Jumat, 28 April 2017, kota-kota di Brazil mengalami kelumpuhan saat buruh di negara tersebut melancarkan pemogokan umum untuk pertama kalinya setelah dua dekade. Pemogokan ini merupakan pemogokan terbesar yang pernah terjadi di Brasil. Pemogokan umum selama 24 jam ini sebagian besar dilancarkan oleh jutaan buruh yang tergabung dalam Central Unica dos Trabalhadores-Sentral Persatuan Buruh (CUT), federasi serikat buruh terbesar di Amerika Latin bersama dengan Partido dos Trabalhadores-Partai Buruh (PT-partai mantan Presiden Dilma Rousseff yang digulingkan) dan puluhan serikat pekerja lainnya, termasuk buruh transportasi, perbankan dan guru.
Pemogokkan ini dipicu oleh serangkaian kebijakan “reformasi” yang dikeluarkan oleh pemerintah Temer, dengan dalil mengatasi resesi yang sedang dialami Brazil saat ini. Kebijakan-kebijakan tersebut akan membatasi hak buruh, menaikkan usia pensiun menjadi 65 tahun untuk pria dan 62 tahun untuk wanita, dan mengurangi berbagai manfaat pensiun dan jaminan sosial. Reformasi tersebut akan merongrong hak buruh dengan menghapuskan pembayaran dari pemutusan dari kontrak mereka, mengurangi denda bagi majikan yang melakukan pelanggaran, dan yang terpenting, memungkinkan pengusaha mengurangi gaji buruh sambil meningkatkan jam kerja mereka. Temer juga mengusulkan pembekuan subsidi selama 20 tahun dan pemotongan jaminan pensiun. Sementara itu iuran wajib serikat buruh juga akan dihapuskan.
Sekitar 35 hingga 40 juta buruh dan rakyat Brasil terlibat dalam pemogokan umum tersebut. Jutaan buruh meninggalkan tempat kerja mereka. Sementara gerakan kaum tuna wisma, MTST turun ke jalan di malam hari membangun blokade jalan. Di Sao Paulo sekitar 70 rute jalan utama serta rute menuju bandara udara diblokade.
Rejim Temer bertindak dengan brutal. Di Rio de Janeiro, konvoi polisi anti huru hara menyerang demonstran tanpa pandang bulu. Di Sao Paulo, demonstran yang menuju rumah Presiden Temer direpresi oleh polisi. Bentrokan dengan polisi juga terjadi di berbagai kota lainnya. David Miranda, anggota DPRD dari LGBTQ pertama ditabrak mobil ketika menyusun blokade jalan.
Survey terbaru menunjukan bahwa 71 persen rakyat Brasil menentang reformasi pensiun dan 64 persen menentang reformasi perburuhan. Sementara itu survey dukungan terhadap Temer hanyalah 9 persen. Bahkan Keuskupan Brasil mengeluarkan pernyataan sikap mengkritik kebijakan “reformasi” dan mendukung gerakan pemogokan umum.
Korupsi dan Krisis yang Dialami Brasil
Semua kebijakan Temer tersebut dikeluarkan dengan dalih terjadi krisis di Brasil. Sejatinya krisis ini merupakan bagian dari krisis kapitalisme global. Yang dimulai pada tahun 2008 dengan krisis di Amerika Serikat. Seperti juga di Amerika Serikat, di Brasil adalah klas buruh dan rakyat yang dipaksa menangung beban akibat krisis. Jutaan rakyat menghadapi penggusuran, pengangguran dan penderitaan ekonomi secara umum dengan sedikit bantuan dari pemerintah. Sementara para pemilik modal justru diberikan dana talangan dan pengurangan pajak.
Di Brasil tingkat pengangguran naik menjadi 13,7% atau setara dengan 14 juta orang, sejak Desember 2016 lalu. Kondisi tersebut diperparah dengan korupsi yang berkembang pesat di Brasil. Brasil jatuh kedalam korupsi yang ekstrim dalam tiga tahun belakangan. Hampir sepertiga kabinet Temer sekarang diselidiki karena dugaan korupsi.
Salah satu kasus yang besar adalah skandal Car Wash. Car Wash adalah nama yang diberikan untuk penyelidikan korupsi yang dimulai pada bulan Maret 2014 atas tuduhan bahwa perusahaan konstruksi terbesar Brasil, Odebrecht, memark-up kontrak pembangunan dalam kerjasama dengan perusahaan minyak negara, Petrobras. Hingga kini sejumlah eksekutif perusahaan dan pemimpin partai dipenjara. Mereka termasuk CEO Marcelo Odebrecht, juru bicara DPR yang memimpin impeachment terhadap Dilma serta mantan gubernur negara bagian Rio de Janeiro. Selain itu ketua DPR Brasil sekarang, presiden Senat, dan sembilan menteri Temer menjadi sasaran investigasi kriminal terkait kasus penyuapan dan pencucian uang.
