Internasional

Demonstrasi di Iran menunjukan ‘kemarahan dan keinginan besar untuk kebebasan’

Presiden Iran, Hassan Rouhani, menjanjikan bahwa reforma dia akan menguntungkan rakyat Iran (Pic: Flickr/Asia Society)
Presiden Iran, Hassan Rouhani, menjanjikan bahwa reforma dia akan menguntungkan rakyat Iran (Pic: Flickr/Asia Society)

Oleh  Nick Clark

 

Protes besar menentang pengangguran, kemiskinan, korupsi dan elit politik yang telah menyapu Iran menghadapi tindakan brutal dari kekuatan pemerintah.

Ribuan orang melancarkan protes di berbagai kota di Iran, dalam gelombang kerusuhan terbesar sejak tahun 2009. Hingga hari Senin (1/1) setidaknya 15 orang terpastikan terbunuh – hari kelima protes – seiring demonstran bentrok dengan polisi.

Protes dimulai pada hari Kamis minggu lalu (27/12) di kota Mashhad setelah presiden Iran, Hassan Rouhani mengumumkan rancangan anggaran yang menjanjikan kebijakan pengetatan dan kenaikan harga.

Namun demonstrasi dengan cepat menyebar ke kota-kota lainnya dan menjadi semakin radikal. Slogan-slogan termasuk, “Kematian untuk Rouhani,” dan, “Dengan memberantas korupsi, masalah kita akan selesai”.

Ini muncul setelah bertahun-tahun krisis ekonomi yang semakin dalam yang mengakibatkan kenaikan harga, upah rendah dan tingginya angka pengangguran.

Rouhani si “reformis” dipilih pada tahun 2013 dengan rencana untuk membuka ekonomi Iran pada bisnis-bisnis besar dan investasi asing. Kaum reformis Iran berjanji bahwa kekayaan akan menetes ke bawah pada rakyat miskin, membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan upah.

Namun pemerintahan Rouhani mengejar pengetatan. Pemogokan menjadi lebih umum sejak dia terpilih.

Asad Keshavari, seorang aktivis Iran yang tinggal di Inggris mengatakan, “Krisis ekonomi semakin dalam.

“Kita bisa melihat ini dalam hutang pemerintah yang besar kepada perbankan, menipisnya dana pensiun, bangkrutnya institusi-institusi keuangan dan jumlah korupsi dan penggelapan yang luar biasa.

“Selama tiga atau empat tahun terahir kita melihat pemogokan-pemogokan besar dan tenda-tenda pemogokan (pickets) oleh buruh di Arak dan daerah kaya minyak bumi dan gas di selatan.”

Awalnya

Protes awal dilaporkan diorganisir oleh para “garis keras” dari kekuatan politik Iran yang menentang perubahan reformis.

Namun baik itu garis keras maupun reformis yang menyusun kekuatan politik Iran tidak dapat memuaskan tuntutan rakyat.

Gelombang terakhir demonstrasi besar tahun 2009 – yang disebut sebagai “Gerakan Hijau-Green Movement” – melihat protes massal melawan pemerintahan “garis keras” Mahmoud Ahmadinejad.

Gerakan tersebut dihancurkan dengan kekerasan, namun kelompok garis keras dikalahkan dalam pemilihan umum 2013.

Berbicara pada hari Minggu (31/12) Rouhani mengatakan para demonstran seharusnya memiliki “ruang untuk mengkritik” pemerintah, namun juga mengingatkan tindakan keras terhadap demonstran yang (menggunakan-pen) kekerasan”.

Polisi telah menyerang demonstran pada saat bersamaan dengan pidato Rouhani. Di beberapa kota para demonstran dilaporkan telah menduduki kantor polisi sebagai balasan.

Asad mengatakan, “Dimanapun rejim telah menggunakan tangan besi rakyat akan menghukumnya dengan berat. Apa yang kita lihat adalah keberanian dan kemarahan luar biasa, serta hasrat besar untuk kebebasan dan keadilan sosial.”


Kaum munafik Barat berharap untuk memanfaatkan demonstrasi untuk kepentingan mereka sendiri.

Protes di Iran beragam (messy) dan kontradiktif. Beberapa slogannya adalah sayap kanan atau bermusuhan terhadap orang Arab.

Dan kekuatan seperti Amerika Serikat (AS) dan Israel, yang bertanggung jawab atas penderitaan luar biasa di seantero Timur Tengah, secara oportunis mendukung demonstrasi-demonstrasi tersebut.

Iran terkunci dalam kompetisi melawan sekutu AS, Israeldan Arab Saudi, untuk mengontrol Timur Tengah. Iran telah terlibat dalam perang di Irak dan Suriah untuk meluaskan pengaruhnya di daerah tersebut.

Persaingan tersebut terancam akan meluas ke konflik berdarah yang lain dalam beberapa bulan terakhir.

Demonstran di Iran marah karena pemerintah telah menghabiskan uang untuk perang sementara mereka menderita kemiskinan dan pengangguran.

Beberapa demonstran meneriakan slogan seperti, “Lupakan Suriah – pikirkan kami”.

Yang lainnya meneriakan slogan lebih nasionalis seperti, “Bukan Gaza, ataupun Lebanon, Saya menyerahkan nyawa untuk Iran”. Slogan lain termasuk, “Kami orang Arya, kami tidak menyembah Arab,” menunjukan bahwa beberapa demonstran terbuka bagi ide-ide rasis.

Presiden AS, Donald Trump men-tweet, “Rakyat akhirnya bijak mengenai bagaimana uang dan kekayaan mereka dicuri dan disia-siakan untuk terorisme.

“sepertinya mereka tidak tahan lagi.”

Sementara itu media Israel menggambarkan demonstrasi tersebut sebagai penolakan sepenuhnya terhadap pendirian Iran melawan Barat.

Menanggapinya, pejabat Iran telah memberi peringatan bahwa Arab Saudi berada di belakang demonstrasi tersebut.

Trump dan sekutu-sekutunya munafik. Bertahun-tahun sanksi oleh AS terhadap Iran, baru-baru ini dihidupkan kembali oleh Trump, menyebabkan kesulitan bagi rakyat Iran.

Trump telah berulang kali berbicara mengenai konflik dengan Iran yang akan hancur lebur. Dan perang yang dilancarkan oleh Arab Saudi dan Israel telah merobek-robek Timur Tengah.

Demonstrasi dari bawah jelas memiliki hidupnya sendiri.

Demonstrasi dapat bergerak melampaui kontrol dari kekuatan regional apapun – dan menggoncang para penguasa di Timur Tengah.

Namun buruh harus menjaga kemandiriannya dari usaha imperialis untuk membajak mereka.

———————

Terima kasih kepada seorang sosialis revolusioner Iran, Nima Soltanzadeh

 

 

Tulisan ini diterjemahkan dari artikel Protests in Iran show ‘anger and a huge desire for freedom’ yang ditulis oleh Nick Clark di socialistworker.co.uk pada 1 Januari 2018. Artikel asli dapat diakses di https://socialistworker.co.uk/art/45876/Protests+in+Iran+show++anger+and+a+huge+desire+for+freedom. Diterjemahkan oleh Dipo Negoro, kader KPO PRP.

Loading

Comment here