Dokumen baru yang telah muncul dari arsip Soviet lama selama dekade terakhir atau lebih telah memungkinkan penerbitan buku-buku baru seputar pemberontakan Kronstadt pada tahun 1921. Jauh dari mengkonfirmasi kritik mereka yang bermusuhan dengan kaum Bolsheviks, sumber-sumber terbaru menunjukan bahwa posisi Trotsky adalah tepat dan sepenuhnya benar.
Selama bertahun-tahun pers kapitalis, profesor terpelajar, dan analis borjuis telah membahas mengenai “rahasia dalam arsip-arsip Soviet”. Terdapat banyak spekulasi mengenai “rahasia-rahasia mengerikan dari rezim komunis” yang seolah-olah pada akhirnya akan mengkonfirmasi “sifat jahat” dari komunisme.
Setelah peristiwa-peristiwa yang terjadi pada akhir tahun 1980an dan awal 1990an, pada akhirnya ahli sejarah diizinkan untuk mengakses arsip-arsip Soviet. Jadi mereka bisa mengharapkan aliran fakta-fakta yang menunjukan kekejian. Namun bagi ahli sejarah borjuis hasilnya sungguh mengecewakan. Tentu saja, mereka menemukan sejumlah besar bukti-bukti baru yang menegaskan kejahatan mengejutkan dari Stalinisme. Namun kita tidak pernah meragukan hal ini. Trotsky dan pengikutnya mengutuk kejahatan-kejahatan ini jauh sebelum arsip-arsip tersebut dibuka. Pendukung Trotsky di Rusia Soviet pada tahun 1920 dan 1930an memiliki pengetahuan langsung mengenai kejahatan tersebut karena mereka termasuk diantara yang pertama menderita akibat degenerasi Stalinis. Ribuan dari mereka mati di tangan kaki tangan Stalin.
Apa yang diharapkan oleh ahli sejarah borjuis adalah sejumlah besar bukti yang bisa mereka gunakan untuk menunjukan bahwa tidak ada perbedaan antara Stalinisme dan rezim yang sehat di bawah Lenin dan Trotsky di periode pertama setalah revolusi. Namun mereka dihadapkan dengan persoalan nyata dalam upaya menemukan dokumen-dokumen yang dapat digunakan untuk mendiskreditkan pemimpin Revolusi Rusia – Lenin dan Trotsky. Di masa lalu dokumen-dokumen yang paling sulit diakses adalah yang terkait dengan para pemimpin Oposisi Kiri. Sekarang menjadi jelas bagi ahli sejarah manapun kenapa hal tersebut terjadi. Arsip-arsip tersebut menunjukan bahwa para pemimpin Oposisi Kiri memainkan peran penting dalam revolusi 1917 serta mendirikan negara Soviet.
Selama sepuluh tahun terakhir banyak sumber baru menarik mengenai momen-momen genting di Revolusi Rusia yang diterbitkan. Diantaranya adalah dua buku mengenai tindakan paling tragis dalam Revolusi Rusia, apa yang disebut sebagai pemberontakan Kronstadt.
Tidak perlu di tulisan ini menggambarkan semua aspek dari kejadian-kejadian yang sudah banyak dikenal. Awal Maret 1921, dalam salah satu periode yang paling genting dalam keberadaan Republik Soviet, di markas angkatan laut Kronstadt dekat Petrograd, terjadi upaya kudeta militer terhadap pemerintahan Soviet. Kondisi genting yang sedang dilalui oleh Uni Soviet saat itu berarti Lenin dan Trotsky terpaksa mengatasi pemberontakan tersebut dengan cepat. Setelah ultimatum pemerintah Soviet untuk menyerah ditolak, Kronstadt diserbut dan direbut pada serangan kedua. Para pemimpin pemberontakan melarikan diri ke Finlandia.
