Pojok

Editorial Arah Juang Edisi 7

Cover AJ 7Bangkitkan Internasionalisme dan Persatuan Sosialis Revolusioner

Krisis kapitalisme semakin menyebarluas dan merembet ke berbagai sektor dan dimensi. Dari masa ke masa, selalu kelas buruh dan rakyat pekerja yang dikorbankan untuk menyalamatkan kelas borjuasi dan sistem kapitalisme dari krisis. Sementara bantuan dan talangan untuk borjuasi diperbanyak. Akibatnya kesenjangan sosial semakin parah, pengangguran semakin meninggi, dan kemiskinan semakin merajalela.

Kelas penindas tidak hanya berkuasa lewat dominasi ekonomi secara riil maupun lewat paksaan dan kekerasan dengan seluruh aparatusnya. Namun juga mendominasi dengan cara memproduksi ideologi kapitalisme, sebagai pembenaran penindasan dan penghisapannya, yang dicekokkan kepada kelas dan kaum tertindas agar menerimanya sebagai suatu kebenaran, kewajaran, dan keumuman.

Krisis kapitalisme mengakibatkan pembelahan masyarakat dan terjadinya polarisasi. Disatu sisi kita melihat belakangan ini ideologi ultra kanan seperti rasisme, fasisme, sauvinisme hingga homofobia semakin digunakan oleh kelas borjuis dalam mempertahankan kekuasaannya serta memecah belah kelas buruh dan rakyat.

Disisi yang lain juga terdapat perkembangan sentimen dukungan terhadap politik kiri. Bagaimanapun juga, kiri yang sedang naik ini, bukanlah kiri revolusioner melainkan kiri reformis. Mereka tidak bicara apalagi menyerukan kepada rakyat pekerja sedunia tentang perebutan alat-alat produksi ke tangan rakyat pekerja, menumbangkan kekuasaan kapitalisme, mendirikan kediktatoran proletar, serta membangun sosialisme.

Dalam masa krisis, tidak ada basis material bagi pemerintahan kiri reformis karena kapitalisme tidak mau dan tidak mampu memberikan konsesi bagi rakyat pekerja. Namun kita tidak boleh bersikap sektarian. Dalam masa krisis, tiap perjuangan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan minimum akan dengan cepat memicu reaksi serangan dari kelas penindas, dan oleh karenanya bisa dan harus dijadikan batu loncatan untuk propaganda dan perjuangan revolusioner.

Jatuh bangun dan kegagalan partai kiri luas yang didominasi kaum reformis menuntut kita untuk menarik pelajaran keras. Memang hanya partai buruh revolusioner seperti Partai Bolshevik pimpinan Lenin, lah, yang mampu memimpin kelas buruh dan rakyat pekerja menumbangkan kapitalisme—biang utama penindasan—dan merebut kekuasaan. Partai semacam itu tidak dapat digantikan dengan Partai Kiri Luas yang dipenuhi reformisme dan bimbang di hadapan revolusi.

Urgensi ini semakin besar bagi konteks perjuangan kelas di Indonesia. Sudah 18 tahun sejak Soeharto diturunkan dari kekuasaannya oleh gerakan massa yang menentang kediktatoran militer namun kondisi kelas buruh dan rakyat tidak mengalami perubahan mendasar bahkan cenderung semakin buruk.

Kaum kanan reaksioner memanfaatkan situasi ini untuk menyemai propaganda reaksioner yang mengagung-agungkan kejayaan Orde Baru (Orba) di masa lalu dibandingkan dengan masa ‘reformasi’ yang mereka cap lebih sengsara dan kacau-balau. Untuk memecah belah perlawanan rakyat ataupun menggalang dukungan rasisme dan semua propaganda sentimen reaksioner kembali disebar-sebarkan kelas penindas di Indonesia

Sementara itu kediktatoran militer Orba pimpinan Harto selama 32 tahun dicurahkan untuk menghancurkan dan meluluhlantakkan organisasi perjuangan kelas buruh serta semua tradisi revolusionernya. Akibatnya meskipun diturunkannya Harto berhasil sedikit membuka ruang demokrasi dengan agak luas namun kaum sosialis di Indonesia masih belum berhasil membangkitkan kembali vanguardisme atau partai pelopor revolusioner.

Di tengah minimnya atau bahkan absennya kepeloporan kepemimpinan proletariat revolusioner, propaganda reaksioner dari kelas penindas tersebut disambut berbagai lapisan masyarakat yang tergerus krisis, terdemoralisasi, dan akan mengambil tawaran apapun yang mereka rasa menawarkan jalan keluar dari krisis. Gerakan buruh pun menjadi mangsa gempuran ideologi reaksioner ini. Gempuran yang seringkali melalui elit-elit birokrasi serikat buruh.

Ini diperparah dengan berkembangnya dua kecenderungan atau tendensi yang berbahaya bagi Marxisme. Tendensi radikal bebas di satu sisi dan tendensi hiperaktivisme di sisi lain.

Dalam rangka menjawab urgensi itulah kami menurunkan tema “Bangkitkan Internasionalisme dan Persatuan Sosialis Revolusioner”. Urgensi yang sudah mendesak di Indonesia ini kami sadari tidak bisa dipenuhi satu organisasi politik Marxis saja. Degenerasi, split, dan fragmentarisasi dalam organisasi telah memberikan pukulan besar terhadap kaum sosialis di Indonesia sehingga sampai saat ini masih berada dalam posisi minoritas bahkan terancam terisolasi. Oleh karena itu, kami menyadari kebutuhan akan suatu persatuan revolusioner.

Selain tema utama tersebut, dalam kolom “Situasi Nasional” kami menyajikan hasil dari “Konferensi Rakyat Lawan Kriminalisasi, Rebut Demokrasi” yang diselenggarakan oleh berbagai organisasi di LBH Jakarta pada tanggal 9 April 2016 lalu. Sementara itu di “Situasi Internasional” kita coba menganalisa landasan kebangkitan kekuatan politik ultra kanan. Serta kiri seperti apa yang dibutuhkan untuk menjadi alternatif.

Kolom “Perspektif” kali ini mencoba menjelaskan kenapa kelas buruh juga harus mendukung hak untuk menentukan nasib sendiri bagi rakyat Papua. “Kaum Muda” coba menjawab kenapa terjadi pemberangusan demokrasi di kampus. Termasuk kenapa kampus yang berperan dalam reformasi 1998 justru lemah menghadapi pemberangusan demokrasi di dalamnya?

Kolom “Budaya” akan memberikan kita gambaran pertarungan didalam lapangan kebudayaan antara borjuasi dengan kelas buruh serta tugas sosialis di lapangan kebudayaan. “Teori” kita kali ini akan menyajikan hasil diskusi KPO PRP dengan referensi karya Lenin berjudul “Tugas-tugas Mendesak Gerakan Kita.” Sementara itu dalam kolom “debat” kita menyajikan analisa terhadap Mogok Nasional IV yang dilancarkan pada bulan November 2015 lalu.

Dalam edisi ini kami juga menambahkan satu kolom baru yaitu “Persatuan”. Dalam kolom ini kami menyajikan hasil diskusi KPO PRP dan PPR mengenai persatuan revolusioner. Menganalisa kemunduran gerakan revolusioner dari segi ideologi, politik dan organisasi. Kemudian mencari akar kemundurannya serta partai revolusioner yang dibutuhkan.

Harga Rp 10.000,-/ Harga Solidaritas Rp 15.000 untuk pemesanan silahkan inbox FB: KPO Perjuangan Rakyat Pekerja atau kirim email ke: redaksi.arah.juang@gmail.com

Loading

Comment here