Internasional

Pembunuhan Yunani

Pembunuhan YunaniPendahuluan

Pemerintahan Yunani saat ini terkunci dalam perjuangan hidup mati dengan para elit yang mendominasi perbankan serta pusat pembuatan keputusan politik dari Uni Eropa (UE). Apa yang dipertaruhkan adalah penghidupan 11 juta buruh, pegawai dan pengusaha kecil serta kelangsungan hidup Uni Eropa. Jika pemerintah Syriza yang berkuasa menyerah pada permintaan bankir Uni Eropa dan setuju untuk melanjutkan program pengetatan, Yunani akan dikutuk untuk menghadapi berdekade regresi, kemiskinan dan kekuasaan colonial. Jika Yunani memilih untuk melawan, dan terpaksa keluar dari UE, dia harus menolak 270 miliar Euro hutang luar negerinya, membuat pasar keuangan internasional jatuh dan menyebabkan keruntuhan UE.

Pemimpin UE mengandalkan pemimpin Syriza untuk meninggalkan komitmen mereka pada para pemilih Yunani, yang sejak awal Februari 2015, mayoritas besar (lebih dari 70 persen) mendukung diakirinya pengetatan serta pembayaran hutang dan bergerak maju menuju investasi negara dalam ekonomi nasional dan pembangunan sosial (Financial Times: 7-8/2/15, hlm. 3). Pilihannya sangat mencolok; apa yang dapat diakibatkan memiliki konsekwensi signifikansi historis-mendunia. Isu tersebut jauh melampau dampak lokal atau bahkan regional atau hanya waktu tertentu. Keseluruhan sistem keuangan global akan terpengaruh (FT 10/2/15, hlm. 2).

Kegagalan pembayaran hutang akan menggoyang semua kreditor dan debitor, jauh melampaui Eropa; keyakinan investor terhadap keseluruhan kerajaan keuangan barat akan digoyang. Pertama dan terutama semua perbankan barat memiliki ikatan langsung dan tidka langsung pada perbankan Yunani (FT 2/6/15, hlm. 3). Ketika perbankan Yunani runtuh, mereka akan terpengaruh sangat dalam melampaui apa yang bisa ditopang oleh pemerintah mereka. Intervensi masif dari negara akan menjadi perintah harian. Pemerintahan Yunani tidak akan mempunyai pilihan selain mengambil alih seluruh sistem keuangan… efek dominonya akan pertama kali dan terutama mempengaruhi Eropa Selatan dan menyebar ke “daerah dominan” di Utara dan kemudian menyeberang ke Inggris dan Amerika Utara (FT 9/2/15, hlm. 2).

Untuk memahami asal usul krisis ini dan alternatif yang dihadapi oleh Yunani dan UE, dibutuhkan untuk secara singkat melihat perkembangan politik dan ekonomi selama tiga dekade terakhir. Kita akan melanjutkannya dengan meneliti hubungan Yunani dan UE antara tahun 1980 hingga 2000 dan kemudian melanjutkan ke keruntuhan saat ini serta intervensi UE dalam ekonomi Yunani. Dalam bagian akhir kita akan mendiskusikan kebangkitan dan pemilihan umum Syriza dan semakin tunduknya Syriza dalam konteks dominasi UE, dan sikap kerasnya, menggarisbawahi kebutuhan untuk perpecahan radikal dengan hubungan masa lalu antara “tuan dan budak”.

Sejarah Kuno : Pembangunan Kerajaan Eropa

Pada tahun 1980 Yunani masuk ke Dewan Ekonomi Eropa (DEE) sebagai negara boneka dari bangkitnya Kerajaan Perancis-Jerman. Dengan pemilihan Andreas Papandreou, pemimpin Partai Sosialis Pan-Hellenik, dengan mayoritas absolut dalam Parlemen, harapan tumbuh bahwa perubahan radikal dalam kebijakan domestik dan luar negeri akan terjadi. Terutama sekali, saat kampanye pemilihan umum, Papandreou menjanjikan perpisahan dengan NATO dan DEE, pencabutan perjanjian basis militer AS dan ekonomi yang berdasarkan atas “kepemilihan sosial” dari alat produksi. Setelah terpilih, Papandreou segera memastikan DEE dan Washington bahwa rejim dia akan tetap berada di DEE dan NATO serta memperbaharui perjanjian basis militer AS.