Akhir tahun 1930an sekelompok bekas Trotskyis, termasuk Victor Serge, Max Eastman, Souvarine dan yang lainnya menyerang Trotsky karena tindakannya saat pemberontakan tersebut. (Dengan melakukan itu Serge mengkontradiksikan pandangannya sendiri yang diungkapkan saat pemberontakan). Mereka menggambarkan kejadian Kronstadt sebagai pemberontakan buruh dan pelaut melawan “kediktaktoran Bolshevik” dan melihat penghancuran pemberontakan tersebut sebagai “langkah pertama menuju Stalinisme”. Kemudian, kritik tersebut diadopsi oleh ideolog dan propagandis anti-Komunis lainnya. Trotsky menjawab orang-orang tersebut pada tahun 1938 di tulisannya berjudul “Hingar Bingar Kronstadt” dimana Trotsky menganalisis sifat borjuis kecil dari pemberontakan tersebut.
Tidak ada gunanya mengulang argumentasi Trotsky disini, karena siapapu bisa membaca karya tersebut dengan membuka linknya. Siapapun yang ingin mengetahui kebenarannya bisa membaca karya Trotsky sendiri. Apa yang ingin saya lakukan disini adalah untuk menggarisbawahi beberapa informasi baru yang terbit di dokumen-dokumen terbaru – koleksi bahan-bahan mengenai Kronstadt.
Buku pertama diterbitkan dengan judul yang aneh, “The Unknown Trotsky: the red Bonaparte” (Krasnov V. G., Moscow, 2000). Buku ini coba menggambarkan peran Trotsky saat perang sipil Rusia. Buku kedua – “Kronstadt 1921” (Moscow, 2001) – adalah kumpulan dokumen mengenai pemberontakan Kronstadt. Penting untuk menekankan bahwa kedua buku tersebut ditulis bukan oleh simpatisan Bolshevik.
Gambaran populer kritik anti-Bolshevik yang ingin dibuat adalah bahwa terdapat simpati meluas di antara prajurit Tentara Merah terhadap pemberontakan tersebut. Terdapat banyak spekulasi mengenai massa prajurit yang menolak ambil bagian dalam serangan karena alasan politik dan juga cerita mengenai desersi massal diantara prajurit Tentara Merah dengan banyak diantara mereka yang berpindah ke kubu pemberontak Kronstadt. Bagaimanapun juga, ini adalah mitos.
Apa yang terjadi sepenuhnya berbeda. Terdapat satu kasus dimana satu unit berpindah sisi ke mereka yang membela Kronstadt. Ini terjadi saat serangan pertama yang tidak berhasil. Unit tersebut adalah batalion dari regimen ke-561 Tentara Merah. Resimen ini direkrut diantara bekas tahanan Machno, Wrangel dan Denikin. Telah cukup diketahui fakta bahwa saat perang sipil di Rusia unit-unit kaum tani berganti kubu bahkan beberapa kali akibat dari kekalahan militer.
Terdapat kasus lain di regimen infantri ke-236 dan ke-237 yang menolak untuk menyerang. Posisi mereka adalah: “Kami tidak akan pergi ke es”, “Kami akan pergi ke desa kita”. Unit kaum tani ini ketakutan dengan gagasan diharuskannya melewati es untuk menyerang benteng terbaik yang dijaga oleh kapal-kapal perang. Terdapat laporan-laporan lain mengenai penolakan untuk menjalankan perintah dari unit yang berbeda, namun dalam semua kasus tersebut penyebabnya adalah hal-hal seperti makanan dan pakaian yang kualitasnya rendah, kamuflase yang kualitasnya rendah. Tidak ada alasan politik yang diberikan. Ini mudah dimengerti jika kita mengingat bagaimana rezim Soviet yang muda mewarisi ekonomi yang terbelakang, dan di atas itu, dipaksa untuk menggunakan sumber dayanya yang langka untuk mempertahankan dirinya melawan tentara Putih yang didukung oleh para imperialis yang berusaha menghancurkan revolusi.
Situasi di dalam Kronstadt juga terlihat berbeda dengan mitosnya. Tidak ada massa prajurit yang solid, yang berada di belakang pemberontakan. Bahkan sejarawan borjuis seperti Krasnov mengakui fakta ini. Di dalam Kronstadt terjadi bentrokan antara para pelaut revolusioner tua dan para rekrutan baru yang berasal dari keluarga-keluarga kaum tani dan borjuis kecil. Fakta ini dapat dikonfirmasi oleh fakta bahwa beberapa kapal mendeklarasikan netralitas mereka, sementara yang lainnya bergerak melawan pemberontak.
