Siapapun yang mengalami, atau bahkan hanya mengikuti, perkembangan di Yunani dengan baik mengetahui makna ekspresi seperti “saat kritis”, “suasana tegang”, “pembalikan yang dramatis” serta “menekan hingga batas”. Dengan perkembangan sejak hari Senin (6 Juli), kosa kata baru harus ditambahkan ke daftar tersebut: “absurd”.
Kosa kata tersebut mungkin terlihat anteh, atau sebuah kata yang berlebihan. Namun bagaimana lagi seseorang dapat mengkarakterisasikan pembalikan total dari makna kejadian yang luar biasa seperti Referendum 5 Juli, hanya beberapa jam setelah kesimpulannya, oleh mereka yang sejak awal menyerukan untuk memilih “OXI–Tidak”?
Bagaimana seseorang dapat menjelaskan bahwa New Democracy-nya Vangelis Meimarakis dan pemimpin To Potami, Stavros Theodorakis–pemimpin dari kelompok yang dikalahkan pada hari Minggu–dapat menjadi juru bicara resmi bagi garis kebijakan yang diikuti oleh pemerintahan Yunani? Bagaimana mungkin “Tidak” yang sangat besar terhadap memorandum kebijakan-kebijakan pengetatan diinterpertasikan sebagai lampu hijau untuk memorandum yang baru?
Dan untuk menjelaskannya dalam makna yang umum: jika mereka diatur untuk menandatangani sesuatu yang bahkan lebih buruk dan lebih mengikat ketimbang proposal yang dibuat oleh Jean-Claude Juncker, Presiden Komisi Eropa, apa gunanya referendum dan perjuangan untuk mencapai kemenangan referendum?
Makna absurd bukan hanya hasil dari pembalikan yang tidak diharapkan ini. Namun diatas segalanya muncul dari fakta bahwa semua itu tersingkap dihadapan kita seolah-olah tidak ada yang terjadi, seolah-olah referendum adalah sebuah halusinasi kolektif yang tiba-tiba berakhir, membuat kita dengan bebas melanjutkan apa yang telah kita lakukan sebelumnya. Namun karena tidak semua dari kita merupakan pemakan lotus , mari kita melihat resume singkat apa yang telah terjadi dalam beberapa hari ini.
Hari Minggu kemarin (5 Juli), rakyat Yunani menggoncang Eropa dan dunia, menanggapi secara massal seruan pemerintah dan, dalam kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan standart paska perang dunia kedua di negeri Eropa manapun, mayoritas besar memilih “Tidak” untuk proposal pemerasan dan memalukan dari para pemberi pinjaman. Baik luasnya serta komposisi kualitatif dari pilihan “Tidak”, dengan suara besar diantara buruh dan kaum muda, menunjukan dalamnya perubahan yang telah terjadi, atau lebih tepatnya yang telah mengkristal dalam waktu singkat, di masyarakat Yunani.
Mobilisasi massa hari Jumat (10 Juli), suasana “dari bawah” yang telah berkembang selama minggu terakhir ini, belum lagi gelombang bersemangat dari solidaritas internasional, menunjukan potensi besar yang dibuka oleh pilihan konflik politik popular ketimbang langkah mundur.
Namun sejak hari Senin pagi, sebelum teriakan kemenangan di taman publik sepenuhnya hilang, teater aburd dimulai. Dibawah perlindungan presiden Yunani yang aktif mendukung pilihan “Iya”, Prokopis Pavlopoulos, pemerintah memanggil pemimpin-pemimpin partai-partai yang kalah untuk mengelaborasi sebuah kerangka negosiasi yang menempatkan euro sebagai batasan terluar yang tidak boleh dilewati sebagai posisi Yunani dan menyatakan secara spesifik bahwa mereka tidak memiliki mandat untuk meninggalkan persatuan moneter.
Publik, masih dalam kabut kegembiraan hari Minggu, melihat saat perwakilan dari 62 persen mensubordinasikan dirinya pada 38 persen segera setelah kemenangan gemilang bagi demokrasi dan kedaulatan rakyat.
Pada hari Selasa (7 Juli), pemerintah, tanpa “proposal” baru yang dibuat, memindah operasinya ke Brussel untuk pertemuan luar biasa Eurogroup dan, karena itu yang benar-benar logis, menemukan dirinya dihadapkan dengan peringatan baru dan bahkan lebih keras. Hari berikutnya Euclid Tsakalotos meresmikan tugasnya sebagai menteri keuangan (supaya singkat kita tidak menjelaskan faktor pengunduran diri Yanis Varoufakis, hanya mencatat bahwa itu adalah permintaan para pemberi pinjaman) dengan mengirim sebuah surat pada European Stability Mechanism (ESM), organisasi yang mengatur sebagian besar hutang Yunani, meminta pinjaman baru sebesar 50 miliar Euro, yang tentu saja akan diikuti oleh memorandum ketiga. Memang dibayangkan bahwa parlemen akan dimulai pada hari Senin untuk melakukan pemungutan suara mengenai peraturan terkait yang memungkinnya berjalan.