Penelitian pada awal 1980an yang dilakukan oleh pemerintah yang mendokumentasikan akibat kerugian jangka menengah dan panjang dari Yunani yang tetap berada di DEE, terutama sekali kehilangan kontrol terhadap perdagangan, anggaran dan pasar, diabaikan oleh Papandreou yang memilih untuk mengorbankan kemandirian politik dan otonomi ekonomi demi transfer dana, pinjaman dan kredit skala besar dari DEE. Papandreou berbicara dari balkon kepada massa mengenai keadilan sosial dan kemandirian sementara tetap mempertahankan ikatan dengan bankir Eropa dan oligarki perbankan dan perkapalan Yunani. Elit Eropa di Brussel dan oligarki Yunani di Athena mempertahankan cengkeraman pada aset-aset strategis sistem politik dan ekonomi Yunani.

Papandreou mempertahankan praktek politik patronase yang dipraktekan oleh rejim sayap kanan sebelumnya – hanya mengganti fungsionaris sayap kanan dengan loyalis partai PASOK. DEE menghapus retorika radikal palsu milik Papandreou dan memfokuskan diri pada fakta bahwa mereka telah membeli kontrol dan tunduknya negara Yunani dengan mendanani rejim klientelistik dan korup yang telah mengalihkan dana proyek pembangunan untuk memajukan kemampuan bersaing ekonomi Yunani ke pembangunan mesin patronase berdasarkan atas konsumsi yagn meningkat. Elit DEE pada akhirnya mengetahui bahwa cekikan keuangan mereka terhadap ekonomi akan memungkinkannya untuk mendikte kebijakan Yunani dan menjaganya didalam batasan bangkitnya kerajaan Eropa.

Meskipun retorika demagogik “dunia ketiga” dari Papndreou, Yunani sangat mapan didalam UE dan NATO. Antara taun 1981-85, Papndreou membuang retorika sosialisnya demi peningkatan belaja sosial untuk reformasi kesejahteraan, meningkatkan upah, pension dan cakupan kesehatan, sementara mendanai perusahaan-perusahaan ekonomi yang bangkrut karena kapitalis kleptokratik. Akibatnya sementara standart kehidupan meningkat, struktur ekonomi Yunani menyerupai sebuah negara boneka yang sangat tergantung pada pendanaan DEE, turis Eropa dan sebuah ekonomi rente berdasarkan atas real estate, keuangan dan turisme.

Papandreou menyolidkan peran Yunani sebagai pos terluar NATO; sebuah panggung militer untuk intervensi militer AS di Timur Tengah dan Mediterania bagian timur; sebuah pasar untuk barang-barang manufaktur Jerman dan Eropa bagian utara.

Dari Oktober 1981 hingga Juli 1989 konsumsi Yunani meningkat sementara produktivitas Yunani stagnan; Papandreou memenangkan pemilihan umum pada tahun 1985 menggunakan dana DEE. Sementara hutang Yunani ke Eropa meroket… pemimpin DEE mengecam salah alokasi dana oleh gerombolan besar kleptokrat milik Papandreou, namun kecaman yang tidak terlalu keras. Brussel mengakui bahwa Papandreou dan PASOK adalah kekuatan yang paling efektif dalam membungkam pemilih radikal Yunani dan menjaga Yunani tetap dibawah bimbingan DEE dan sebagai boneka loyal NATO.

Pelajaran untuk Syriza : Reformasi Jangka Pendek dan Menjadi Boneka Strategis

Entah di dalam pemerintahan atau diluar, PASOK mengikuti jejak musuh sayap kanannya (New Democracy) dengan merangkul jaket pengekang NATO-DEE. Yunani terus mempertahankan belanja militer perkapita tertinggi dibandingkan anggota NATO dari Eropa yang lainnya. Sebagai hasilnya, Yunani menerima pinjaman dan kredit untuk mendanai reformasi sosial jangka pendek dan skala besar, korupsi jangka panjang, sementara itu semakin besarnya apparatus politik partai-negara.

Dengan kenaikan Perdana Menteri Costas Simits yang secara terbuka neoliberal pada tahun 2002, rejim PASOK mengacaukan data keuangan, merekayasa data pemerintah mengenai deficit anggaran, dengan bantuan bank-bank investasi Wall Street, dan menjadi anggota European Monetary Union. Dengan mengadopsi euro, Simitis semakin memperdalam subordinasi keuangan Yunani pada pejabat-pejabat Eropa yang berkuasa tanpa dipilih, di Brussel, yang didominasi oleh bankir dan menteri keuangan Jerman.

