Pada akhir tahun 1880an dan awal 1890an kita sudah menyelesaikan perdebatan tentang jalan apa yang akan diambil oleh kaum revolusioner Rusia. Perdebatan terutama dengan kelompok Narodnik dengan populisme dan terorismenya. Sehingga bisa diambil kesimpulan tentang tugas mendesak kita adalah perjuangan menumbangkan otokrasi dan merebut kebebasan politik. Tujuan kita adalah sosialisme dan klas buruh yang memiliki potensi revolusioner untuk mencapainya.
Sekarang perdebatannya adalah tentang sistem dan perencanaan kerja-kerja praktek. Kita belum dapat memecahkan masalah mengenai karakter dan metode perjuangan ini, padahal ini adalah sebuah masalah mendasar bagi sebuah partai yang aktivitasnya adalah praktek.
Masih terdapat perbedaan pendapat yang serius tentang masalah praktek tersebut menunjukan ketidaktetapan dan kebimbangan ideologis.
Disatu sisi ekonomisme berupaya membatasi dan menyempitkan kerja organisasi dan agitasi politik. Membatasi kerja-kerja praktek kita hanya pada perjuangan ekonomi ataupun politik yang muncul dari perjuangan ekonomi.
Dipihak lain, kecenderungan ekletis yang mengikuti setiap trend yang paling baru. Mengikuti semua gerakan yang muncul. Tidak mampu membedakan antara tuntutan sementara dengan tugas-tugas pokok serta kebutuhan-kebutuhan permanen pergerakan secara keseluruhan.
Beberapa kelompok menyatakan bahwa kalau situasi berubah dalam waktu 24 jam maka taktik juga harus berubah dalam waktu 24 jam.
Juga omongan tentang sebuah organisasi yang kuat bertempur menyerang otokrasi. Yang melakukan agitasi politik revolusioner di tengah-tengah massa. Yang melancarkan demonstrasi tak henti-hentinya di jalanan, demonstrasi di jalanan yang berkarakter politis, dsb, dsb.
Kita cukup senang kelompok-kelompok tersebut menangkap program yang kita ajukan dalam tulisan editorial ISKRA berjudul “Tugas-tugas Mendesak Gerakan Kita”. Yakni program membentuk sebuah partai revolusioner yang kuat serta terorganisir dengan baik.
Memang ada taktik-taktik tertentu yang bisa dirubah dalam waktu 24 jam. Namun hanya mereka yang menyingkirkan segala prinsip yang punya kesanggupan untuk merubah dalam dua puluh empat jam pandangan mereka tentang kebutuhan sebuah organisasi untuk perjuangan dan agitasi politik di tengah massa. Sebuah kebutuhan yang ada secara umum, terus menerus dan absolut.
Membangun sebuah partai revolusioner yang berjuang dan memimpin agitasi politik selalu menjadi masalah pokok dalam kondisi apapun. Entah itu situasi revolusioner ataupun situasi non revolusioner, damai, membosankan, kondisi dimana situasi revolusioner menurun atau tidak ada.
Bahkan justru dalam periode non revolusioner seperti itulah kerja-kerja membangun sebuah partai revolusioner menjadi amat sangat dibutuhkan. Karena akan terlambat untuk membentuk partai revolusioner pada saat terjadinya ledakan, riuh rendah pergolakan ataupun situasi revolusioner. Partai harus berada dalam kondisi kesiagaan untuk beraksi sewaktu-waktu.
Untuk dapat fleksibel dalam taktik haruslah benar-benar memiliki sesuatu yang bisa disebut sebagai taktik-taktik itu. Tanpa sebuah partai revolusioner yang kuat yang teruji dalam perjuangan politik di segala situasi dan waktu maka mustahilah sebuah rencana aksi yang sistematis dapat dikatakan sebagai sebuah taktik. Karena taktik harus dituntun oleh prinsip-prinsip yang kuat dan dilaksanakan dengan teguh yang didapatkan dari sebuah partai revolusioner yang kuat dan teruji.
Mengherankan sekarang orang-orang yang melupakan prinsip diatas justru membicarakan sebuah perubahan radikal dalam taktik. Sekarang mereka mengajukan sesuatu yang “sama sekali baru” yaitu teror.
