Untuk kesekian kalinya, Zionis Israel kembali melancarkan serangan militer terhadap rakyat Palestina. Serangan yang ditujukan ke rakyat Palestina di Gaza tersebut sekarang setidaknya sudah mengakibatkan ratusan orang tewas, banyak diantaranya anak-anak dan perempuan, dan setidaknya seribu orang luka-luka.
Ini bukanlah serangan yang pertama, dan besar kemungkinan bukan yang terakhir, yang dilancarkan oleh Israel ke Palestina. Seperti sebelum-sebelumnya Israel berupaya menutupi kepentingan serangannya dengan argumentasi tentang “pembelaan diri”. Serangan kali ini bukanlah karena ada penculikan terhadap tiga pemuda pemukim Israel yang dilakukan oleh Hamas. Tidak pernah ada bukti kuat mengenai tuduhan Israel tersebut.
Kepentingan yang dari dahulu melandasi serangan-serangan Israel adalah kepentingan menyingkirkan dan atau menghabisi rakyat Palestina. Seperti pada tahun 2006 ketika rakyat Palestina menyelenggarakan pemilihan umum, mungkin pemilihan umum yang terbersih di Timur Tengah, dan memenangkan Hamas. Israel menolak mengakui proses demokrasi tersebut dan melancarkan blokade perdagangan dan melancarkan serangkaian serangan terhadap Jalur Gaza.
Ada mereka yang berteriak-teriak menuntut dikirimkannya tentara muslim ke Palestina, atau bahkan membawa bendera ISIS disolidaritas untuk Palestina. Tapi tentara muslim yang mana? Semua dibuat seolah-olah bahwa persoalan Palestina adalah persoalan konflik agama, setidaknya antara muslim dan yahudi. Padahal sudah berkali-kali Duta Besar Palestina untuk Indonesia bahwa membuat persoalan Palestina menjadi konflik agama justru merugikan rakyat Palestina itu sendiri.
Adalah Israel dan Arab Saudi yang mengontrol, mendanai dan melindungi kelompok teroris yang sekarang disebut dengan ISIS. Begitulah persekutuan taktis antara Israel dan Arab Saudi. Kedua-duanya adalah musuh bagi nasionalisme dan anti kolonialisme sekuler didunia Arab. Keduanya telah mensponsori kelompok-kelompok teroris diluar negeri melawan musuh-musuh mereka.
Keduanya juga berusaha menghancurkan Iran. Israel menginginkan keberadaan Wahabi-Al Qaeda di timur tengah untuk melawan Partai Baath yang sekuler dan juga sekutu Syiah mereka di Lebanon dan Iran. Dan yang terbaru adalah aliansi taktis Israel dan Arab Saudi untuk menentang perjanjian antara Obama dengan Rohani (Sumber : James Petras).
Adalah rejim-rejim di Timur Tengah sendiri yang ketakutan dengan perkembangan gerakan rakyat Palestina. Seperti Raja Husain dari Yordania yang mengusir dan berupaya menghancurkan PLO di Yordania, peristiwa yang dikenal sebagai “Black September“. Pada saat Israel melancarkan serangan ke Jalur Gaza pada tahun 2009 yang menewaskan lebih dari 600 rakyat Palestina, negara-negara Timur Tengah yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel hanya memanggil Duta Besar Israel. Yordania dan Mesir menolak tekanan demonstrasi rakyatnya yang menuntut diusirnya Duta Besar Israel. Negara yang berani mengusir Duta Besar Israel dan memutuskan hubungan diplomatik dengannya adalah Pemerintahan Sosialis Venezuela (Sumber : CBS News).