Memang nama Temer tidak masuk dalam daftar politisi yang menghadapi penyelidikan mengenai skandal Car Wash. Tapi badan pengawas pemilihan umum Brasil sedang menyelidiki pendanaan kampanye illegal yang dilakukan oleh Temer. Kasus tersebut dimulai pada kampanye kepresidenan 2014, saat Temer berpasangan dengan sebagai calon wakil presiden dari Dilma Rousseff. Pengadilan harus memutuskan apakah dana ilegal digunakan untuk mendanai kampanye mereka. Pengadilan bisa membatalkan hasil pemilihan presiden dan Temer bisa dipecat dari jabatannya.
Singkatnya, elit politik dan pemilik modal di Brasil terbukti sangat korup. Miliaran Real (mata uang Brasil) telah dicuri dari klas buruh dan rakyat Brasil. Baru-baru ini dirilis rekaman pengakuan pengadilan Marcelo Odebrecht, menggambarkan sebuah negara yang hampir sepenuhnya diatur melalui suap dan kriminalitas, terlepas dari ideologi atau partai pemimpin politiknya.
Namun, bahkan setelah korupsi yang meluap dan tak tertandingi ini, kiris politik, ekonomi dan sosial, dibebankan kepada kelas buruh dan rakyat Brazil. Itu terus dilakukan lewat reformasi kebijakan dan pemotongan subsidi dan memangkas hak-hak buruh. Sementara pelaku kejahatan serta korupsi yaitu, para elit politik dan pengusaha Brasil dapat terus memerintah di Brasília. Mereka bisa menikmati kekebalan hukum.
Bayangkan menjadi buruh Brasil, bekerja dalam kemiskinan, menghabiskan bertahun-tahun hanya mendengarkan cerita tentang bagaimana pemilik modal menyuap pejabat politik dengan jutaan Real agar berhasil memenangkan kontrak negara. Dan uang suap digunakan oleh para elit politik untuk membeli kapal pesiar, mobil mewah dan pergi berbelanja ke Eropa, dsb. Kemudian rakyat Brasil dipaksa menghadapi kebijakan yang mengatakan bahwa tidak ada uang untuk pensiun atau untuk mendapatkan jaminan pensiun maka anda harus bekerja bertahun-tahun lebih lama lagi. Atau klas buruh dipaksa menerima bahwa upahnya harus murah dan subsidi dicabut untuk menyelamatkan negara dari krisis.
Langkah Kedepan?
Kita tidak dapat melupakan bahwa kebijakan “reformasi” yang dibawa oleh Temer mirip juga dengan yang dibawa oleh pemerintahan Partai Buruh sebelumnya. Adalah PT sejak awal menang pada tahun 2003 yang begitu teguh menjalankan kebijakan-kebijakan “reformasi” tersebut sehingga menyingkirkan banyak kelompok, terutama kiri, dari PT. Menyingkirkan juga para buruh dan rakyat Brasil yang mendukungnya. Dan PT justru memperkuat hubungan dengan PMDB, yang merupakan partainya Temer.
Akibatnya PT mengalami kemunduran dimana-mana serta kehilangan hampir 60 persen dari kota-kota yang mereka menangkan dalam pilkada tahun 2012. Demikian juga serikat buruh Brasil dilemahkan dengan kebijakan-kebijakan PT yang justru pro neoliberal. Sementara partainya Temer, PMDB, menang di hampir ribuan pilkada yang membuat mereka menguasai seperlima kabupaten kota di Brasil.
Pemogokan umum kemarin membuka kemungkinan bagi bangkitnya gerakan buruh dan rakyat Brasil. Sebuah persatuan dan solidaritas diantara klas buruh dan rakyat Brasil merupakan hal yang penting. Namun demikian kita juga harus berhati-hati dengan kepentingan elit birokrasi serikat buruh dan elit politik di PT termasuk hubungan antara keduanya.
Semakin kuat dan radikal perlawanan yang terjadi, bersama dengan tumbuhnya berbagai inisiatif dari massa dibawah, semakin besar kekuatan massa untuk bisa menentukan bagaimana perjuangan kedepannya. Termasuk melemahkan pengaruh elit birokrasi serikat buruh dan elit politik PT.
ditulis oleh Kuggy Kayla, kader KPO PRP
Refrensi :
http://www.bbc.com/news/world-latin-america-39576896
http://www.bbc.com/news/world-latin-america-39744030?SThisFB
https://www.jacobinmag.com/2017/04/brazil-temer-general-strike-pension-reform-lula-corruption/
http://www.socialistworld.net/index.php/international/americas/45-brazil/9241-brazil-general-strike-demonstrates-working-class-strength-against-president-temer-s-reforms
Comment here