Namun masalah teror bukanlah hal yang baru. Cukup melihat kembali sejarah kemunculan kaum revolusioner di Rusia.
Teror adalah suatu aksi yang bisa cocok dan sangat dibutuhkan pada saat, kondisi serta kekuatan tertentu. Namun ditengah situasi sekarang dimana badan sentral dan selama organisasi-organisasi revolusioner lokal masih lemah, alat perjuangan semacam itu tidak pada tempatnya dan tidak cocok. Dia akan mengalihkan perhatian para pejuang yang paling aktif dari tugas-tugas mereka yang sebenarnya. Tugas-tugas yang dari sudut pandang perjuangan keseluruhan adalah paling penting. Dan justru akan memporakporandakan kekuatan revolusioner bukan kekuatan pemerintah.
Klas buruh dan rakyat telah terdorong dalam kancah perjuangan namun justru kaum revolusioner kekurangan pemimpin dan organisator. Dengan demikian jika kaum revolusioner beralih ke teror maka kita akan memutus kontak antara partai revolusioner dengan massa yang sedang berjuang tapi lemah karena tercerai berai. Padahal kontak tersebutlah jaminan satu-satunya keberhasilan kita. Teror tidak akan pernah menjadi operasi reguler, kemungkinan besar hanya menjadi satu bagian dari berbagai macam metode yang digunakan dalam perjuangan akhir yang menentukan.
Saat ini dapatkah kita menyerukan untuk melancarkan perjuangan akhir yang menentukan? Beberapa kelompok menganggap demikian, mereka menyerukan pembentukan barisan penyerang. Namun ini lebih mencerminkan emosi ketimbang akal sehat. Kekuatan kita masih terdiri dari sukarelawan dan pemberontak, sedikit sekali terdapat kekuatan tempur reguler yang itupun belum termobilisasi. Belum ada jalinan erat satu dengan lainnya. Belum juga terlatih membentuk barisan macam apapun, apalagi membentuk jajaran tempur. Dengan demikian maka semboyan kita sekarang ini belumlah “maju dan menyerang” akan tetapi “mengepung benteng musuh”.
Dengan kata lain, tugas utama Partai kita bukan mengerahkan seluruh kekuatan yang ada untuk menyerang sekarang juga. Tugas utama kita adalah menyerukan pembentukan sebuah organisasi revolusioner yang mampu menyatukan seluruh kekuatan dan mengarahkan pergerakan dalam praktek yang sebenarnya dan bukan hanya sekedar nama. Sebuah organisasi yang siap setiap saat untuk mendukung setiap protes dan kebangkitan. Menggunakan setiap protes dan kebangkitan untuk membangun dan mengkonsolidasikan kekuatan tempur yang dibutuhkan untuk perjuangan akhir yang menentukan.
Menurut kami, titik tolak kegiatan kita, langkah pertama menuju organisasi yang dicita-citakan. Atau bisa juga dikatakan yang menjadi jalur utama menuju organisasi yang dicita-citakan. Ialah pendirian sebuah koran politik, yang menjangkau seluruh Rusia.
Pendirian sebuah koran politik tersebut yang bila diikuti, memungkinkan kita secara pasti untuk mengembangkan, memperdalam dan memperluas organisasi revolusioner yang kita cita-citakan.
Tanpa koran kita tak akan dapat secara sistematis menjalankan propaganda dan agitasi secara menyeluruh, yang konsisten dalam prinsip, yang merupakan tugas utama dan permanen dari kaum revolusioner secara umum. Ini juga merupakan tugas yang paling mendesak pada saat ini, ketika minat pada politik dan masalah-masalah sosialisme telah bangkit di tengah-tengah sebagian besar penduduk.
Bukanlah sesuatu yang dilebih-lebihkan kalau dikatakan bahwa frekuensi dan regularitas penerbitan sebuah koran (serta distribusinya) dapat dijadikan sebuah kriteria yang akurat untuk mengukur kekuatan kita sendiri. Berapa banyak kader-kader yang aktif ditengah-tengah massa menjalankan tugas-tugas partai. Berapa banyak cabang-cabang partai yang terkoordinasi. Berapa besar pengaruh kita disebuah serikat buruh atau organisasi massa atau bahkan ditengah-tengah massa.