Ini juga bukan tentang Yahudi, Zionisme Israel telah berulang kali bekerjasama dengan kelompok-kelompok fasis yang terang-terangan membunuhi orang-orang Yahudi. World Zionist Organization menolak boikot Yahudi terhadap NAZI. WZO kemudian menjadi distributor utama barang-barang NAZI ke Timur Tengah dan Eropa Timur. Mereka membangun Ha’avara, sebuah bank di Palestina yang bertujuan untuk menerima uang dari borjusi Jerman-Yahudi, yang dengan uang tersebut barang-barang NAZI dibeli dalam jumlah yang sangat besar. Adalah Israel juga yang mendukung Rejim Galtieri di Argentina tahun 1980an. Rejim yang telah membunuh sekitar 1.000 orang Yahudi di Argentina.
Demikian satu-satunya alasan kenapa Israel dapat bertindak keji tanpa menghadapi konsekwensi apapun adalah sokongan dari kekuatan Imperialis AS. Bukan saja seluruh kekejaman Israel terus menerus dilindungi oleh Imperialis AS. Lewat hak veto di PBB, Imperialis AS memastikan bahwa tidak ada sanksi, bahkan kecaman, yang bisa diberikan secara resmi terhadap Israel. Bukan hanya itu Imperialis AS sudah berpuluh-puluh tahun merupakan donor utama bagi Israel, tidak ada Negara lain yang digelontorkan dana begitu besar oleh Imperialis AS.
Israel telah menerima lebih dari 90 miliar USD bantuan hingga tahun 2003 dari Imperialis AS. Dari 90 miliar USD tersebut, 75 miliar USD merupakan hibah dan 15 miliar USD merupakan pinjaman. Sejak tahun 1985, Imperialis AS telah menyediakan hibah sebesar 3 miliar USD pertahun. Imperialis AS juga mendukung perkembangan industri militer Israel. Bahkan juga menguji coba senjata baru via invasi dan perang yang dilancarkan oleh Israel.
Seperti didalam negeri, dunia internasional juga terbagi antara dua kubu. Pembagian yang bukan berdasarkan atas agama ataupun suku ataupun ras. Dunia internasional terbagi menjadi segilintir elit yang 1 persen yang berkuasa. Dengan kaum buruh dan rakyat yang merupakan 99 persen yang ditindas. Dari Tel Aviv, Riyad, Washington DC, London, Canberra para elit tersebut memerintahkan perang dan invasi terhadap rakyat Palestina, Irak dan Afganistan. Mereka memerintahkan pengetatan anggaran dengan penghapusan jaminan sosial dan PHK massal terhadap buruh-buruh di Eropa. Mereka memaksakan perdagangan bebas di Negara-negara dunia ketiga. Mereka jugalah yang mengeruk sumber daya alam di Afrika dan Amerika Latin.
Para elit tersebut bisa melakukan hal itu bukan karena rakyat didunia ini membiarkannya. Ada elit-elit yang masuk kedalam kekuatan imperialis dan juga elit-elit yang menjadi kaki tangan Imperialis. Seperti Israel yang menjadi anjing penjaga kepentingan Imperialis AS, khususnya di Timur Tengah. Para elit yang menjadi kaki tangan Imperialis mengontrol rakyat di Negara-negara yang dijajah secara langsung maupun tidak langsung. Para elit yang duduk di Jakarta, di Istana Negara, di gedung parlemen, di kementerian-kementerian, di angkatan bersenjata, di kepolisian dan kehakiman.
Para elit yang bisa “berbulu domba” dengan mengobarkan sentimen anti asing, kerakyatan untuk mendapatkan kekuasaan. Namun nyatanya mereka dididik di pusat-pusat kekuasaan para elit imperialis di Fort Benning, Fort Brag, School of Americas, Universitas Berkeley, Universitas Chicago, dsb, dsb untuk menjalankan kepentingan para elit-elit imperialis.
