Tak banyak yang tahu bahwa kemarin, 17 Oktober, merupakan tanggal diperingatinya Hari Anti Kemiskinan Internasional. Meski sudah sejak tahun 2005 tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Anti Kemiskinan Internasional, namun kemiskinan masih terus terjadi diberbagai Negara. Bahkan mengancam di negeri-negeri maju di belahan Amerika Serikat dan Eropa.
Di Amerika Serikat, rumah tangga yang berpendapatan kurang dari $2 per hari, bertambah dua kali lipat dari angka pada tahun 1996 menjadi 1,5 juta rumah tangga pada tahun 2011, termasuk 2,8 juta anak pada tahun 2013. Seperti dilansir dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Amerika_Serikat, kemiskinan Anak-Anak di Amerika Serikat juga telah mencapai rekor tertinggi, dengan 16,7 juta anak-anak hidup dalam rumah tangga yang makanannya tidak pasti, sekitar 35% lebih tinggi dari angka pada tahun 2007.
Sementara itu, di Eropa pada saat ini, seperti diberitakan dalam CNBC, tingkat kemiskinannya telah mencapai hampir sepertiga populasi penduduk di Eropa. Untuk memulihkan standar kehidupan makmur warga Eropa seperti pada 5 tahun sebelumnya, dibutuhkan waktu sekitar 25 tahun lagi.
Pada tahun 2000, PBB dalam Millenium Development Goal’s (MDG’s) telah menetapkan fokus pada delapan tujuan-tujuan utama yaitu: memberantas kemiskinan dan kelaparan, memenuhi standar pendidikan dasar, meningkatkan persamaan jender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi angka kematian bayi, meningkatan kesehatan ibu,memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan serta mengembangkan kemitraan global dalam pembangunan. Namun Millenium Development Goal’s (MDG’s) yang ditargetkan selesai tahun 2015 ini tidak akan mungkin terwujud di negeri seperti Indonesia, karena ternyata di negara-negara maju saja hari ini sedang menciptakan kemiskinan.
Hari Anti Kemiskinan Internasional tahun ini lebih mengena karena disaat yang sama pergerakan buruh juga sedang “menolak miskin” dengan menuntut kenaikan upah 50%. Inilah yang menjadi alasan dari Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) dan Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) turun ke jalan kemarin. Di hari yang sama Sekber Buruh juga melakukan aksi untuk menuntut kenaikan upah 50% sekaligus prakondisi untuk Mogok Nasional.
SPRI dan LMND mendatangi kantor TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan) di daerah Kebon Sirih, Jakarta. Tidak hanya di Jakarta, mereka juga melakukan aksi serentak di beberapa kota seperti Medan, Lampung, Serang, Garut, Cinajur, Tasikmalaya, Lombok, Kupang dan Gorontalo. Dalam aksinya, mereka melakukan kritik keras terhadap pemerintahan SBY-Boediono dan TNP2K yang gagal dalam melakukan pemberantasan kemiskinan di Indonesia.
“Hari ini kita buat sejarah dengan mendatangi kantor TNP2K yang bertanggungjawab dalam mengentaskan rakyat Indonesia dari kemiskinannya. Disini kita ingin gugat TNP2K yang dipimpin oleh Wapres Boediono, yang telah menyatakan bahwa rakyat miskin di Indonesia telah mengalami penurun dari 29,9 juta pada 2006, menjadi hanya 28,7 juta pada tahun 2013 ini. Tapi apakah angka kemiskinan itu benar ibu-ibu?” Kata Marlo, Ketua Umum SPRI kepada seribuan massa aksi yang mayoritas ibu-ibu rumah tangga miskin di DKI Jakarta. Sontak massa aksi berteriak ”TIDAK!”
Setelah melakukan orasi, Ketua Umum SPRI dan LMND bersama delegasi massa aksi yang telah membawa data rakyat miskin di DKI Jakarta yang selama ini tidak memperoleh berbagai bantuan sosial dari pemerintah melakukan dialog dikantor TNP2K. Dalam dialog yang dihadiri oleh Sekretaris Eksekutif TNP2K, Bambang Widianto, warga merasa kecewa karena sampai detik ini, pemerintah melalui TNP2K belum bersepakat untuk menggunakan kriteria miskin menurut versi Internasional, yakni berpedoman pada penghasilan 2 dollar AS per hari. Sangat aneh jika pemerintah tidak mau menggunakan kriteria itu, apalagi jika merujuk pada angka kemiskinan di Amerika Serikat yaitu US$30/hari.
“Ini tidak adil saudara-saudara. Kita harus terus gugat pemerintah SBY-Boediono. Mengapa di Amerika Serikat kriteria kemiskinannya jauh lebih layak, tapi mengapa kita tidak?”, ungkap perwakilan LMND, Agus, dihadapan massa ketika memperoleh informasi perwakilan didalam kantor TNP2K.
Selesai menyampaikan orasi dan dialog di kantor TNP2K, massa aksi melanjutkan perjalanannya menuju Kantor Menkokesra. Setelah melakukan dialog yang sama, massa aksi kemudian bergabung dalam barisan buruh yang sedang melakukan aksi persiapan menuju Mogok Nasional didepan Istana Negara untuk menuntut kenaikan upah 50 persen untuk tahun 2014.
Sekber Buruh sendiri telah memulai aksinya sejak pagi dari Bunderan Hotel Indonesia yang berbarengan dengan aksi KSPSI dalam isu yang sama yakni tentang kenaikan upah. Bahkan dalam orasi-orasinya, KSPSI juga mengatakan siap untuk melakukan Mogok Nasional jika ternyata upah tidak mengalami kenaikan signifikan. Santoso, yang menjadi kordinator aksi menyatakan, bahwa Sekber Buruh siap untuk melakukan Mogok Nasional pada tanggal 28-30 Oktober mendatang.
Ketika ditanyakan terkait penggabungan aksi dan tuntutan SPRI dengan Sekber Buruh ini, perwakilan SPRI Nda Waluyo mengatakan, bahwa selain karena SPRI juga merupakan bagian dari Sekber Buruh, tetapi ini juga dikarenakan kemiskinan yang dialami oleh mayoritas ibu-ibu yang menjadi anggota SPRI ini salah satunya disebabkan oleh upah para suami mereka yang sangat kecil. “Akibat dari kebijakan pemerintah SBY-Boediono di Istana Negara inilah, kita saat ini bersatu dengan saudara-saudara buruh yang menuntut kenaikan upah 50 persen. Dan dimulai hari ini juga, kita akan terus bersama-sama dengan mahasiswa yang sedang menghadapai menurunnya jumlah lapangan kerja di negeri ini”, ungkap Nda Waluyo dihadapan massa buruh di depan Istana Negara.
Terik matahari siang itu benar-benar membakar kulit ribuan massa aksi. Namun justru karena itu, aksi ini terlihat sebagai bentuk keseriusan dari Sekber Buruh untuk mempersiapkan Mogok Nasional. (ejes)
Fantastic works of art! This is the kind of information that needs to be shared over the net. Waste on the search engines with no extended placement this post increased! Can occur through in addition to request information from my website. Thank you Equals)