Layak dikutip di sini beberapa pernyataan yang dikeluarkan oleh awak kapal sejumlah kapal, diantaranya adalah kapal penyapu ranjau “Ural”, “Orfei” dan “Pobeditel”: “Orang-orang dari Garda Putih yang memimpin pemberontakan dapat melakukan banyak kerusakan kepada Republik, dan mereka bahkan tidak akan ragu untuk membom Petrograd”.
Situasi yang sama ditemukan di belakang garis pertempuran pemberontak. Dari laporan intelijen Angkatan Darat ke-7 kita melihat bahwa pelaut dan prajurit pemberontak ingin pindah ke sisi Bolshevik, namun mereka diteror oleh komandan mereka.
Namun paku terakhir dalam peti mati mitologi anti-Bolshevik yang dibangun di sekitar Kronstadt datang kemudian. Menurut dokumen-dokumen yang diterbitkan di kedua buku di atas, fakta-fakta baru muncul mengenai apa yang terjadi di kota di sekeliling Kronstadt. Saat penyerangan terhadap Kronstadt, buruh di perkotaan bergerak melawan para pembangkang dan membebaskan kota bahkan sebelum kekuatan utama Tentara Merah tiba. Jadi dalam kenyataan apa yang kita terjadi bukanlah pemberontakan buruh dan pelaut melawan Bolshevikisme, namun sebuah perlawanan buruh dan pelaut Bolshevik terhadap para “pemberontak”!
Dalam proklamasi pelaut Kronstadt kita melihat kata-kata yang mengacu pada “orang-orang Garda Putih yang memimpin pemberontakan”. Ini bukan sekedar kata-kata. Perintah sebenarnya atas pemberontakan terkonsentrasikan bukan di soviet Kronstadt, seperti yang banyak dikira oleh individu-individu naif, namun berada pada apa yang disebut sebagai “Mahkamah Pertahan Benteng Kronstadt”. Salah satu pemimpinnya adalah Laksamana Muda S. H. Dmitriev (yang dieksekusi setelah benteng tersebut jatuh), yang lainnya adalah Jenderal A. H. Koslovsky, yang lari ke Finlandia. Kedua perwira tinggi tersebut jauh dari memiliki simpati apapun untuk Sosialisme “dengan Bolshevik” ataupun “tanpa Bolshevik”.
Terdapat juga banyak pembicaraan mengenai S. M Petrechenko – pelaut dan pemimpin anti-Bolshevik. Apa yang menarik untuk dicatat adalah bahwa pada tahun 1927, orang tersebut direkruit oleh GPU (dinas rahasia dan badan intelijen) Stalin dan dia adalah salah satu agen Stalin hingga tahun 1944 ketika dia ditangkap oleh otoritas Finlandia. Tahun berikutnya dia meninggal dunia di kamp konsentrasi Finlandia.
Jadi kisah sebenarnya adalah bahwa buruh dan pelaut Kronstadt mengerti sifat sebenarnya dari pemberontakan tersebut jauh lebih baik daripada intelektual setelahnya yang berusaha untuk membangun mitos mengenai Kronstadt. Hal yang sama dapat dikatakan mengenai kekuatan kontrarevolusioner yang beroperasi di Kronstadt. Mantan perdana menteri Tsar dan menteri keuangan, dan di luar negeri sebagai direktur Bank Rusia di Paris, Kokovzev, mentransfer 225 ribu francs ke pemberontak Kronstadt. Bank Rusia-Asia mentransfer 200 ribu francs. Perdana menteri Perancis, Briand, saat pertemuan dengan bekas duta besar pemerintahan Kerensky, Malachov, berjanji memberikan “bantuan apapun yang dibutuhkan untuk Kronstadt”.