Lebih jauh lagi, koran kita haruslah koran yang dapat menjangkau seluruh Rusia.
Jika kita gagal, dan selama kita gagal, menggabungkan usaha-usaha kita untuk mempengaruhi rakyat dan pemerintah dengan menggunakan koran dan publikasi-publikasi, maka hanya akan menjadi impian semata untuk berpikir tentang mengkombinasikan cara-cara lain yang lebih kompleks, sulit, tetapi yang juga lebih menentukan, guna meluaskan pengaruh.
Secara ideologi, praktek dan juga organisasi, kita sangatlah lemah dan mengalami kerugian besar. Hal ini karena gerakan kita berada dalam kondisi tercerai berai, tercabik-cabik karena mayoritas banyak – bahkan hampir seluruh – kaum revolusioner terbenam pada kerja-kerja lokal ataupun hanya mengurus basisnya sendiri. Kerja-kerja yang menyempitkan pandangan mereka, jangkauan aktivitas mereka, kesiapan serta kecakapannya menghadapi represi.
Keadaan tercerai berai inilah yang merupakan akar terdalam dari ketidakstabilan dan kebimbangan yang telah disebutkan tadi.
Langkah pertama untuk mengatasi kekurangan ini, guna mentransformasikan pergerakan-pergerakan lokal menjadi sebuah gerakan nasional yang tunggal, haruslah berupa pendirian sebuah koran nasional.
Tanpa sebuah organ atau koran politik, sebuah gerakan tidak pantas disebut gerakan politik hari ini. Tanpa koran semacam itu kita tidak mungkin dapat memenuhi tugas kita –– tugas mengkonsentrasikan unsur-unsur ketidakpuasan dan protes politik, guna memperkokoh pergerakan revolusioner kaum proletar.
Kini kita harus mengambil langkah untuk membangkitkan dalam setiap lapisan rakyat yang melek politik untuk melakukan pembongkaran politik. Tidak boleh berkecil hati jika suara-suara politis masih lemah, takut-takut dan jarang muncul. Hal ini karena orang-orang yang mampu dan siap belum memiliki mimbar untuk bicara serta tidak ada audien yang bersemangat.
Sekarang semuanya telah berubah dengan cepat. Ada kekuatan klas buruh revolusioner yang sudah menunjukan kesiapannya. Tidak hanya untuk mendengarkan dan mendukung seruan perjuangan politik. Tetap juga bersedia ikut bertempur. Klas buruh, berbeda dengan strata lainnya dalam masyarakat, menunjukan minat yang konstans dalam pengetahuan politik. Mereka menunjukan kehausan atas bahan bacaan.
Sekarang ini kita sudah mampu menyediakan sebuah mimbar untuk membelejeti rejim berkuasa secara nasional, dan memang tugas kita untuk melakukannya. Mimbar tersebut adalah koran kaum revolusioner.
Melalui kaum buruh koran tersebut akan mencapai kaum borjuis kecil perkotaan, pengrajin di pedesaan dan kaum tani. Dengan begitu maka koran tersebut akan menjadi koran politik milik rakyat.
Peran koran tidak terbatas hanya pada penyebaran ide-ide, pendidikan politik, dan pendaftaran sekutu-sekutu politik. Salah satunya adalah para pembeli dan pelanggan koran. Sebuah koran tidak hanya untuk melakukan propaganda dan agitasi kolektif, tetapi juga harus menjadi organisator kolektif. Ini sepertinya adalah salah satu yang menunjukan bahwa koran cetak tidak dapat digantikan dengan website atau media online lainnya.
Dalam hal organisator kolektif ini bisa disamakan dengan perancah yang mengelilingi bangunan dalam proses konstruksi, yang menandai bentuk struktur bangunan dan memudahkan komunikasi di antara para pembangunnya, sehingga memungkinkan mereka untuk mendistribusikan pekerjaan dan memandang hasil-hasil bersama yang dicapai oleh tenaga mereka yang terorganisir.