Oligarki di Yunani membuat ruang di puncak untuk generasi baru elit kleptokratik PASOK, yang menyunat jutaan pembelian militer, melakukan penipuan perbankan dan terlibat dalam penggelapan pajak besar-besaran.
Elit Brusel mengijinkan klas menengah Yunani untuk hidup dalam ilusinya menjadi “orang Eropa yang makmur” karena mereka mendapatkan posisi tawar yang penting melalui pinjaman dan mengumpulkan hutang.
Penipuan perbankan skala besar yang mencapai tiga ratus juta Euro bahkan mencapai kantor mantan Perdana Menteri Papandreou.

Hubungan klien didalam Yunani disamai oleh hubungan klien antara Brussel dan Athena.

Bahkan sebelum keruntuhan pada tahun 2008, kreditur, bankir swasta dan pemberi pinjaman menentukan parameter untuk politik Yunani. Keruntuhan global mengungkapkan pondasi rapuh dari negara Yunani–dan berakibat langsung pada intervensi kasar, langsung dari Bank Sentral Eropa, IMF an Komisi Eropa–“Troika” yang terkenal buruk. Mereka mendiktekan kebijakan “pengetatan” sebagai kondisi untuk “bail out” yang menghancurkan ekonomi, memprovokasi depresi besar; memiskinkan lebih dari empat puluh persen populasi, mengurangi pendapatan hingga 25 persen dan mengakibatkan 28 persen pengangguran.

Yunani : Tahanan Sukarela

Tidak ada tanggapan partai politik terhadap kondisi Yunani sebagai tahapan politik dan ekonomi dari UE. Diluar serikat buruh yang melancarkan tiga puluh pemogokan nasional antara tahun 2009 hingga 2014, dua partai utama, PASOK dan New Democracy, mengundang pengambil alihan UE. Degenerasi PASOK menjadi embel-embel oligarki dan boneka kolaborator dari UE mengosongkan retorika “sosialis” dari makna apapun. Partai sayap kanan New Democracy memperkuat dan memperdalam cekikan UE atas ekonomi Yunani. Troika meminjamkan dana (“bail out”) kepada negara boneka Yunani yang kemudian digunakan untuk membayar hutang ke oligarki keuangan Jerman, Perancis dan Inggris serta menopang bank-bank swasta Yunani. Populasi Yunani “dibuat kelaparan” oleh kebijakan-kebijakan “pengetatan” agar pembayaran hutang mengalir keluar dan keatas.

Eropa : Persatuan atau Kerajaan?

Keruntuhan ekonomi Eropa tahun 2008/ 2009 berdentam paling buruk di rantainya yang paling lemah–Eropa Selatan dan Irlandia. Sifat sebenarnya dari Uni Eropa sebagai kerajaan hirarkis, dimana negara-negara kuat–Jerman dan Perancis–dapat secara terbuka dan langsung mengontrol kebijakan investasi, perdagangan, moneter dan keuangan terkuak. “Bail out” UE terhadap Yunani yang begitu dibanggakan faktanya adalah dalih untuk memaksakan perubahan structural yang mendalam. Ini termasuk denasionalisasi dan privatisasi semua sektor ekonomi strategis; pembayaran hutang terus menerus; dikte asing terhadap kebijakan pendapatan dan investasi. Yunani berhenti menjadi sebuah negara yang independen: Yunani sepenuhnya dan seluruhnya dijajah.

Krisis Terus Menerus Yunani: Akhir dari “Ilusi Eropa”

Elit Yunani dan, setidaknya selama 5 tahun terakhir, kebanyakan pemilih, percaya bahwa langkah-langkah regresif (“pengetatan”) yang diambil – PHK massal, pemotongan anggaran, privatisasi, dsb adalah obat keras jangka pendek, yang akan segera mengarah pada pengurangan hutang, anggaran yang seimbang, investasi baru, pertumbuhan dan recovery. Setidaknya itu adalah yang dikatakan oleh para pemimpin dan ahli ekonomi di Brussel.