Seperti yang dijelaskan oleh Trotsky, apa yang disebut sebagai pemberontakan Kronstadt bukanlah gerakan borjuis kecil, anti-Bolshevik pertama yang terjadi baik saat perang sipil maupun revolusi. Terdapat banyak gerakan lainnya yang dipimpin oleh orang-orang yang mengangkat slogan “Soviet-soviet tanpa Bolshevik”, dsb. Terdapat gerakan semacam itu di beberapa pabrik di Urals dan diantara Aries Cossacks. Namun dari pengalaman kita bisa melihat jelas bahwa dalam kondisi perang kelas yang tanpa kompromi, slogan-slogan semacam itu dapat berakibat langsun gpada kubu reaksi Abad Pertengahandan barbarisme. Tidak mungkin ada revolusi tanpa partai revolusioner. Lagi pula, buruh dan prajurit biasa Rusia saat itu mengerti hal ini dengan baik. Mereka bisa memahami lebih baik dari beberapa orang hari ini, di antara mereka bahkan beberapa orang di Kiri.
Faktanya banyak anggota biasa dari kaum Anarkis, Menshevik, Revolusioner-revolusioner Sosial, dan partai-partai lain ambil bagian di Soviet dengan Bolshevik, namun tidak tanpa mereka. Terdapat perbedaan besar antara jajaran anggota biasa dari partai-partai tersebut dan pemimpin mereka yang sepenuhnya anti-Bolshevik dalam perasaan mereka. Awal tahun 1920an otoritas-otoritas lokal Soviet di beberapa daerah Yahudi di Ukraina sepenuhnya direkruit dari anggota Bund (serikat Yahudi Sosialis.ed). Banyak kaum Anarkis ambil bagian di Revolusi dan Perang Sipil di kubu Bolshevik melawan reaksi Putih. Mereka juga bekerjasama dengan kekuasaan baru hingga bangkitnya Stalinisme. Hingga hari ini, para pemberani tersebut dianggap sebagai “pengkhianat” oleh para anarkis moden. Beberapa orang memang tidak pernah belajar!
Kita tidak memiliki ketakutan sama sekali atas penerbitan lebih banyak materi dari arsip-arsip Soviet. Kita berharap beberapa tahun kedepan lebih banyak dokumen akan ditemukan di arsip-arsip tersebut mengenai perjuangan panjang dan mulia dari proletariat Rusia. Mereka pasti akan memberikan informasi lebih banyak mengenai tradisi revolusioner dari kaum buruh Rusia.
Desember 2003
Lampiran: Ted Grant Mengenai Kronstadt
Sebelum banyak materi yang sekarang tersedia dari Arsip Soviet, Ted Grant menerbitkan bukunya Russia: from Revolution to Counter-Revolution (1997). Apa yang dia tulis mengenai kejadian Kronstadt dikonfirmasi oleh apa yang ditulis oleh A Kramer di artikelnya. Kita kutip dari Bagian Pertama buku tersebut, halaman 86-88:
Situasi yang paling serius muncul ketika garnisun angkatan laut di Kronstadt memberontak. Banyak pemalsuan ditulis mengenai kejadian ini, yang kemudian menjelma menjadi mitos. Tujuannya, seperti biasanya, untuk mendiskreditkan Lenin dan Trotsky dan menunjukan bahwa Bolshevisme dan Stalinisme adalah sama. Cukup menariknya, hingar-bingar Kronstadt menyatukan musuh-musuh Oktober mulai dari borjuis dan Demokratis Sosial sampai dengan kaum anarkis dan ultra kiri. Namun tuduhan-tuduhan tersebut tidak ada kaitannya dengan kebenaran.
Kebohongan pertama adalah untuk mengidentikan pemberontak Kronstadt tahun 1921 dengan pelaut Merah heroik tahun 1917. Keduanya tidak ada kesamaannya. Pelaut Kronstadt tahun 1917 adalah buruh dan Bolshevik. Mereka memainkan peran penting dalam Revolusi Oktober, bersama dengan buruh-buruh dari Petrograd yang dekat dengannya. Namun hampir keseluruhan garnisun Kronstadt suka rela untuk berjuang di jajaran Tentara Merah saat perang sipil. Mereka tersebar di berbagai garis depan, yang kebanyakan darinya tidak pernah kembali. Garnisun Kronstadt tahun 1921 terdiri terutama dari pindahan petani tidak terlatih dari Armada Laut Hitam. Secara sepintas melihat nama keluarga dari para pemberontak terlihat bahwa mereka hampir semuanya orang Ukraina.