Dengan bantuan koran, sebuah organisasi yang permanen akan berkembang secara alamiah. Organisasi ini akan berperan tidak hanya dalam aktivitas lokal, tetapi dalam pekerjaan umum yang reguler, dan akan melatih para anggotanya untuk mengikuti kejadian-kejadian politik secara telaten, mengkaji signifikansi dan pengaruh mereka pada berbagai strata populasi, dan mengembangkan metode-metode yang efektif bagi partai revolusioner untuk mempengaruhi kejadian-kejadian tersebut.
Pekerjaan teknis seperti mencetak koran serta mempromosikan dan menyebarluaskannya akan memerlukan sebuah jaringan kerja agen-agen lokal dari partai yang tersatukan, yang akan berkomunikasi secara reguler satu sama lain, mengetahui situasi umum yang ada, terbiasa untuk menjalankan fungsi-fungsi mereka secara rinci dan teratur di seluruh Rusia, dan menguji kekuatan mereka dalam menggelar berbagai aksi revolusioner.
Jaringan agen tersebut akan membentuk kerangka partai revolusioner yang kita butuhkan. Cukup luas dan bersegi ganda demi menjalankan sebuah pembagian kerja yang teliti dan terperinci dan sangat kuat supaya mampu meneruskan pekerjaannya secara mandiri dalam keadaan apapun bahkan di hadapan perubahan yang sangat mendadak atau situasi yang amat berbelit-belit atau dalam situasi tak terduga.
Disatu sisi cukup fleksibel untuk menghindari perang terbuka melawan musuh yang sangat besar. Ketika musuh memusatkan kekuatannya di satu titik. Disisi yang lain mampu mengambil kesempatan baik dan menyerang musuhnya ketika mereka tidak menyadarinya.
Sekarang kita menghadapi tugas yang relatif mudah yaitu mendukung demonstrasi-demonstrasi mahasiswa di kota-kota besar. Esok mungkin kita harus menghadapi tugas berat dalam mendukung, sebagai contoh, gerakan kaum miskin kota, hari berikutnya memainkan peran revolusioner dalam pemberontakan petani. Sekarang kita harus menjelaskan posisi kita dan mengambil keuntungan dari penolakan pemerintah terhadap demokrasi, esok mungkin harus mendukung perlawanan rakyat terhadap polisi atau tentara.
Tingkat kesiapan untuk bertempur yang demikian hanya dapat dibangun di atas basis aktivitas konstan dari pasukan reguler. Jikalau kita menggabungkan kekuatan untuk memproduksi satu koran bersama, maka pekerjaan demikian akan melatih dan memajukan tidak saja para propagandis yang paling terampil, akan tetapi juga organisator-organisator yang paling cakap, para pemimpin politik partai yang paling berbakat yang mampu meluncurkan, pada momen yang tepat, slogan untuk pertempuran yang menentukan serta memimpinnya.
Sebagai penutup: agar tidak terjadi kesalah pahaman. Secara terus menerus kita bicara tentang persiapan yang sistematis dan terencana. Namun kita tidak bermaksud bahwa otokrasi dapat ditumbangkan hanya oleh pengepungan reguler atau serangan yang terorganisir.
Pandangan seperti itu adalah menggelikan dan doktriner.
Secara historis, otokrasi lebih sering jatuh karena ledakan spontan atau komplikasi politik yang tidak terduga sebelumnya. Kondisi yang memang terus menerus mengancam otokrasi dari segala sudut.
Akan tetapi, sebuah partai revolusioner haruslah menghindari taruhan-taruhan yang riskan. Partai revolusioner juga tidak boleh mendasarkan kegiatannya pada harapan ledakan dan komplikasi seperti itu.
Kita harus menempuh jalan sendiri, dan kita harus dengan teguh mengemban kerja reguler kita. Semakin kita tidak bersandar pada faktor-faktor yang tak terduga maka semakin kecil kemungkinan kita lengah, gagap oleh ledakan spontan atau komplikasi politik yang tidak terduga sebelumnya.
Seperti seorang petinju yang mempersiapkan dirinya untuk pertarungan terakhir. Tidak mungkin petinju itu akan menang dalam pertarungan tersebut tanpa sebelumnya berlatih secara reguler dan terus menerus.
*Hasil diskusi tulisan VI Lenin dengan judul yang sama “Dari Mana Kita Mulai”. Diselenggarakan Oleh KPO-PRP Yogyakarta.
Comment here