Faktanya hutang meningkat, spiral ekonomi yang menurun terus berlanjut, pengangguran berlipat ganda, depresi semakin dalam. “Pengetatan” adalah kebijakan berdasarkan klas yang didesain oleh Brussel untuk memperkaya bankir luar negeri dan untuk menjarah sektor publik Yunani.

Kunci bagi penjarahan dan perampokan UE adalah hilangnya kedaulatan Yunani. Dua partai utama, New Democracy dan PASOK, kaki tangan yang sukarela. Meskipun tingkat pengangguran kaum muda (16 hingga 30 tahun) sebesar 55 persen, pemotongan aliran listrik kepada 300 ribu rumah tangga dan migrasi keluar skala besar (lebih dari 175 ribu orang), UE (seperti yang sudah diharapkan) menolak mengakui bahwa formula “pengetatan” adalah sebuah kegagalan dalam memulihkan ekonomi Yunani. Alasan kenapa UE secara dogmatis ngotot pada sebuah “kebijakan yang gagal” adalah karena UE mendapatkan keuntungan dari kekuasaan, hak istimewa dan keuntungan dari penjarahan dan diutamakannya kepentingan Imperialis.

Lebih jauh dari itu, bagi elit Brussel mengakui kegagalan di Yunani kemungkinan besar akan berakibat pada tuntutan untuk mengakui kegagalan di seluruh Eropa Selatan dan lainnya, termasuk di Perancis, Italia dan anggota-anggota kunci UE lainnya (Economist 1/17/15, hlm. 53). Elit keuangan dan bisnis yang berkuasa di Eropa dan AS menjadi makmur melalui krisis dan depresi, dengan memaksakan pemotongan dalam anggaran sosial serta upah. Mengakui kegagalan di Yunani, akan bergema diseluruh Amerika Utara dan Eropa, mempertanyakan kebijakan-kebijakan ekonomi mereka, ideologi dan legitimasi dari kekuatan yang berkuasa. Alasan bahwa semua rejim UE mendukung desakan UE agar Yunani terus patuh pada kebijakan “pengetatan” yang jelas sesat dan regresif serta memaksakan “reformasi structural” reaksioner adalah karena penguasa yang sama telah mengorbankan standart kehidupan buruh mereka sendiri saat krisis ekonomi. (FT 2/13/15, hlm. 2).

Krisis ekonomi yang telah berlangsung sejak 2008/09 hingga kini (2015), masih membutuhkan pengorbanan keras untuk melanggengkan keuntungan klas berkuasa dan untuk memberikan subsidi negara kepada bank-bank swasta. Setiap institusi keuangan utama–Bank Sentral Eropa, Komisi Eropa dan IMF–dalam satu komando: tidak ada perbedaan pendapat atau penyimpangan yang diperbolehkan. Yunani harus menerima dikte dari UE atau menghadapi pembalasan keuangan besar-besaran. “Pencekikan ekonomi atau pembayaran hutang abadi” adalah pelajaran yang oleh Brussel dipelihara kepada seluruh negara anggota UE. Sementara berpura-pura berbicara kepada Yunani–itu adalah pesan yang diarahkan ke seluruh negara, gerakan oposisi dan serikat buruh yang mempertanyakan dikte dari oligarki Brussel dan Tuan Nyonya di Berlin.

Semua media utama dan pakar ekonomi terkemuka berfungsi sebagai megaphone bagi oligarki Brussel. Pesannya, yang terus menerus diulang, oleh kaum liberal, konservatif serta sosial demokrat kepada bangsa-bangsa yang menjadi korban serta buruh upahan yang memburuk kondisinya serta pedagang kecil, adalah bahwa mereka tidak punya pilihan selain menerima langkah-langkah regresif, pemotongan kondisi hidup (“reforma”) jika mereka berharap akan adanya “perbaikan ekonomi”–yang tentu saja tidak terjadi setelah lima tahun!

Yunani telah menjadi sasaran utama dari elit-elit ekonomi di Eropa karena rakyat Yunani telah bergerak dari protes-protes remeh temeh ke kekuasaan politik. Dipilihnya Syriza dengan platform memulihkan kedaulatan, membuang kebijakan pengetatan dan mendefinisikan ulang hubungannya dengan kreditur agar menguntungkan pembangunan nasional telah menyiapkan panggung untuk kemungkinan konfrontasi skala besar.

