Perempuan dan LGBT

Pemogokan #MeToo di McDonalds

Buruh McDonald di sepuluh kota meninggalkan tempat kerjanya pada 18 September untuk menuntut diakhirinya kekerasan seksual di tempat kerja – membantu untuk menegaskan sorotan #MeToo di Golden Arches (lambang McDonald-pen).

Di Chicago, buruh dan pendukung mereka bergerak ke kantor pusat McDonald, yang disebut sebagai “Hamburger University”, membawa spanduk bertuliskan “#MeToo McDonald’s.” Banyak juga yang menggunakan plester bertuliskan “MeToo” yang menutup mulut mereka.

Teriakan slogan mereka adalah “We’re here, we’re loud. Sexual harassment is not allowed” dan “Respect us! Accept us! Don’t try to touch us!” (“Kami disini, kami berteriak. Kekerasan seksual tidak diperbolehkan” dan “Hormati kami! Terima kami! Jangan lecehkan kami!”)

“Hari ini, buruh restoran cepat saji seperti saya mulai memecahkan keheningan, kita mengambil langkah historis dan kita akan mogok untuk mengatakan kepada McDonald hentikan kekerasan seksual,” orasi seorang buruh McDonald bernama Adriana Alvarez.

Buruh-buruh juga bergabung dalam aksi McDonald di Durham, Carolina Utara; Kansas City; Los Angeles; Miami; Milwaukee; New Orleans; Orlando, Florida; San Francisco dan St. Louis.

Ini merupakan aksi publik pertama yang dikoordinir setelah sebelumnya kebanyakan adalah kampanye online dan proses legal hukum. Pada tahun 2006, Fight for 15 menerbitkan laporan kekerasan seksual yang meluas di tempat kerja dalam sebuah video kampanye yang menyoroti cerita-cerita para penyintas kekerasan seksual di industri makanan cepat saji.

Pada bulan Mei, 10 laporan keluhan dari buruh-buruh di delapan kota yang berbeda diserahkan ke Equal Employment Opportunity Commission (EEOC) melawan laporan McDonald terkait kekerasan seksual di tempat kerja.

Minggu lalu, komite perempuan yang dibentuk oleh buruh-buruh di lusinan restoran McDonald mengumumkan bahwa mereka telah menyepakati walkout. Pemimpin organisernya termasuk beberapa perempuan yang membuat laporan keluhan ke EEOC pada bulan Mei dan ratusan buruh terlibat dalam pertempuan komite.

———————

Selain upah rendah, kurangnya jaminan kerja, kondisi yang dihadapi oleh buruh-buruh ini termasuk pencurian upah, kerja berulang yang cepat, terbakar akibat pemanggang dan minyak panas, cedera akibat jatuh, terpapar kimia pembersih yang berbahaya dan meluasnya kekerasan seksual.

Seperti yang ditunjukan oleh video kampanye Fight for 15, perempuan di restoran cepat saji mengalami kekerasan seksual 60 persen lebih tinggi daripada perempuan di tempat kerja lainnya. Empat dari 10 buruh makanan cepat saji menghadapi kekerasan seksual di tempat kerja.

Buruh-buru yang terlibat dalam video kampanye melaporkan dengan kata-kata mereka sendiri mengenai pengalaman diraba-raba, kekerasan verbal dan fisik dan bahkan pemerkosaan.

Banyak keluhan buruh kepada manajemen lokal dan pemili waralaba diabaikan, dan ketika pelaku tidak menerima teguran atau tindakan disiplin, para buruh berusaha untuk merubah situasi mereka dengan meminta perubahan jam kerja atau perpindahan tempat kerja.

Beberapa buruh bahkan justru disalahkan dan menghadapi pembalasan karena melaporkan pelecehan dan kekerasan. Seperti kebanyakan kasus, banyak klaim kekerasan seksual tidak terlaporkan karena buruh takut kehilangan pekerjaan mereka.

McDonald, seperti perusahaan jutaan dollar makanan cepat saji lainnya, berusaha untuk menutup-nutupi kebijaan-kebijakan anti buruh mereka dengan propaganda mengenai bagaimana mereka peduli terhadap buruhnya, seperti video yang merendahkan mengenai “McResources” ini yang tersedia dalam saluran bantuan, atau mereka berusaha untuk mengambil jarak dengan praktek pemilik dan manajemen waralaba.

Namun banyak buruh sudah melihat melampaui permainan yang membuat McDonald terlihat seperti perusahaan yang bersahabat dengan buruh.

Ketika McDonald mengumumkan bahwa mereka akan merayakan Hari Perempuan Internasional untuk menunjukan “komitmen” mereka terhadap kehidupan perempuan, itu menjadi serangan balik dari orang-orang yang menunjukan bahwa perusahaan tersebut harus melakukan lebih sekedar mengatakan dia mendukung perempuan buruh – mereka harus memberikan kondisi kerja dan upah yang adil.