Kebohongan lainnya terkait dengan peran Trotsky di episode Kronstadt. Sebenarnya, dia tidak memainkan peran langsung, meskipun sebagai Komisar Perang dan anggota pemerintahan Soviet, dia sepenuhnya menerima tanggung jawab politik untuk ini dan tindakan-tindakan pemerintah lainnya. Perebutan benteng Kronstadt oleh para pembangkang menempatkan negara Soviet dalam kondisi bahaya ekstrem. Negara Soviet baru saja keluar dari perang sipil berdarah. Memang benar bahwa negosiasi dengan garnisun ditangani dengan buruk oleh delegasi negosiator Bolshevik yang dipimpin oleh Kalinin, yang memanaskan situasi yang sudah serius. Namun ketika para pemberontak telah merebut basis angkatan laut paling penting di Rusia, tidak ada ruang untuk kompromi.
Ketakutan utama adalah Britania dan Perancis akan menggunakan angkatan laut mereka untuk menduduki Kronstadt, menggunakan pemberontakan tersebut sebagai dalih. Ini akan mengakibatkan Petrograd berada di ujung tanduk, karena siapapun yang mengontrol Kronstadt akan mengontrol Petrograd. Hasil akhir yang mungkin hanyalah kontra-revolusi kapitalis. Bahwa terdapat elemen kontra-revolusioner nyata di antara para pelaut ditunjukan oleh slogan “Soviet tanpa Bolshevik”. Bolshevik dibuat tidak memiliki pilihan. Benteng tersebut harus direbut kembali secara paksa. Kejadian ini terjadi saat Kongres Partai Kesepuluh yang menyela sesinya untuk memungkinkan para delegasi terlibat dalam serangan tersebut. Menarik untuk mencatat bahwa anggota Oposisi Buruh, sebuah tendensi semi-anarko-sindikalis yang hadir di Kongres, juga bergabung dengan kekuatan yang menyerang. Ini kebohongan lain yang mencoba membenarkan penggabungan kikuk antara Kronstadt – anarkisme – Oposisi Buruh – tiga hal yang sepenuhnya tidak ada kesamaannya.
Victor Serge, yang memiliki simpati besar dengan anarkisme, dengan gigih menentang para pemberontak Kronstadt, seperti kutipan berikut menunjukan:
“Kontra-revolusi populer menerjemahkan tuntutan untuk pemilihan secara bebas soviet-soviet menjadi “soviet-soviet tanpa kaum Komunis”. Jika kediktaktoran Bolshevik jatuh, akan menjadi langkah pendek menuju kekacauan, dan melalui kekacauan ke pemberontakan kaum tani, pembantaian kaum Komunis, kembalinya para pelarian politik, dan pada akhirnya, melalui paksaan rentetan peristiwa semata, memunculkan kediktaktoran yang lain, kali ini kediktatoran anti-proletar. Laporan-laporan dari Stockholm dan Tallinn bersaksi bahwa para pelarian politik memiliki perspektif ini di pikiran mereka: laporan-laporan, yang secara tidak sengaja, memperkuat niat pemimpin Bolshevik untuk menundukkan Kronstadt dengan cepat dan dengan ongkos apapun. Kita tidak menggunakan argumentasi-argumentasi abstrak. Kita mengetahui bahwa di Rusia Eropa sendiri terdapat setidaknya 50 pusat pemberontakan kaum tani. Dari selatan Moskow, di daerah Tambov, Antonov, sang guru sekolah Revolusioner Sosial Kanan, yang mendeklarasikan penghapusan sistem Soviet dan pendirian kembali Majelis Konstituante, memiliki dibawah komandonya sebuah tentara kaum tani yang terorganisir dengan baik, dengan jumlah beberapa puluh ribu orang. Mereka telah melakukan negosiasi dengan Tentara Putih. (Tukhachevsky menekan Vendée ini sekitar pertengahan tahun 1921.)” (Victor Serge, Memoirs of a Revolutionary 1901-1941, hal 128-9.)
*artikel ini ditulis oleh A. Kramer pada 1 Desember 2003 dan dipublikasikan dengan judul “Kronstadt: Trotsky was right! New material from Soviet archives confirms the Bolsheviks’ position” di https://www.bolshevik.info/kronstadt-trotsky-was-right.htm Diterjemahkan dan disunting untuk diterbitkan di Arah Juang dalam bahasa Indonesia.
Comment here