Kebangkitan Syriza : Warisan yang Meragukan, Perjuangan Massa dan Janji-janji (Ingkar) Radikal

Perkembangan Syriza dari sebuah aliansi kelompok Marxis kecil menjadi sebuah partai electoral massa sebagian besar karena masuknya jutaan pegawai negeri klas menengah kecil, pensiunan dan pengusaha kecil. Banyak dari mereka sebelumnya mendukung PASOK. Mereka memilih Syriza dalam rangka untuk mengembalikan kondisi hidup dan jaminan kerja dari periode awal “kemakmuran” (2000-2007) yang mereka dapatkan dalam UE. Penolakan radikal mereka terhadap PASOK dan New Democracy datang setelah 5 tahun penderitaan akut yang dapat saja memicu revolusi di negara lain. Radikalisme mereka dimulai dengan protes, aksi dan pemogokan yang berusaha untuk menekan rejim sayap kanan untuk merubah jalan UE, untuk mengakhiri pengetatan sementara tetap mempertahankan keanggotaan di UE.

Sektor dari SYIRIZA ini “radikal” dalam hal apa yang dia tentang hari ini dan sesuai dengan nostalgia masa lalunya. – masa dimana mata uang Euro membiayai perjalanan liburan ke London dan Paris, kredit mudah untuk membeli mobil import dan makanan, untuk “merasa modern” dan “Eropa” dan berbicara menggunakan bahasa Inggris!
Politik Syriza merefleksikan, sebagian, sektor ambigu dari pemilihnya. Bertentangan dengannya Syriza juga mendapatkan pemilih dari pemuda pengangguran dan buruh radikal yang tidak pernah menjadi bagian dari masyarakat consumer dan tidak mengidentifikasikan dirinya dengan “Eropa”. Syriza telah muncul sebagai partai elektoral massa dalam perjalanan kurang dari lima tahun dan pendukungnya serta kepemimpinannya merefleksikan tingkat heterogenitas yang sangat tinggi.

Sektor yang paling radikal, secara ideologi, kebanyakan berasal dari kelompok-kelompok Marxis yang awalnya berkumpul untuk membetuk partai tersebut. Sektor pemuda pengangguran bergabung, setelah kerusuhan anti polisi, yang diakibatkan oleh pembunuhan seorang aktivis muda oleh polisi saat awal-awal tahun krisis. Gelombang ketiga sebagian besar terdiri dari ribuan pekerja publik, yang dipecat dan pensiunan yang mengalami pemotongan besar terhadap dana pension mereka atas perindah troika pada tahun 2012. Gelombang keempat adalah bekas anggota PASOK yang lompat dari partai bangkrut yang menjadi kapal tenggelam.

Kelompok Kiri Syiriza terkonsentrasi pada basis massa dan lokalitas serta diantara pemimpin tingkat menengah dari gerakan lokal. Pemimpin utama Syriza yang berada dalam posisi kekuasaan adalah akademisi, beberapa darinya berasal dari luar negeri. Kebanyakan merupakan anggota baru atau bahkan belum menjadi anggota partai. Sedikit yang pernah terlibat dalam perjuangan massa – dan kebanyakan memiliki sedikit ikatan dengan jajaran kaum militant. Mereka sangat berhasrat untuk menandatangani “perjanjian” untuk menjual rakyat Yunani yang miskin.
Seiring Syriza bergerak menuju kemenangan elektoral pada tahun 2015, dia mulai melepaskan program aslinya untuk perubahan structural radikal (sosialisme) dan mengadopsi langkah-langkah yang bertujuan untuk mengakomodasi kepentingan bisnis Yunani. Tsipras berbicara mengenai “menegosiasikan sebuah kesepakatan” didalam kerangka Uni Eropa yang didominasi Jerman. Tsipras dan Menteri Keuangan-nya mengusulkan adanya negosiasi ulang terhadap hutang, kewajiban untuk membayar dan 70 persen dari “reforma”! Jika kesepakatan ditanda tangani mereka sepenuhnya menyerah!

Untuk waktu singkat Syriza tetap mempertahankan posisi ganda “menentang” pengetatan dan mencari kesepakatan dengan para kreditur. Kebijakan “realis”-nya merefleksikan posisi menteri-menteri akademisi yang baru, mantan anggota PASOK dan klas menengah kondisinya menurun. Gestur dan retorika radikal Syriza merefleksikan tekanan dari pengangguran, pemuda dan rakyat miskin yang akan kalah jika kesepakatan untuk membayar kreditur dinegosiasikan.