Menurut Center for American Progress, pada tahun 2016, EEOC menerima lebih dari 90 ribu keluhan di tempat kerja dengan sekitar sepertiganya berhubungan dengan tuduhan pelecehan. Setengah dari keluhan pelecehan termasuk pelecehan seksual, dengan jumlah klaim terbesar dalam industri jasa makanan.

———————

Pemogokan, walkout, demonstrasi dan konferensi pers melawan kekerasan seksual di McDonald kemarin didorong oleh ledakan gerakan #MeToo dan berlabuh oleh perjuangan melawan ketidakadilan upah yang terjadi yang dimulai oleh Fight for 15 pada tahun 2012 ketika 200 buruh makanan cepat saji walk out dari tempat kerja menuntut 15 USD dan hak berserikat di New York City.

Laporan keluhan EEOC dari kasir dan juru masak terhadap McDonald di awal tahun ini didukung oleh Time’s Up Legal Defense Fund, sebuah badan amal senilai 21 juta USD yang diluncurkan pada Januari 2018 untuk mendukung buruh berpendapatan rendah yang ingin melaporkan pelecehan seksual.

Adalah 10 tahun lalu minggu ini saat Lehman Brothers runtuh dan pada tahun 2008 Resesi Besar mengguncang pasar dunia. Bank-bank dan perusahaan-perusahaan ditalangi sementara rakyat miskin dan buruh menanggung beban pukulan, kehilangan rumah mereka, pekerjaan mereka dan tabungan mereka.

Selama 10 tahun terakhir, pemulihan keuntungan untuk perbankan dan perusahaan dibuat dengan mengorbankan buruh berupah rendah, seiring serangan terhadap hak serikat buruh di tingkat nasional dan federal membantu meluaskan jurang antara orang kaya dan miskin di Amerika Serikat.

Menurut laporan tahun 2017 yang berdasarkan atas data sensus dari website karir Zippia, ketidaksetaraan pendapatan meningkat di seluruh 50 negara bagian dari 2010 hingga 2016. Negara bagian seperti New York, California, Louisiana dan Florida berada di tingkat lima paling atas negara bagian paling tidak setara serta termasuk ketidaksetaraan pendapatan yang paling cepat berkembang.

Buruh-buruh McDonald pantas mendapatkan dukungan kita dan mereka menunjukan jalan maju bagi buruh lain untuk berdiri memperjuangkan upah layak, jaminan kesehatan dan lingkungan kerja yang bebas kekerasan.

Di Chicago, buruh-buruh perhotelan mogok pada 7 September untuk menuntut kenaikan upah, tunjangan kesehatan dan perlindungan dari rasisme dan kekerasan seksual.

Banyak dari buruh-buruh tersebut membawa perjuangan ke Balai Kota untuk memenangkan peraturan Hands Off, Pants On” untuk melindungi buruh dari kekerasan dan pelecehan seksual dengan mewajibkan hotel untuk menyediakan tombol panik bagi semua tenaga pembersih kamar.

Di California, 100 petugas kebersihan memulai demonstrasi 160 kilometer pada 10 September untuk menghentikan pemerkosaan di shif malam.

Dengan berjalan dari San Francisco hingga Sacramento, buruh-buruh tersebut berharap untuk membangun dukungan bagi Assembly Bill 20179, yang lebih dikenal sebagai Janitor Survivor Empowerment Act – Undang-undang Pemberdayaan Penyintas Petugas Kebersihan, yang mewajibkan majikan untuk membiayai pelatihan sesama rekan kerja mengenai bagaimana mencegah kekerasan seksual termasuk kelas bela diri untuk belajar bagaimana mencegah pengawas/ supervisor mencari kesempatan jika mereka sendirian di shift malam.

Dengan menghubungkan kekuatan #MeToo dengan Fight for 15, perjuangan seperti pemogokan McDonald minggu ini telah memimpin jalan untuk menghadapi kontradiksi dan ketidakadilan yang berdasarkan baik atas eksploitasi serta penindasan.

Solidaritas, keadilan dan kesetaraan adalah satu-satunya jalan maju.

Tulisan ini diterjemahkan dari artikel “#MeToo Strikes at McDonald” yang ditulis oleh Ann Coleman (Elizabeth Schulte berkontribusi pada artikel ini) di socialistworker.org pada 19 September 2018. Artikel asli dapat diakses di https://socialistworker.org/2018/09/19/metoo-strikes-at-mcdonalds

Diterjemahkan oleh Dipo Negoro, kader KPO PRP.

Loading

Comment here