Opini PembacaPerempuan dan LGBT

Membangun Perlawanan Terhadap Kekerasan Seksual: Solidaritas Untuk Nur Halimah

kekerasan perempuan

Oleh: Qory Delasera — Anggota KPO-PRP

Kembali lagi kaum perempuan menjadi korban kekerasan seksual (perkosaan). Kali ini lebih parah, karena korban sekaligus dibunuh dengan sangat sadis. Korban yang diketahui pernah mendapat pendidikan dari suatu organisasi perempuan beberapa tahun lalu ini, melawan keras saat diperkosa. Dia tidak rela kemerdekaannya direbut, walau puluhan tusukan harus bersarang di tubuhnya. Begitulah kisah pilu korban bernama Nur Halimah yang mengejutkan masyarakat Makasar 3 hari yang lalu. Tentu saja keluarga, teman dan para kerabat (termasuk saya) bersedih atas perihal ini.

Menyusul pula apa yang terjadi di Gorontalo. Sembilan okonum Polisi memperkosa bergilir seorang siswa kelas 2 SMU dibawah ancaman pistol. Dua peristiwa yang terjadi hampir bersamaan ini menunjukkan betapa pemerkosaan telah menjadi ancaman yang serius bagi perempuan. Kita patut berempati atas kejadian ini. Namun berempati dan bersolidaritas saja nampaknya tidak cukup untuk mengurangi bahkan menghapuskan pemerkosaan.

Sebenarnya, ada banyak kasus pemerkosaan yang terjadi sepanjang dua tahun terakhir. Menurut catatan tahunan Komnas Perempuan pada 2012, terdapat 2.521 kasus kekerasan seksual dengan bentuk pemerkosaan sebanyak 840 kasus dan pencabulan sebanyak 780 kasus. Sedangkan hingga April  tahun 2013 ini setidaknya jumlah kasus pemerkosaan mencapai 42 kasus.(okezone.com,19/04/2013).

Betapa miris, kaum perempuan selalu hidup dalam ketakutan bayang-bayang kekerasan seksual. Sedangkan sejauh ini, kekerasan seksual bukanlah hal yang mendapat perhatian serius dari pemerintah. Belum lagi ketika berhadapan dengan stigma masyarakat yang masih sangat menganggap perempuan sebagai warga kelas dua dibawah laki-laki. Sehingga perempuan pun masih cenderung dipersalahkan karena mengundang pemerkosaan terjadi atas dirinya. Apa jadinya jika kaum perempuan yang merupakan “ibu dari kehidupan” justru hidup dalam ketertindasan seksual?

Tapi tentu saja masalah pemerkosaan tidak berdiri sendiri sebagai masalah yang eksklusif di tengah masyarakat. Dia saling mengkait dengan masalah-masalah lain yang membangun landasan dari tindak pemerkosaan itu sendiri: ekonomi, politik, budaya, dll. Dan masyarakat berdasar kelas-kelas yang dibangun atas akumulasi modal serta persaingan seperti sekarang ini, selalu saja menumbuhkan terus-menerus hasrat untuk menindas dan mendominasi satu sama lainnya—dalam bentuk apapun, yang dengan sendirinya menyeret kaum perempuan hanya sebagai objek (seksual) belaka.

Sehingga perlawanan terhadap pemerkosaan pun harus dilakukan dengan sistematis sampai pada penghapusan landasan yang memungkinkan pemerkosaan itu terjadi. Ini harus dimulai dengan mengurangi secara signifikan angka pemerkosaan, yang mana tanggung jawab utama nya kini harus diambil oleh kaum perempuan yang sadar akan kemerdekaan nya dan organisasi-organisasi yang berkomitmen pada pembebasan.

Walau peraturan demi peraturan yang memberikan kebebasan dan perlindungan terhadap kaum perempuan serta efek jera pada pelaku harus terus didesakkan kepada negara, namun tidak lagi cukup nampaknya menyerahkan nasib jutaan kaum perempuan yang dibayang-bayangi kekerasan tiap harinya pada negara (pemerintah) semata, yang hanya menyibukkan diri untuk membasuh kaki para pemodal.

Satu yang terpenting adalah seruan terus-menerus pada kaum perempuan untuk selalu berani, bahkan kepada orang terdekatnya, sambil membangun kerjasama aktif (laki-laki dan perempuan) dalam menghapus segala macam penindasan yang dilakukan oleh negara. Lalu, sebagai bagian dari solusi mendesak, memperlengkapi perempuan yang sangat berpotensi pada kekerasan seksual dengan ‘alat-alat bela diri’ juga patut dilakukan secepatnya.

Akhir kata, mari bangun solidaritas kepada korban-korban kekerasan seksual dengan meneriakkan: “Negara harus bertanggung jawab!”; “Perempuan harus lebih berani!”

Sumber foto: 100 tahun Hari Perempuan Internasional, http://dody88fmnsquad.wordpress.com

Loading

Comments (3)

  1. nonahhhhhhhhhhhhhhh kereeeeeeeeennnnnnnnnnnn bgtttttttttt siiiihhhhhhhhhhhhh

  2. […] * Artikel ini diterbitkan oleh Arah Juang : http://www.arahjuang.com/2013/10/13/membangun-perlawanan-terhadap-kekerasan-seksual-solidaritas-untu… […]

Comment here