UE-SYRIZA: Konsesi sebelum Perjuangan Berakibat Pada Menyerah dan Kekalahan

“Hutang Yunani” sebenarnya bukanlah hutang dari rakyat Yunani. Kreditur kelembagaan dan perbankan Eropa mengetahui bahwa mereka beresiko besar meminjamkan uang kepada kleptokrat, oligarki dan bankir yang menyedot kebanyakan Euro ke rekening-rekening luar negeri di Swis, real estate tingkat tinggi di London dan Paris, aktivitas yang tidak memiliki kepastian apapun untuk dapat menghasilkan pendapatan untuk membayar hutang. Dengan kata lain, hutang tersebut, sebagian besar, adalah illegal dan dengan tidak sah dibebankan pada rakyat Yunani.

Syriza, dari awal “negosiasi”, tidak mempertanyakan legitimasi hutang tersebut ataupun mengidentifikasikan klas-klas serta perusahan tertentu yang seharusnya membayar hutang tersebut.

Kedua, sementara Syriza menantang kebijakan “pengetatan” dia tidak mempertanyakan organisasi Euro dan institusi UE yang menjalankannya.

Dari awalnya Syriza telah menerima keanggotaan di UE. Atas nama “realism” pemerintah Syriza menerima untuk membayar hutang atau bagian darinya, sebagai dasar negosiasi.

Secara struktur, Syriza telah mengembangkan kepemimpinan yagn sangat tersentralisir dimana semua keputusan utama diambil oleh Alexis Tsipras. Kepemimpinan personalistiknya membatasi pengaruh jajaran yang radikal. Dia memfasilitasi “kompromi” dengan oligarki Brussel yang bertentangan dengan janji-janji kampanye dan dapat berakibat pada ketergantungan abadi Yunani terhadap kreditur dan pembuatan kebijakan yang berpusat di UE.
Lebih dari itu, Tsipras telah memperketat disiplin partai setelah pemilihannya, memastikan bahwa setiap kompromi yang meragukan tidak akan berujung pada debat publik atau pemberontakan ekstra parlementer.

Kerajaan Melawan Hasil Demokratik Yunani

Elit UE telah, sejak saat Syiriza menerima mandat demokratik, mengikuti jalan otoritarian yang khas dari penguasa imperialis. Dia menuntut Syriza (1) menyerah tanpa syarat (2) dilanjutkannya struktur, kebijakan danpraktek dari rejim koalisi partai boneka sebelumnya (PASOK-New Democracy) (3) bahwa Syriza mengesampingkan semua reformasi sosial (meningkatkan upah minimum, meningkatkan pension, pengeluaran untuk kesehatan, pendidikan dan pengangguran) (4) agar SYRIZA mengikuti arahan eknomi ketat dan pengawasan yang dirumuskan oleh “troika” (Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa dan IMF) (5) agar SYRIZA mempertahankan target surplus anggaran utama saat ini sebesar 4,5 persen dari output ekonomi tahun 2015-2017.

Untuk memaksakan strateginya dalam mencekik pemerintahan baru, Brussel mengancam akan memotong langsung semua fasilitas kredit saat ini dan masa depan, menagih semua pembayaran hutang, mengakhiri akses ke dana darurat dan menolak menyokong obligasi perbankan Yunani–yang menyediakan pinjaman keuangan untuk bisnis lokal.

Brussel memberikan Syriza “pilihan” untuk patuh, dengan menjalankan bunuh diri politik dengan menerima perintahnya dan mengasingkan pendukung elektoralnya. Dengan mengkhianati mandatnya, Syriza akan berhadapan dengan demonstrasi massa yang marah. Menolak perintah Brussel dan melanjutkan mobilisasi basis massanya, Syriza dapat mencari sumber baru untuk keuangan, menerapkan kontrol kapital dan bergerak menuju sebuah “ekonomi darurat” radikal.

Brussel “keras kepala” dan menutup telinga terhadap konsesi awal yang ditawarkan Syriza. Sebaliknya Brussel melihat konsesi sebagai “langkah” menuju kapitulasi sepenuhnya ketimbang sebuah usaha untuk mencapai “kompromi”.