Surat Tsakalotos berlanjut dengan referensi tentang Yunani berusaha “untuk menghormati kewajiban keuangannya pada semua krediturnya dengan sepenuh-penuhnya dan tepat waktu.” Hal ini jelas bahwa meskipun kepastian yang kita dengar setelah proklamasi referendum untuk “memulai lagi diskusi dari awal”, “negosiasi” dilanjutkan tepat dimana dia berhenti, dengan Yunani menurunkan tuntutan bagi lawan mereka disetiap langkah.
Hari yang sama, menunggu “proposal” Yunani yang baru, yang akan “dapat diandalkan” dan detail, Perdana Menteri Alexis Tsipras berpidato di Parlemen Eropa dan menyatakan bahwa “jika tujuan saya adalah untuk membawa Yunani keluar dari euro, saya tidak akan segera setelah penutupan bilik suara membuat pernyataan seperti yang saya buat dan menafsirkan hasil referendum bukan sebagai mandat untuk keluar dari Eropa namun sebagai sebuah mandat untuk memperkuat usaha negosiasi kita agar dapat sampai pada perjanjian yang lebih baik.”
Ini berarti sedikit banyak pengakuan terbuka bahwa hasil referendum diinterpertasikan dengan tujuan tertentu didalam kepala, yaitu negosiasi harus terjadi apapun juga dan menghindari keretakan.
Dalam pidato yang sama, perdana menteri menguraikan cukup ringkas filosofi yang selama berminggu-minggu terakhir telah menggambarkan keseluruhan pendirian dari sisi Yunani dan dimana referendum yang menyela tidak akan membawa perubahan sedikitpun:
Dalam proposal ini kami telah terbukti memiliki komitmen kuat untuk mencapai targetan fiskal yang dibutuhkan atas dasar aturan, karena kami mengakui dan menghormati fakta bahwa eurozone memiliki aturan. Tapi kami memiliki hak untuk memilih, hak untuk dapat, sebagai pemerintahan yang berdaulat, memilih dimana kami akan menempatkan, dan menambah, beban pajak, sehingga berada dalam posisi untuk mencapai target fiskal yang dibutuhkan.
Jadi kerangka telah diberikan: yaitu bahwa langkah-langkah pembatasan akan menjamin surplus fiskal dan bertujuan untuk membayar hutang. Hal ini tidak dapat diragukan lagi merupakan kerangka memoranda. Perselisihannya adalah mengenai “distribusi beban.” Hal itu melibatkan (seharusnya) variasi kebijakan pengetatan yang “secara sosial lebih adil”, yang akan ditunjukan sebagai “redistribusi” pada saat yang bersamaan dia melanggengkan resesi (setiap komitmen untuk langkah-langkah non resesi telah dihapuskan) dan kemiskinan untuk mayoritas.
Sementara itu dan sambil jaminan menenangkan ini diusulkan yang menghancurkan apa yang tersisa dari komitmen programatik Syriza, terdapat usaha meningkatkan kondisi pengepungan yang telah dialami lama oleh negeri ini, dengan Bank Sentral Eropa mempertahankan tertutupnya keran likuiditas dan memangkas lebih jauh nilai obligasi bank, yang mau tidak mau mengarah pada keruntuhan.
Namun meskipun gentingnya situasi dan meskipun fakta bahwa melalui penerapan kontrol kapital sebagian jalan dapat teratasi, tidak seorangpun, kecuali Costas Lapavitsas dan beberapa kader dari Left Platform, berbicara tentang langkah-langkah perlindungan diri dasar dan sudah terbukti yang dibutuhkan oleh kondisi seperti ini, dimulai dari kontrol rakyat dan nasionalisasi sistem perbankan.
Penjelasan untuk semua ini tentu saja sangat sederhana: semua yang seperti itu akan menempatkan Yunani dengan satu kaki diluar euro, yang sepenuhnya tidak mau dilakukan oleh pemerintah, meskipun fakta bahwa bahkan ekonom mainstream seperti Paul Krugman menyatakan bahwa “sebagai besar beban telah dibayar” dan sekarang waktunya bagi Yunani “untuk menuai keuntungan.”
Kesimpulan sederhana muncul dari semua ini: dengan langkah yang dibuat pemerintah minggu lalu, pemerintah tidak mendapatkan apapun selain putar balik ke jebakan sebelumnya, dari posisi yang jauh lebih tidak menguntungkan, dibawah tekanan ekonomi tanpa henti. Dia mampu menyia-nyiakan suntikan kuat modal politik dari referendum dalam waktu singkat, mengikuti disemua garis dari mereka yang telah menentangnya dan semua yang memiliki berbagai macam alasan untuk merasa benar, meskipun dikalahkan di kotak suara.
Namun referendum terjadi. Itu bukanlah halusinasi dimana sekarang semua orang telah tersadarkan. Bertentangan dengannya, halusinasi adalah usaha untuk menurunkannya menjadi “mengurangi tekanan” sementara, sebelum melanjutkan jalan menurun menuju memorandum ketiga.
