Aksi

Memperingati Hari Karst Nasional: Tendang Pabrik Semen Dari Kawasan Karst

Hari Karst SamarindaSamarinda, Rabu (29 Maret 2017), Puluhan demonstrasi dari berbagai organisasi (IMAPA UnMul, Mapala STIMIK, IPAWAGAMA, Pataga Untag, Greenpanks Polnes, Mapa Politani, Gempa Iain, Alpa Unu, Wamapalama Unikarta, Sabana Stais, Setapak Stiper, Jatam Kaltim dan Ampk) melakukan aksi damai bertajuk “Tendang Pabrik Semen Dari Kawasan Karst” di depan Taman Samarendah yang dimulai pukul 13.00 WITA. Aksi ini dilakukan untuk memperingati Hari Karst Nasional yang jatuh pada tanggal 28 Maret 2017. Penentuan Hari Karst ini dikarenakan melihat tambang dan pabrik semen menjadi persoalan yang mencuat dua tahun belakangan ini. Selain itu pemerintah juga semakin membabi buta dalam mengeluarkan izin untuk membangun pabrik dan tambang di kawasan Karst tanpa melihat prinsip-prinsip keselamatan warga dan penyelamatan ekosistem Karst sebagai ruang hidup bagi rakyat. Mereka sadar kehadiran pabrik semen hanya akan membawa pengrusakan sumber-sumber kehidupan yang selama ini digunakan untuk kelangsungan hidup dan putaran ekonomi pertanian.

Lebih lanjut, dalam rilis pers aksi tersebut juga memaparkan “Kalimantan Timur hari ini masih mengandalkan perekonomiannya dengan bersandar pada ekonomi mematikan seperti penebangan pohon untuk HTI dan HPH, pengerukan batubara dan pembukaan lahan sawit. Tidak cukup disitu saja, Rezim yang berkuasa saat ini sudah merongrong Ekosistem Karst untuk dikeruk dan dihancurkan fungsi faalnya, hal ini terlihat dari dikeluarkannya 16 izin usaha pertambangan batu gamping di Kabupaten Berau dan Kutim serta 1 izin pembangunan pabrik semen. Padahal kedua Kabupaten ini mengandalkan pemenuhan kebutuhan hidup dan ekonomi dari keberadaan Ekosistem Karst. Agenda penghancuran tersebut hanya akan membawa krisis sosial ekologi, seperti hilangnya sumber sumber air, lahan-lahan pertanian, serta situs-situs pariwisata. Maka dari itu telah nyata Rezim yang berkuasa saat ini khususnya di Kalimantan Timur hanya melihat ruang hidup sebagai kaplingan untuk pengerukan dan nafsu melayani penetrasi modal.”

Salah satu peserta aksi dari Organisasi Mahameru memberikan orasi politiknya dalam memperingati Hari Karst Nasional ini. “Tambang dan Pabrik semen menjadi masalah utama di negeri ini khususnya di Kaltim. Pasalnya pembangunan pabrik semen di kawasan karst sama sekali tidak melihat Ekosistem Karst sebagai ruang hidup bagi rakyat di sekitarnya. Ditambah dengan kebijakan kebijakan pemerintah yang lebih mempermulus pembangunan pabrik semen di kawasan Karst tersebut. Artinya bahwa Rezim saat ini tidak lagi berpihak pada rakyat sepenuhnya, melainkan pada perusahaan-perusahaan asing yang bertujuan untuk mengakumulasikan modalnya”.

Selanjutnya perwakilan BEM UNU, turut memberikan orasi politiknya dan menyatakan dukungannya agar pembangunan pabrik semen segera dihentikan. “Sudah jelas bahwa pembangunan pabrik semen di kawasan karst hanya akan membuat hancurnya hajat hidup orang disekitarnya. Itu dikarenakan pembangunan pabrik semen secara otomatis akan menghancurkan ekosistem Karst yang sudah lama menjadi andalan dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan ekonomi masyarakat”. Ia juga mengungkapkan betapa pentingnya sebagai mahasiswa perlu secara tegas memberikan dukungannya kepada rakyat yang tertindas hari ini. “Mahasiswa sebagai kaum intelektual mestinya menggunakan intelektualistasnya terhadap rakyat tertindas hari ini. Artinya perlu ditegaskan bahwa keberpihakan mahasiswa hari ini harus diarahkan pada rakyat yang terindas bukan kepada korporasi dan pengusaha yang semakin hari semakin menindas rakyat seperti yang dirasakan rakyat di kawasan Karst”. Ungkap Perwakilan BEM UNU tersebut.

Berbagai organisasi terus secara bergantian melakukan orasi politik dan juga menyatakan sikap untuk terus mendorong solidaritas antar semua organisasi buruh, petani, dan mahasiswa agar sama sama berjuang melawan segala bentuk penindasan yang di lakukan oleh para penguasa negeri ini. Aksi ini juga dihadiri oleh beberapa organisasi yang turut bersolidaritas dan menyampaikan kritiknya. Jamal perwakilan dari KPO-PRP, juga turut menyampaikan kritiknya. Menurutnya pembangunan industri perusak lingkungan yang diiringi dengan penggusuran lahan-lahan para petani bisa di lihat dari tiga masalah utama.