Syriza telah meninggalkan seruan untuk penghapusan hutang skala besar demi memperpanjang kerangka waktu untuk pembayaran hutang. Syriza telah setuju untuk terus melakukan pembayaran hutang, dengan syarat pembayaran tersebut berhubungan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Syiriza menerima pengawasan Eropa, dengan syarat itu tidak dilakukan oleh “troika” yang dibenci, yagn telah memiliki konotasi beracun bagi kebanyakan orang Yunani. Namun perubahan semantic tidak merubah substansi “kemandirian yang terbatas”.

Syriza telah setuju terhadap syarat ketergantungan struktural jangka panjang dan menengah untuk mendapatkan waktu dan kelonggaran dalam mendanai program popular jangka pendeknya. Yang diminta oleh Syriza hanyalah fleksibilitas fiskal minimum dibawah pengawasan penteri keuangan Jerman–yang katanya “radikal”!

Syiriza telah menghentikan sementara privatisasi yang berjalan terhadap infrastruktur kunci (pelabuhan laut dan fasilitas bandar udara) energi dan sektor telekomunikasi. Namun dia belum menghapuskan privatisasi, ataupun membalikan privatisasi sebelumnya. Namun bagi Brussel “penjualan besar-besaran” sektor strategis yang menguntungkan milik Yunani adalah bagian penting dari agenda “reformasi struktural”.

Proposal moderat Syriza dan usahanya untuk bekerja didalam kerangka UE yang dibentuk oleh rejim boneka sebelumnya ditolak oleh Jerman dan 27 anteknya di UE.

Penegasan dogmatic UE terhadap kebijakan ekstrimis, ultra neoliberal, termasuk praktek melucuti ekonomi nasional Yunani dan memindahkan sektor yang paling menguntungkan ke tangan investor imperialis, digaungkan disemua media cetak utama. Financial Times, Wall Street Journal, New York Times, Washington Post, Le Monde adalah tangan propaganda dari ekstrimis UE. Berhadapan dengan kerasnya sikap Brussel dan menghadapi “pilihan historis” kapitulasi atau radikalisasi, Syriza berusaha untuk membujuk rejim-rejim utama. Syriza mengadakan banyak pertemuan dengan menteri-menteri UE. Perdana Menteri Alexis Tsipras dan Menteri Keuangan Yanis Vardoulakis pergi ke Paris, London, Brussel, Berlin dan Roma mencari perjanjian “kompromis”. Ini sia-sia belaka. Elit Brussel berulang kali menegaskan:

Hutang harus dibayar penuh dan tepat waktu.

Yunani harus membatasi pengeluaran untuk mengakumulasi 4,5 persen surplus yang akan menjamin pembayaran bagi kreditur, investor, speculator dan kleptokrat.

Tidak adanya fleksibilitas dan keinginan ekonomi dari UE untuk menerima bahkan sebuah kompromi minimum adalah sebuah keputusan politik: untuk rendah hati menghancurkan kredibilitas SYRIZA sebagai sebuah pemerintahan anti pengetatan di mata pendukung domestiknya serta mereka di luar negeri yang berpotensi menirunya seperti Spanyol, Italia, Portugis dan Irlandia. (Economist 1/17/15, hlm. 53).

Kesimpulan

Penyekikan Syriza adalah bagian dari proses panjang berdekade dari pembunuhan UE terhadap Yunani. Sebuah respon kejam terhadap usaha heroik dari seluruh rakyat, yang dilempar kedalam kemiskinan, dikutuk untuk dipimpin oleh konservatif dan sosial demokrat kleptokratik.

Kerajaan tidak menyerahkan negeri jajahan mereka melalui argumentasi yang masuk akal atau melalui kebangkrutan “reforma” regresif mereka.

Sikap Brussel terhadap Yunani dipandu oleh kebijakan “berkuasa atau hancur”. “Bail out” adalah eufemisme untuk daur ulang keuangan melalui Yunani kembali ke bank-bank yagn dikontrol oleh Euro, sementara buruh dan pegawai Yunani semakin dibebani dengan hutang yang lebih besar dan terus didominasi. “Bail out” Brussel adalah sebuah instrument untuk kontrol oleh institusi imperial, entah mereka disebut sebagai “troika” atau yang lainnya.

Brussel dan Jerman tidak ingin anggota berbeda pendapat; mereka boleh membuat konsesi kecil sehingga Menteri Keuangan Vardoulakis bisa mengklaim sebuah “kemenangan parsial” – sebuah euphemisme palsu dan kosong bagi mereka yang kelaparan.

