.” (ra)
Comment here