Solidaritas dalam berbagai bentuknya tentunya tetap harus terus dibangun. Walaupun saya pribadi sinis dengan orang yang menyumbang 1 miliar sementara dia memiliki binatang peliharaan seharga 3 miliar. Ataupun sumbangan dari seseorang yang menenggelamkan ribuan orang dalam lumpur. Dukungan terhadap kemerdekaan Palestina harus terus dikumandangkan. Namun kita harus bergerak lebih jauh lagi. Dimasa dimana dunia internasional terpolarisasi diantara segelintir elit yang memegang kekuasaan politik, ekonomi dan budaya dengan miliaran rakyat tertindas maka politik luar negeri bebas aktif ataupun ungkapan “1000 kawan kurang, 1 musuh terlalu banyak” adalah omong kosong.
Politik luar negeri kita harus berpihak dan bersolidaritas terhadap rakyat diseluruh belahan dunia. Pertama adalah bukan saja mendukung kemerdekaan Palestina namun juga bergabung dengan gerakan rakyat diberbagai belahan dunia untuk memboikot, mendivestasi dan memberikan sanksi kepada Israel. Mungkin tidak banyak yang mengira tapi sejak Rejim Militer Soeharto, hubungan dagang dan militer dengan Israel sudah dilakukan.
Tahun 1980-an Israel berperan dalam memodernisasi Angkatan Udara Soeharto dengan mengadakan pesawat A-4 Skyhawk serta pelatihan skuadron. Kerjasama ekonomi Indonesia-Israel sendiri kemudian dilegalkan oleh keputusan dari Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Luhut Panjaitan ditahun 2001. Total eksport Indonesia ke Israel antara tahun 1999-2003 sekitar 32,5 juta USD dengan eksport utama adalah air mineral, minyak dan produk penyulingan.
Sementara ekspor Israel ke Indonesia totalnya sekitar 10 juta USD dengan eksport utama adalah penyamakan, bahan celup dan zat perwarna. Demikian juga banyak perdagangan yang dilakukan melalui pihak ketiga, misalnya melalui Singapura. Termasuk dalam sasaran tersebut adalah perusahaan-perusahaan multinasional yang mendukung Zionisme Israel. Perusahaan tersebut antara lain seperti HP, Caterpillar, Volvo, Hyundai, Danone, Mc Donald, Star Bucks, Coca Cola, Nestle, Motorola, Intel, IBM, Siemens L’Oreal, Revlon, Jhonson Jhonson dan Estee Lauder (Sumber : BDS Movement dan Innovative Minds).
Dalam solidaritas terhadap rakyat Palestina termasuk didalamnya harus bersikap tegas bukan saja terhadap Israel namun juga terhadap Imperialis AS. Termasuk didalamnya mengusir Duta Besar AS, memutus hubungan diplomatik dan juga menasionalisasi aset-aset strategis yang dikuasi oleh perusahaan-perusahaan AS.
Ditengah dunia yang terbelah menjadi dua, ditengah perang, invasi, penjarahan, pemboman, terorisme, pemiskinan yang dilakukan dan diperintahkan oleh para elit. Maka kita membutuhkan politik luar negeri yang tegas dan berani. Namun bukan buas seperti macan, lebih lagi bahwa macan itu adalah didikan dari Imperialisme AS.
Kita butuh politik luar negeri yang tegas dan berani bersolidaritas dan mendukung perjuangan rakyat diberbagai belahan dunia melawan penindasan. Akhir kata mari kita mengingat kata-kata dari seorang presiden sosialis yang sudah meninggal dunia, Hugo Chavez : “Jika dunia ini memiliki hati nurani, presiden Israel akan diseret ke pengadilan internasional dan bersama dengannya presiden Amerika Serikat“.
Oleh : Ignatius Mahendra Kusumawardana, Kontributor Arah Juang dan Anggota KPO-PRP.
Referensi :
- Angga Aulia Akbar, Menguak Hubungan Dagang Indonesia-Israel, Marjin Kiri
- James Petras, The Power of Israel in the United States, Clarity Press
- John Rose, Israel: The Hijack State America’s Watchdog in the Middle East, Socialist Alternative.
[…] Gambar 6. Semangat Juang Warga Palestina (Sumber: http://www.arahjuang.com) […]