Perjanjian “bail out” akan digambarkan oleh Tsipras-Vardoulakis sebagai “baru” dan “berbeda” dari masalah lalu atau sebagai sebuah langkah mundur “sementara”. Jerman mungkin “mengijinkan” Yunani untuk menurunkan surplus anggaran utamanya dari 4,5 ke 3,5 persen “tahun depan”–namun dia masih harus mengurangi dana untuk stimulus ekonomi dan “menunda” kenaikan uang pension, upah minimum, dsb.

Privatisasi dan reforma regresif lainnya tidak akan dihapuskan, namun akan “dinegosiasikan ulang”. Negara akan mempertahankan “saham” minoritas.

Plutokrat akan diminta untuk membayar beberapa pajak tambahan namun tidak miliaran pajak yang digelapkan selama beberapa dekade terakhir.

Demikian juga dengan pelaku kleptokratik PASOK–New Democracy tidak akan dituntut karena penjarahan dan pencurian.

Kompromi Syriza menunjukan bahwa karakterisasi oleh si pemalas sayap kanan (Economist, Financial Times, NY Times, dsb) bahwa Syriza adalah “sayap kiri keras” atau ultra kiri tidak memiliki dasar dalam kenyataan. Dari pemilih Yunani “harapan untuk masa depan” dapat berubah menjadi kemarahan saat ini. Hanya tekanan massa dari bawah dapat membalik kapitulasi Syriza dan kompromi buruk dari Menteri Keuangan Vardoulakis. Karena dia tidak memiliki basis massa di partai, Tsipras dapat dengan mudah memecatnya, karena menandatangani “kompromi” yang mengorbankan kepentingan dasar rakyat.

Namun jika pada kenyataannya dogmatism UE dan keteguhan pendirian menutup bahkan perjanjian yang paling menguntungkan, Tsipras dan Syriza, (melawan keinginan mereka) dipaksa untuk keluar dari Kerajaan Euro dan menghadapi tantangan membuat kebijakan radikal yang benar-benar baru serta ekonomi sebagai negeri yang bebas dan merdeka.

Keberhasilan Yunani untuk keluar dari kerajaan Jerman–Brussel kemungkinan besar akan berakibat pada perpecahan di UE, seiring negara boneka lainnya memberontak dan mengikuti contoh Yunani. Mereka bisa saja meninggalkan bukan saja kebijakan pengetatan namun hutang luar negeri mereka serta pembayaran bunga abadinya. Keseluruhan kerajaan keuangan–apa yang disebut sebagai sistem keuangan global dapat tergoncang… Yunani dapat sekali lagi menjadi “hidup matinya demokrasi”.

Post-Script: Tiga puluh tahun lalu, saya adalah seorang partisipan aktif dan penasehat selama 3 tahun (1981-84) untuk Perdana Menteri Papandreou. Dia, seperti Tsipras, mulai dengan janji perubahan radikal dan berakhir dengan menyerah pada Brussel dan NATO serta merangkul oligarki dan kleptokrat atas nama “kompromi pragmatik”. Mari kita berharap, bahwa berhadapan dengan pemberontakan massa, Perdana Menteri Alexis Tsipras dan Syriza akan mengikuti jalan yang berbeda. Sejarah tidak perlu mengulangi dirinya sendiri sebagai tragedi atau komedi.

Oleh : James Petras. (Sumber : The James Petras Website)

Diterjemahkan Oleh Ignatius Mahendra Kusumawardhana, Kontributor Arah Juang dan Anggota KPO-PRP.

Notes :

James Petras adalah Direktur Center for Mediterranean Studies di Athena (1981-1984) dan penasehat untuk Perdana Menteri Andreas Papandreou (1981-84). Dia mengundurkan diri sebagai protes atas tindakan PM Papandreou mengeluarkan pemimpin serikat buruh dari PASOK setelah mengorganisir mogok nasional menentang “program stabilisasi”-nya.

Petras adalah penulis bersama dari Mediterranean Paradoxes: The Politics and Social Structure of Southern Europe. Buku terbarunya termasuk Extractive Imperialism in the Americas (dengan Henry Veltmeyer); serta The Politics of Empire: the US, Israel and the Middle East.

Loading

Comment here