Dan tampaknya pemerintah justru turun ke jalan bunuh diri tersebut. Kemarin (9 Juli), saat hampir malam, pemerintah mengirimkan sebuah teks dua belas halaman, yang ditulis terburu-buru, kepada semua anggota parlemen. Ditulis dalam bahasa Inggris oleh ahli yang dikirim oleh pemerintah Perancis dan berdasarkan permintaan Tsakalotos untuk pinjaman 50 miliar Euro kepada ESM.
Tidak ada yang baru dalam paket pengetatan yang baru–sebenarnya, itu adalah sebuah “copy paste” dari rencana Juncker yang ditolak oleh para pemilih beberapa hari lalu. Inti paket tersebut sudah sangat dikenal: surplus primer, pemotongan pensiun, peningkatan PPN dan pajak lainnya serta beberapa kebijakan untuk memberikannya sedikit rasa “keadilan sosial” (sebagai contoh peningkatan pajak perusahaan sebanyak dua persen). Dokumen tersebut disetuju oleh semua menteri-menteri utama kecuali Panos Kammenos, pemimpin partai Independen Yunani (ANEL) dan Panagiotis Lafazanis, pemimpin Left Platform
Parlemen dipanggil untuk mengadakan pemungutan suara terhadap teks tersebut hari ini, dibawah prosedur darurat yang sama yang sebelumnya dikecam dengan keras oleh Syriza. Dalam banyak aspek proses ini dapat dipertimbangkan sebagai “kudeta parlementer” karena parlemen diminta untuk melakukan pemungutan suara terhadap teks yang bukan merupakan undang-undang, atau perjanjian internasional, yang memberikan kekuasaan penuh pada pemerintah untuk menandatangani perjanjian pinjaman manapun. Namun persetujuan parlementer ini secara eksplisit telah ditetapkan sebagai syarat untuk negosiasi lebih jauh oleh menteri keuangan Jerman, Wolfgang Schäuble.
Seperti yang sudah diduga, dan kemungkinan sudah direncanakan, perjanjian yang diajukan ini telah memicu kegemparan didalam Syriza. Untuk saat ini, kebanyakan dari reaksi yang kuat datang dari Left Platform dan kecenderungan lain dari sayap kiri Syriza seperti KOE, organisasi Maois yang memiliki empat orang anggota Parlemen. Dalam pertemuan dramatis hari ini kelompok parlemen Syriza, Lafazanis, menteri energi dan pemimpin Left Platform, mengatakan bahwa perjanjian tersebut “tidak sesuai dengan program Syriza” dan “tidak menawarkan perspektif positif untuk negeri ini.” Menteri-menteri dari Left Platform diperkirakan akan mengundurkan diri hari ini.
Thanassis Petrakos, salah satu juru bicara kelompok parlemen Syriza dan anggota terkemuka dari Left Platform, menyatakan:
Pilihan “Tidak” dalam referendum adalah sebuah “tidak” yang radikal dan mewakili kelas. Beberapa kawan-kawan yang berada dalam jajaran tertinggi menekankan pada “tidak ada jalan lain” yang logis. Kita harus siap untuk keluar dari eurozone dan mengatakannya secara jelas pada rakyat. Kaum Kiri memiliki masa depan ketika dia membuka dirinya kepada yang tidak diketahui (unknown), bukan kepada yang tidak berarti (nothingness). Mereka yang bersikeras pada pilihan untuk tetap berada di euro apapun akibatnya mengetahui bahwa itu akan menjadi bencana. Kita membutuhkan sebuah pintu keluar yang dipersiapkan untuk membuka jalan baru. Langkah pertama adalah kontrol rakyat atas perbankan dan Bank Sentral Yunani dan menghancurkan oligarki.
Varoufakis dikatakan menentang perjanjian tersebut, dan juga beberapa anggota parlemen dari kelompok “lima puluh tiga” (mayoritas sayap kiri), meskipun dalam sebuah pertemuan internal yang diselenggarakan kemarin terdapat jurang yang signifikan antara kader-kader akar rumput dan menengah, yang dengan kuat menentang perjanjian tersebut, dengan para anggota parlemen, yang lebih cenderung untuk mendukung perjanjian tersebut. Pemungutan suara yang akan berlangsung nanti sore akan menjadi hal yang sangat krusial bagi perkembangan di masa depan, juga bagi masa depan Syriza.
Apapun yang terjadi jam-jam dan hari-hari kedepan, satu hal yang harus jelas: usaha apapun untuk membatalkan keinginan popular untuk mencabut pengetatan dan memoranda menunjukan keangkuhan dalam makna istilah Yunani kuno. Siapapun yang berani memimpin negeri ini, dan kelompok Kiri, untuk menyerah dan untuk memberikan aib harus siap untuk menghadapi hukuman yang setimpal.
Diterjemahkan oleh Wayne Hall.
Sumber : Jacobin Magazine
Diterjemahkan Oleh Ignatius Mahendra Kusumawardhana, Kontributor Arah Juang dan Anggota KPO-PRP.
Comment here