Jendral!
Kami tak mengenal
Peristiwa kelam 30 September 65
Ketika kau datang
Kami diindoktrinasi sejarah fiksi:
Pemotongan alat kelamin
Penyiletan, pencungkilan mata
Diiringi tarian genjer-genjer di Lubang Buaya
Jendral!
Boaventura dan Nicolau Lobato tabu kami sebut
Kami kau paksa menghafal tujuh Pahlawan Revolusi
Bahkan jumlah sayap Burung Garuda pun kau paksa kami menghafalnya
Pun tanggal lahir Diponegoro dan Imam Bonjol
Tak ketinggalan moyang dan cucu-cucu Soeharto kami hafal di luar kepala
Katanya mereka contoh keluarga Pancasilais!
Jendral!
Caramu memang sadis
Dalam membasmi benih perlawanan
Selama 24 tahun
Tapi kami telah membuktikan
Bedil senjatamu tak setajam
Nyali perlawanan kami
Jendral!
Dari negeri bekas jajahanmu
Hati kami tersayat pilu
Siasat busuk yang pernah kau pakai
Untuk membungkam dan membunuh kami
Tetap kau gunakan
Terhadap anak bangsamu
Jendral!
Masih banyak soal di negeri kami
Tapi diskusi tentang sejarah
Tak pernah diserbu oleh aparat negara
diskusi adalah salah satu syarat
bagi peradaban manusia
Di negeri kami, Jenderal!
Suara adzan dan koor Alleluyah
Berkumandang bersama bagaikan sebuah sonata
Gay dan Lesbian bergandengan tangan
Tanpa rasa takut disiksa Polisi
Jendral!
Hari ini 30 September
Sejarah kelam untuk bangsamu
Juga bagi peradaban dunia
Bulan yang sama
September 99
Kau bumi-hanguskan Negeri kecil kami
Dengan bullet
Ketika Kau kalah di ballot box
Jendral!
Masih panjang litani sejarah gelap
Tragedi Mei 98 di Jantung NegeriMu
Penculikan kawan Thukul dan teman-temannya
Kawan Munir Kau racuni
Pembantaian di Bumi Cendrawasih
Santa Cruz, 1991 di Dili
Jendral!
Biarkan kawan-kawan kami bicara
Tentang sejarah peradaban Bangsa
Mereka adalah anak-anak sejarah kelam itu sendiri
Belajarlah dari sejarah
Laras senapanmu
Tak kan mampu membungkam
Pekikan keadilan dari Anak BangsaMu!
Dili, September 25, 2017
*Puisi solidaritas dari Timor-Leste untuk Diskusi Tragedi 65 di Jakarta dan
Korban tragedi 65
Penulis: Dadolin Murak
Comment here