Hari Karst Samarinda 2“Setidaknya ada tiga hal utama yang bisa dilihat dari pembangunan industri yang merusak ini, juga terhadap penggusuran lahan-lahan pertanian. Pertama motif produksi yang mengutamakan kepemilikan pribadi yang hanya memandang bumi, alam dan lingkungan hidup sebatas objek eksploitasi dan komoditas untuk menumpuk kapital telah begitu banyak mengakibatkan pencemaran dan kerusakan. Kedua, fenomena ini sebenarnya adalah konsekuensi logis dari akumulasi primitif di negri kapitalisme terbelakang. Praktek perampasan lahan oleh kapitalis agraria semakin sering terjadi. Praktek semacam itu adalah modus dasar dalam pembentukan masyarakat pra kapitalis. Penetrasi kapital telah masuk sampai kedesa-desa. Untuk dapat bertahan dari krisisnya, kapitalisme akan menggunakan berbagai macam cara. Termasuk menggusur lahan-lahan pertanian dan mencari sumber-sumber industri yang belum di monopoli. Ketiga adalah masih berkuasanya suatu kelas minoritas yang menguasai kepemilikan atas alas-alat produksi. Selama kapitalisme masih berkuasa, maka satuan alat-alat produksi pertanian, lahan dan distribusi hasil pertanian, masihlah di bawah kekuasaan kelas borjuis. dengan demikian, terbebasnya kaum tani dari kemiskinan sangat bergantung dari kemenangannya bersama kaum buruh dalam menggulingkan kapitalisme. Inilah mengapa kaum tani dan kelas pekerja berkewajiban menasionalisasi alat-alat produksi dan aset-aset strategis di bawah kontrol demokratis rakyat pekerja” ucap jamal dalam orasi politiknya.

Perwailan dari KPO-PRP tersebut, juga menyerukan agar gerakan yang memperjuangkan kelangsungan sumberdaya alam, dan nasib para petani agar tidak lagi percaya kepada parlemen Negara borjuis, hukum-hukum, dan aparatur keamanannya. Diakhir ia juga menyerukan agar solidaritas terhadap perjuangan petani kendeng, masyarakat berau, kutim dan daerah lainnya harus diperkuat dan diperluas.

Kita tidak seharunya berharap agar negara hadir menyelesaikan persoalan lingkungan dan perampasan lahan para petani. Negara, tidak bisa definisikan sebagai suatu entitas yang netral di antara rakyat (kelompok minoritas, LGBT, buruh, petani, rakyat papua, kaum miskin kota) dengan para kapitalis agraria beserta pelayannya seperti Jokowi, Ganjar, Awang serta elit politik borjuis lainnya. Faktanya, Negara selalu hadir mengambil bagian dalam proses perampasan lahan sebagai sumber kehidupan para petani. Hanya rakyatlah yang mampu merebut kesejahteraannya. Oleh karena itu, solidaritas antar rakyat tertindas haruslah diperkuat dan meluas. Perjuangan yang semakin meluas tersebut, haruslah bermuara pada perebutan kekuasaan dengan menghancurkan sepenuhnya parlemen-parlemen borjuis dengan dewan-dewan rakyat yang mengkontrol perekonomian secara demokratis”

Lebih lanjut, aksi ini juga didedikasikan untuk perjuangan petani Kendeng yang sampai saat ini pula masih berjuang untuk mendapatkan hak-hak mereka yang direbut oleh PT. Semen Indonesia. Perjuangan petani kendeng hingga melakukan aksi di depan istana pada Senin (13/03/17) dengan mengecor kaki sebagai simbol penolakan mereka terhadap pabrik semen di pegunungan kendeng. Walaupun secara hukum telah di menangkan, namun para para pelaku atau penguasa tidak pernah menepati janjinya bahkan melanggar hukum tersebut.

Seperti yang tegaskan oleh Romiansyah (Nebo), perwakilan dari Ikatan Mahasiswa Pecinta Alam (IMAPA) Unmul dalam orasinya. “bahwa aksi ini kami dedikasikan pula terhadap saudara saudara kita di Kendeng yang juga berjuang mulai tahun 2006 untuk mendapatkan hak-hak mereka atas lahan yang akan dibangun pabrik Semen. Mereka telah 11 tahun berjuang mempertahankan lahan mereka, namun pemerintah maupun korporasi tetap memaksa Petani kendeng untuk memberikan lahannya agar dapat membangun pabrik semen. Bahkan tidak segan segan para penguasa menggunakan aparatur aparaturnya seperti Polisi dan TNI untuk merefresif perjuangan petani kendeng”. Ia juga memaparkan kekecewaannya terhadap jalannya hukum di Indonesia saat ini. “Kita juga dapat melihat hukum yang berjalan di negeri ini, sama sekali dibuat hanya untuk mereka yang memegang kuasa atau memiliki modal tetapi tidak untuk rakyat mayoritas. Seperti perjuangan petani kendeng yang secara hukum menang namun tidak pernah mendapatkan hasilnya. Di Kalimantan Timur sendiri laporan Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) terhadap korban lubang tambang yang telah dimenangkan juga tidak pernah mendapatkan hasilnya, malah korban lubang tambang semakin bertambah setiap tahunnya”. Diakhir orasinya, ia mengajak seluruh peserta aksi untuk terus menggalang persatuan dengan rakyat tertindas lainnya sekaligus memimpin menyanyikan lagu “Ibu Pertiwi”.

Selain orasi politik dari berbagai organisasi yang tergabung, aksi ini juga menampilkan beberapa seni perlawanan seperti teatrikal, musikaliasi puisi, dan lagu lagu perjuangan.

Aksi diakhiri dengan tuntutan yang dilangsir di Rilis Pers Aksi serentak Nasional yaitu mendesak Gubernur dan Jajaran Pemerintah Kalimantan Timur untuk berhenti melakukan aktivitas pengrusakan terhadap ekosistem Karst serta ruang hidup vital lainnya dengan pengobralan izin pendirian pabrik semen dan konsesi lainnya. Dan menyerukan kepada kaum terpelajar, terutama akadmisi di Universitas untuk berhenti BERKOMPLOT dengan perusahaan perusak lingkungan dengan melacurkan keilmuan hanya untuk keuntungan pribadi dan sesaat. (app)

Loading

Comment here